Woko Utoro
Dalam cara haul Gus Miek ke-33, Gus Robert Miek melempar canda kepada Gus Kautsar yang tak lain misanannya. Kata Gus Robert, usia dhohir Gus Kautsar mungkin bisa lebih tua darinya tapi usia batinnya belum tentu. Dari guyonan tersebut kita jadi turut berpikir mungkin benar juga bahwa usia dhohir seseorang kadang bertolak belakang dengan usia batinnya. Misalnya ada orang yang nampak masih muda tapi ternyata usia batinnya sudah matang dan dewasa.
Dari guyonan tersebut saya jadi ingat sepenggal kisah dari pewayangan yang dimainkan alm. Ki Seno Nugroho. Singkat kisahnya Pakdhe Darmokusumo marah karena dicegah naik ke Kahyangan dan merubah dirinya menjadi Buto alias Dewa Amral. Darmokusumo pun dicegah oleh Gatutkoco dan Ontorejo tapi tidak bisa. Darmokusumo pun mengobrak-abrik istana para Pandawa. Akhirnya Ontoseno si bungsu membohongi Prabu Bolodewo karena Dewa Amral menghina pusaka Kiai Nenggolo dan Kiai Alugoro. Tapi ternyata Prabu Bolodewo pun tidak bisa menghentikan Buto tersebut. Kuncinya sederhana bahwa mereka tidak tahu siapa Buto itu sebenarnya. Hanya Ontoseno yang tahu bahwa Buto itu adalah pakdhe nya sendiri.
Poin dari kisah tersebut adalah bahwa Ontoseno mungkin bungsu dari anak-anaknya Werkudoro tapi batinya sudah matang. Maka dari itu ada istilah diasah batinnya jangan asal sekadar pintar. Pintar saja tidak cukup. Sehingga mengasah kepekaan batin juga tak kalah pentingnya. Sebab banyak orang pintar keilmuan, intelektual tapi mereka tumpul dalam olah batin. Akibatnya ilmunya tidak menyentuh problem sosial. Ilmu hanya singgah di kerongkongan atau diam di cangkang kepala. Padahal ilmu itu dilakoni kanthi laku kata orang Jawa. Alias ilmu yang manfaat adalah yang sekaligus diamalkan. Tanpa pengamalan ilmu hanya seperti burung dalam sangkar.
Di sinilah kita belajar tentang arti diam. Arti diam bukan tidak tahu, tapi justru tahu dan lebih bijak ketika saatnya dibutuhkan. Kita belajar tentang pelan-pelan. Dalam arti tenang untuk tidak grusa-grusu. Sebab dunia saat ini ditentukan oleh siapa yang cepat. Dan dunia lupa tidak menyediakan keselamatan. Termasuk teknologi, mungkin saja menyediakan banyak hal. Tapi teknologi tidak sekaligus memberi petunjuk apalagi kejujuran.[]
the woks institute l rumah peradaban 24/7/25

Komentar
Posting Komentar