Woko Utoro
Suhu menjelma dingin. Udara diam-diam membeku dan kita tak bisa menahan lajunya. Inilah fenomena di mana alam menyuguhkan kuasaNya.
Saat kita bertanya dari mana dingin berasal? langit hanya diam. Manusia hanya pura-pura mendengar. Sedangkan laut masih sibuk bermain dengan ombak. Apalagi gunung ia tetap menjulang tinggi sambil sesekali menurunkan kabut tebal.
Tak ada yang bisa memastikan dari mana dingin berasal. Yang jelas apakah selimut bisa menangkis dingin? jawabnya singkat, "Selimut hanya menyediakan kemalasan atas alibi kehangatan". Kata api, "Kita juga tak mampu membakar dingin sebab ia datang lebih dulu". Kata mentari, "Tugas kami hanya bersinar sedangkan dingin tak bisa kompromi dengan terik". Kata bumi, "Jangan tanya kami, karena bumi adalah karpet menghampar dan tak bisa memberi kehangatan".
Lantas bagaimana kita menerka tentang dingin. Apakah dingin adalah suhu, udara, iklim, cuaca atau musim. Yang jelas dingin adalah kondisi di mana kuduk berdiri, tubuh menggigil dan selimut setipis tisu. Bahkan air panas sejenak hangat kuku. Dingin merubah semua menjadi sama yaitu dingin.
Saat kita bertanya pada bijak bestari ada yang berkata bahwa dingin berkaitan dengan sikap. Di mana orang telah kehilangan kehangatan dengan sesamanya. Di mana orang telah berjarak satu dengan lainnya. Di mana orang sudah berdiam diri dan tak mau berbagi tawa. Atau di mana orang tak lagi bertegur sapa padahal mereka ada dalam satu tempat.
Dingin mengajarkan kita bahwa kehangatan itu penting. Kita harus merawatnya dengan baik sebelum timbul kecewa. Karena dingin bukan sekedar kondisi suhu tapi kondisi hati.[]

Komentar
Posting Komentar