Langsung ke konten utama

Bersyukur, Nikmat akan Ditambah




Woko Utoro 

Sebenarnya jika boleh jujur dalam hati yang cukup segala nikmat yang diberikan Allah sudah terlampau cukup. Bahkan lebih dari cukup. Hanya saja ego, nafsu dan segala keinginan mengkonversi menjadi selalu kurang. Padahal esensi hidup jika diperas salah satunya terletak pada kata syukur.

Dalam Al Qur'an jelas bahwa orang yang pandai bersyukur maka nikmat akan ditambah. Sebaliknya orang yang kufur alias ingkar maka bersiap saja azabnya teramat pilu. Lantas bagaimana cara kita bersyukur. Sederhana saja bahwa syukur itu harus mengosongkan keinginan. Jadi makin kita tak berpikir objek keinginan maka akan mudah nikmat dikabulkan. Dalam bahasa Mbah Nun bersyukur itu jangan seperti dagang.

Anda mungkin tahu orang dagang itu orientasi utamanya adalah laba. Nah, dalam konten bersyukur jangan demikian. Mbah Nun mencontohkan mengapa orang mudah gagal secara mental. Sebab doa, amalan, sholawat bahkan sholatnya hanya untuk menambah keuntungan. Jika semua ibadah itu tak berdampak dengan ekonomi maka orang mudah marah, hingga menyalahkan Allah dll. Dari itulah sholawat, shalat dhuha, baca waqiah atau apapun jangan niat seperti dagang yang orientasi keuntungan. Tapi niatkan rasa syukur dan cinta kepada Allah SWT.

Jika orang sudah bersyukur dan terus bersyukur maka tanpa meminta pun Allah akan memberi. Itu janji Allah karena ayat, firman dan pesan nabi juga jelas. Bahwa siapa saja yang makin dekat, makin bersyukur, sabar atas ujian, ikhlas atas takdir dari Allah pasti nikmatnya terus berlimpah. Serahkan semua kebutuhan hanya kepada Allah. Karena manusia itu mahluk terbatas dan selalu tidak merasa cukup. Saat ini harusnya kita cukupkan segala sesuatu hanya dari Allah, oleh Allah dan untuk Allah.[]

the woks institute l rumah peradaban 30/7/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...