Langsung ke konten utama

Menggugah Kesadaran Batin





Woko Utoro 

Prof Ahmad Ismail dari Semarang berkisah pada acara Haul Akbar Pondok PETA ke-56. Beliau menjelaskan apa alasan orang datang ke acara peringatan haul? setidaknya ada 3 yaitu kesadaran, mahabbah dan khidmah.

Beliau mengawali dengan dawuh Mbah Yai Djalil suatu ketika berkata, "Saiki, nek kene, ngene, koyok opo ae aku gelem". Kata-kata tersebut berkaitan dengan ahwal yaitu ilmu tentang kondisi. Di mana dalam kondisi apapun kita memang harus ikhlas untuk menjadi hamba pilihan. Walaupun kadang kondisi tidak menguntungkan yang pasti karena ikhlas tersebut kita bukan sekadar bertahan tapi menjalankan.

Kata Prof Ismail orang datang dari jauh digerakkan atas dasar mahabbah. Rasa cinta itulah modal utama di mana murid selalu menaruh hormat kepada gurunya. Jangan lupa kesadaran di awal juga sangat penting sebagai faktor penggerak. Dawuh Mbah Yai Djalil saat masih sugeng, "Kukune jo lali diketok i". Ini arti kesadaran harus diawali sejak dini dan diusahakan mulai dari diri sendiri. Yaitu bukan memotong kuku tangan atau kaki tapi memotong keAKUan, kuku, aku di dalam hati. Agar kita sadar bahwa yang ada hanya AKU Allah dan kita hanya mahluk dhoif.

Selanjutnya yaitu khidmah sebuah sikap untuk memberikan pelayanan terbaik kepada siapapun. Dalam hal ini tak ada tujuan lain selain mengharap ridho guru. Karena kita tahu bahwa keridhoan Allah justru hadir di berbagai ruang waktu. Kata seorang ulama kadang Allah menyembunyikan ridho di balik perintah. Kadang Allah marah di balik maksiat. Dan kadang Allah menyimpan wali di balik hamba-hambanya. Di sinilah kesadaran batin kita diuji maka dari itu tema istikomah berdzikir tanda karunia besar adalah benar adanya. Karena hanya orang pilihan yang ditentukan oleh Allah untuk lebih intim bersama Nya.[]

the woks institute l rumah peradaban 2/7/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...