Langsung ke konten utama

Rasulullah SAW Tidak Hadir Dalam Mimpi?





Woko Utoro

Beberapa kali saya merenung mengapa Rasulullah SAW tidak hadir dalam mimpi. Rasanya seperti bumi langit. Sulit sekali beliau hadir barangkali beberapa detik saja. Padahal ada sekacam kerinduan yang kadang kita sendiri tak mengerti. Bahkan tak jarang kita meneteskan air mata saat indal qiyam. Air mata yang berarti tidak mengerti atau memang ekspresi rindu.

Saat saya membaca dan mendengar kalam ulama bahwa ingin berjumpa Rasulullah SAW itu mudah. Tentu saya sangat antusias. Saya mencoba bagaimana caranya bisa bersua kekasih Tuhan tersebut. Tapi resep dari ulama lain justru tak kalah beratnya. Kadang dari itu saya pun langsung down dan seperti sesuatu yang tidak mungkin. Maka yang bisa saya lakukan hanya merenung sejenak. Seraya berpikir bagaimana, mengapa atau apa mungkin?

Dalam hidup padahal kita hanya ingin bersua Rasulullah SAW barangkali sekali saja. Itu pun tidak muluk-muluk, ya barangkali sekadar melihat beliau tersenyum. Atau barangkali sekadar beliau lewat saja sudah cukup. Karena bisa bertemu saja sudah bagian dari nikmat yang tak terhingga. Apalagi bisa sampai dekat, jagongan dan curhat.

Pada akhirnya kita sadar mengapa beliau belum sudi menemui umat seperti kita. Diakui sebagai umatnya saja adalah suatu hal yang luar biasa. Apalagi sampai beliau ridho dengan kita. Dengan orang yang kadang pikirannya jauh dari husnudzan. Orang yang jika berkata sering dusta. Orang yang langkahnya gontai dan congkak. Orang yang tangannya sering berbuat kasar. Orang yang lisanya kotor dan menyakiti. Orang yang kuasanya manipulasi. Orang yang malas beribadah, serta hal buruk lainnya.

Apakah mungkin Rasulullah SAW berkenan datang pada kita yang gelap ini. Rasanya tidak mungkin. Bahkan untuk sekedar menyebut namanya saja kita masih teramat lalai. Bagaimana mungkin Baginda Nabi yang agung hadir dalam mimpi. Bukankah pecinta akan banyak menyebut-nyebut nama yang dicintainya. Bukankah Rasulullah SAW datang kepada orang-orang suci. Dan rasanya kita yang masih dalam jurang maksiat akan sulit bertemu beliau.

Rasulullah SAW itu memiliki konsensus bahwa kebaikan akan dipertemukan dengan kebaikan. Beliau itu suci maka hanya akan bertemu dengan kesucian. Beliau itu manusia cahaya dan akan menemui cahaya. Sedangkan kita masih gelap gulita dan akan sulit bersama cahaya.

Tapi pertanyaan saya sederhana, mengapa Rasulullah SAW tidak berkenan datang ke mimpi orang-orang seperti kita. Mengapa beliau hanya datang kepada keluarga dan sahabatnya. Mengapa beliau mau hadir di perjamuan orang-orang sholeh. Apakah tidak ada orang kotor didatangi juru selamat dunia akhirat itu.

Apakah karena kita belum merindu dengan serius. Apakah kita belum menjalankan sunnah nya dengan baik. Atau apakah kita masih sedikit menyebut-nyebut namanya nan agung. Bukankah seharusnya adil baik itu suci ataupun kotor sama-sama memiliki hak untuk merindu. Bahkan seharusnya kegelapan juga perlu didatangi cahaya. Agar mereka sadar untuk mendekat pada sang Maha Cahaya.

Seharusnya Rasulullah SAW hadir pada orang-orang yang diam-diam rindu tapi tak sampai. Seharusnya Baginda Nabi datang kepada mereka yang remuk hatinya. Mereka yang selalu kalah dan tak pernah beruntung. Mereka yang telah lama menunggu untuk bertahan di dunia yang keras ini. Ya Rasulallahi jina lizziyarah qashidina, nartaji minkasy syafa'ah lijami'il hadzirina. []

the woks institute l rumah peradaban 3/7/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...