Langsung ke konten utama

Ketika Seseorang Lahir Dari Masjid




Woko Utoro

Dulu ketika saya bertolak ke Tulungagung salah satu pesan unik dan hingga hari ini terus diingat adalah berkaitan dengan masjid. Pesan tersebut berisi tentang anjuran memakmurkan masjid. Guru saya Ustadz Kusnata dan Ustadz Khariri pernah berpesan demikian, jika di tempat orang carilah masjid. Di rumah Tuhan itulah hati kita akan tenang.

Lambat laun hingga saat ini saya selalu ingat pesan dua beliau. Ternyata pesan tersebut begitu mendalam. Terlebih lagi ketika saya tahu bahwa Prof Dr Kutbuddin Aibak, alias Pak Ibek juga dibesarkan dari masjid. Bahkan hingga hari ini Pak Ibek tidak pernah jauh dari dunia permasjidan. Dunia masjid dan takmir ternyata membawa berkah sampai Pak Ibek menjadi guru besar di UIN SATU Tulungagung.

Kita pernah dengar penggalan lagu Ujung Aspal milik Iwan Fals. Dalam lagu terdapat kamar di mana tempat bocah loper koran lahir. Intinya bukan soal tempat tapi berkaitan dengan awal mula seseorang berpijak. Termasuk juga masjid dan bahkan ada orang yang merasa hidup di tempat-tempat tertentu. Misalnya ada orang yang begitu hidup ketika berada di gunung, pantai, pasar, masjid, kantor hingga kuburan.

Saya menemukan jawaban mengapa guru saya berpesan berkaitan dengan masjid. Pertama, memakmurkan masjid itu titah Allah dalam Surah At Taubah ayat 18. Sehingga jelas bahwa siapa saja yang hatinya terpaut dengan masjid pastinya Allah langsung yang akan menata kehidupannya.

Kedua, masjid adalah tempat perlindungan. Bagi perantauan seperti saya tentu masjid adalah tempat yang netral. Dalam arti masjid adalah rumah untuk siapa saja. Tempat bagi mereka yang ingin berserah diri sekaligus tidak beruntung karena kerasnya dunia.

Ketiga, tidak setiap orang mau akrab dengan masjid. Karena masjid adalah simbol atas orang-orang yang beriman dan berpasrah. Masjid tidak menyediakan kemewahan akan tetapi kecukupan ala min haisu la yahtasib.

Keempat, masjid adalah simbol perjuangan umat Islam. Masjid tidak sekadar tempat ibadah melainkan tempat pengkaderan, kajian bahkan ekonomi. Maka dari itu masjid harusnya menjadi tempat bernaung bagi semua.

Kelima, masjid adalah tempat di mana umat belajar tentang dimensi duniawi dan ukhrawi termasuk kesadaran akan panggilan Tuhan. Dari masjidlah kita dapat berproses menjadi hamba yang sebenarnya.[]

the woks institute l rumah peradaban 31/7/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...