Langsung ke konten utama

Catatan Pertemuan Rutin Kepala TPQ Kortan Kauman di Mojosari





Woko Utoro 

Alhamdulillah saya bisa hurmat acara pertemuan kepala TPQ se Kortan Kauman. Kali ini bertempat di TPQ Roudlatul Athfal Mojosari di bawah asuhan Bu Hj Roudhotul Jannah. Lama sekali saya tidak hadir dalam acara ini. Sekalinya hadir saya langsung menjadi tuan rumah. Untung saja saya dibantu dua teman dan pastinya tuan rumah asli yaitu Bu Hj Roudhoh.

Seperti biasa acara ini dimulai pada pukul 09:00 pagi. Saat sebelum peserta hadir kami sudah mempersiapkan diri. Salah satunya mempersiapkan sound system, karpet, meja, jajanan hingga banner acara. Sampai waktu yang ditentukan akhirnya acara pun dimulai. Acara dipandu oleh Ibu Nyai Masfi'ah dan dirijen oleh Bu Mala. Sedangkan tetamu di depan dihadiri oleh Kiai Mualif dan Pak Imam Asrofi.

Dalam sambutannya Bu Hj Roudhoh menyampaikan terimakasih atas hadirnya para asatidz dan memohon maaf atas segala kekurangan. Sedangkan Pak Imam Asrofi menyampaikan agar para dewan guru TPQ selalu semangat walaupun tantangan ke depan makin nyata. Setelah itu barulah acara penutup yaitu mauidhoh hasanah oleh Kiai Mualif.

Di sini saya tidak mengikuti nasihat beliau secara utuh. Hanya saja yang saya tangkap yaitu ketika Kiai Mualif menjelaskan "wa tuli zaman" artinya bahwa belajar itu membutuhkan waktu lama. Sedangkan Kiai Mualif menjelaskan dalam makna lain yaitu bahwa belajar tidak ada kata berhenti alias terus.

Hingga pukul 11:35 acara pun usai dan ditutup dengan ramah tamah. Di sinilah sajian berupa makan bersama selalu jadi yang khas. Karena saat ditanya Islam itu seperti apa? Islam itu setelah kumpul-kumpul lalu makan bersama.[]

the woks institute l rumah peradaban 14/7/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...