Woko Utoro
Al Qur'an itu samudera luas. Siapa saja bisa menyelam atau tenggelam di sana. Saking dalam dan luasnya informasi yang ada pada Al Qur'an seketika membuat kita berpikir. Al Qur'an tak habis-habisnya membuat kita dipaksa menyelami lebih dalam lagi. Salah satu hal menarik dalam Al Qur'an adalah perihal membaca.
Menurut Gus Ach Dhofir Zuhry Malang, tingkatan membaca dalam Al Qur'an ada 4 yaitu qira'ah, tilawah, tartil dan tadabbur. Pertama, qira'ah terdapat dalam Surah Al Alaq ayat 1-5. Tipe membaca jenis ini merupakan yang paling dasar. Alasannya kita masih fase bingung apa yang harus dibaca. Jadi intinya di fase ini kita masih dalam pencarian apa yang harus dibaca, apa yang harus dipelajari, apa yang harus dikerjakan dll.
Kedua, tilawah terdapat dalam Surah An Naml ayat 92. Tilawah maksudnya membaca sambil memahami maknanya. Bagaimana membaca tipe kedua ini membentuk laku. Termasuk bagaimana fenomena membuat kita mengambil hikmah. Karena membaca jenis ini lebih dari sekadar membaca teks tapi sudah bersifat kontekstual.
Ketiga, tartil terdapat di antaranya pada Surah Al Muzzammil ayat 4. Membaca tingkat ke-3 ini yaitu bermakna membaca dengan penuh penghayatan. Bagaimana bacaan bisa menancap di hati. Bukan sekadar bacaan yang cepat tapi tidak tepat. Melainkan bacaan yang penuh ketenangan, tepat, fasih dan dapat menjadi cahaya penerang. Bukan sekadar tepat dalam lafal tapi selaras dengan hati.
Keempat, tadabbur terdapat setidaknya di Surah An Nisa 82, Al Mu'minun 68, Shad 29 dan Muhammad 24. Intinya bahwa Al Qur'an itu diturunkan agar kita berpikir alias melakukan refleksi sekaligus evaluasi. Karena Al Qur'an itu kitab paling lengkap sekaligus membuat kita melakukan kajian, uji coba, diskusi dan riset. Al Qur'an membawa informasi, data, sejarah, peringatan, kabar hingga larangan dan ancaman. Di sinilah kita akan terlihat menjadi seorang yang ulul albab, ulin nuha dan ulil abshar.
the woks institute l rumah peradaban 18/7/25

Komentar
Posting Komentar