Woko Utoro
Mengapa kekuasaan begitu khawatir dengan kritik. Padahal jika mereka di jalur yang benar tak usahlah bising dengan kritikan. Karena bagaimanapun juga kebaikan orang pasti ada celah dikritik lebih lagi pada keburukan. Siapa pula yang bisa meyakinkan banyak orang terlebih pada sebuah kepemimpinan.
Kata Radhar Panca Dahana negara ini dalam keadaan chaos. Sehingga memungkinkan orang mengkritik agar mengembalikan ke rel awalnya. Ada ungkapan jika kekuasaan alergi terhadap kritik maka pasti ada yang tidak beres. Kritik dilancarkan agar penguasa sadar bahwa mereka perlu diinsyafkan. Bahwa kadang kursi jabatan mudah membuat orang terlena. Bahwa mobil mentereng, ragam proyek dan popularitas adalah batu sandungan. Nah kritik bekerja ibarat alarm atau bahkan cambuk buat mereka agar tau diri. Bahwa semua berasal dari rakyat untuk rakyat bukan untuk saku pribadi.
Jika kritik selalu dianggap subversif maka dengan etika mana lagi cara agar penguasa sadar diri. Bukankah rakyat yang baik juga berelasi dengan pemimpin yang amanah. Sehingga jika penguasa sudah lupa akan janji kesejahteraan dan keadilan maka kritik menjelma perlawanan. Mungkin kritik rakyat kecil tak ubahnya buih yang tak berarti. Tapi setidaknya kita tidak bosan untuk terus menghidupkan suluh perjuangan.
Rakyat sudah lama merindu akan bayangan kesejahteraan. Di mana pendidikan adalah pilar utama, kesehatan merata dan keamanan adalah aplikasi nyata. Pemuda tak lagi menangisi kenyataan nasibnya. Atau juga anak-anak yang bergembira karena dunia begitu hangat. Semua hanya bisa tercipta dari pemerintah yang hadir dan masyarakat yang terlibat. Bukan oleh segelintir orang atau kelompok. Jika kritik keras tak didengar kita tidak berhenti, justru akan lebih kencang lagi. Karena bangsa ini tak kehabisan narasi untuk melawan yang memang perlu dilawan.[]
2 Muharram 1447 H
the woks institute l rumah peradaban 28/6/25

Komentar
Posting Komentar