Langsung ke konten utama

Sedang-sedang Saja




Woko Utoro 

Dalam hal apapun kata Gus Mus yang sedang-sedang saja. Jangan berlebihan dalam melakukan sesuatu terutama beragama. Karena yang berlebihan akan menimbulkan mudharat. Termasuk dalam hal mencintai, membenci hingga memberi kepercayaan.

Dunia ini siapa yang lebih baik melebihi Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Rasanya hampir tidak ada. Dunia saat ini justru sebaliknya yaitu sulit mencari orang yang dipercaya. Penyelewengan hingga pengkhianatan justru lebih sering ditemui. Maka dari itu "Al Amin" disematkan pada Nabi Muhammad SAW adalah fakta yang diakui oleh sejarah. Tapi tentu dapat dipercaya bukan berarti aman dari ingkar. Nabi Muhammad SAW tentunya pernah dikhianati oleh orang-orang kafir dalam perjanjian Hudaibiyah. Jadi intinya siapapun bisa menjadi korban atas ketidakjujuran orang lain.

Sekelas Nabi saja pernah punya kisah dikhianati oleh orang lain lebih-lebih kita manusia biasa. Maka dari itu jangan heran jika memandang manusia harus biasa saja. Jangan memberikan penilaian lebih. Terutama dalam memberikan kepercayaan jangan sampai dibuang di sembarang tempat. Kepercayaan itu mahal dan harus melihat dengan jernih siapa yang mendapatkannya.

Seperti pesan Gus Mus, yang sedang-sedang saja, yang biasa-biasa saja. Karena kita mahluk yang mudah kecewa maka jangan mudah percaya dengan orang lain. Kita masih perlu menggunakan logika sebagai mengasah daya kritis. Karena batin kita tidak tajam maka logika adalah perangkat utama dalam membaca sesuatu. Intinya kita bisa menakar diri sendiri dan orang lain dengan berpikir dahulu sebelum bertindak.

Mana mungkin kita percaya secara mutlak kepada mahluk yang tidak bisa dipegang kepercayaannya. Manusia itu sudah sejak dulu sering mblenjani janji. Sehingga dari itu kita harusnya berpengalaman bahwa yang patut untuk kita percayai adalah hanya kepada Allah SWT. Hanya kepadanNya lah kita tak akan pernah tertipu. Hanya Dialah yang selalu menepati janji.[]

the woks institute l rumah peradaban 6/6/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...