Langsung ke konten utama

Ada Anjing di Hatimu





Woko Utoro 

Dalam pengajian Kitab Ta'limu Ta'alim ada redaksi berbunyi, "Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang ada gambar dan anjingnya ". Pertanyaannya mengapa harus anjing? atau seperti apa ulasan redaksi tersebut. Bagaimana bisa anjing menjadi topik penyebab mengapa malaikat enggan masuk ke dalam rumah.

Pertama, menurut tafsir isyari anjing selalu menjadi sisi kebinatangan dalam diri manusia. Seperti halnya 7 pemuda Ashabul Kahfi dan satu anjingnya. Anjing tersebut mengikuti kemana tuanya pergi. Bahkan dalam kisah tersebut anjing jadi simbol kesetiaan. Maka jelas bahwa anjing itu kesetiaan iya jika hal baik tapi bagaimana dengan nafsu. Sehingga di sinilah manusia perlu mengelola nafsu kebinatangan jangan sampai dominan dalam diri.

Kedua, seperti penjelasan pertama bahwa anjing bermakna sifat atau kondisi. Malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya memiliki hewan anjing. Bukan itu, tapi lebih kepada sifat atau kondisi penghuninya. Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang penghuninya banyak menggonggong alias bermuram durja, mudah bertengkar, egois, diskriminasi, dan penuh permusuhan dll. Karena bagi malaikat kondisi rumah yang tidak kondusif hanya akan menjauhkan dari rahmat dan berkah. Maka dari itu rumah yang bercahaya yaitu ketika penghuninya sering beribadah, baca Qur'an, bershalawat dan riang gembira. Sehingga tidak salah jika gubuk bambu yang penuh keceriaan lebih mulia dari istana penuh perseteruan.

Ketiga, anjing mungkin hewan yang najis tapi selama mereka dilatih dengan baik maka akan jadi sahabat manusia. Tapi bagaimana pun juga anjing tetaplah anjing dan jangan sampai masuk ke hati manusia. Karena jika masuk ke hati manusia sifat anjing cenderung mudah menggonggong alias menaruh curiga. Anjing juga senang bangkai (bergosip, ibarat memakan bangkai saudara). Atau anjing juga sering kencing di sudut-sudut bangunan alias menang-menangan untuk memberi tanda kekuasaan. Padahal hidup itu tepo sliro alias saling kerjasama dan saling menghormati. Maka dari itu cukup anjing sebagai pelajaran bukan malah jadi karakter dalam diri, bisa bahaya.

Keempat, dulu anjing itu tidak menjulurkan lidahnya. Ada kisah mengapa anjing jadi melet (menjulurkan lidahnya) karena saat itu Nabi Sulaiman As memerintahkan kucing dan anjing membawa cincin merah delima. Singkat kisah anjing dibawa dengan mengigit cincin tersebut. Sedangkan kucing membawa dengan dikaitkan di ekornya. Dalam kisah anjing gagal membawa cincin tersebut karena tergoda oleh bangkai lalu menjulurlah lidahnya. Sedangkan kucing berhasil membawa cincin tersebut kepada Nabi Sulaiman As. Di sinilah kisah di mana godaan kadang datang dari apa yang kita sukai. Dan kadang hal itu membuat kita tidak sadar. Anehnya kesadaran semu memang sering berulang tanpa ada introspeksi diri.[]

the woks institute l rumah peradaban 23/6/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...