Woko Utoro
KH Purnawan Bukhori berkisah dalam Haul Pondok PETA ke-56 bahwa orang yang ziarah ke makam ulama seperti silaturahmi semasa hidup. Jadi bagi ulama dan auliya kematian tak ada bedanya justru mereka sebenarnya masih hidup. Hadir dalam majelis haul pun jangan dianggap sepele. Karena jika kita tahu secara hakikat hadir di majelis haul seolah ada keberkahan yang turun begitu deras.
Para wali Allah itu unik. Hidup mereka memang bersandar hanya kepada Allah. Sehingga bagi mereka materi tak berarti apa-apa, yauma lâ yanfa‘u mâluw wa lâ banûn (As Syua'ra : 88). Materi dianggap penting oleh hamba yang amatir. Maka dari itu ciri walinya Allah adalah dicerca oleh orang alim dan dihina oleh orang bodoh.
Prof Ahmad Luthfi Ponorogo juga menambahkan salah satu orang diangkat jadi wali adalah karena keikhlasannya. Sebab ikhlas itu ruh utamanya amal. Ikhlas itu ada upaya yang tidak mudah dalam bersandar pada Allah. Bersandar pada Allah itu penuh resiko. Dalam Surah As Shofat 168-170 ikhlas itu berat. Tapi kata Mbah Saladdin kita harus tetap bersandar pada Allah walaupun kadang enak atau tidak enak.
Kendati di Al Qur'an tidak ada kata ikhlas kecuali surah Al Ikhlas. Akan tetapi terdapat derivasi dari kata tersebut misalnya kata mukhlas, mukhlis, muflis. Kata Ibnu Khaldun jika orang sudah bisa ikhlas maka dia akan naik tingkat lebih dekat dengan Allah SWT. Kata Abu Hilal al Askary ikhlas itu seperti emas murni alias tidak ada campuran apapun. Sehingga mengapa emas disebut logam mulia karena memang ikhlas itu amal yang berbeda dari amal lainnya. Maka dari itu jelas orang yang ikhlas pasti derajatnya akan mulia di sisi Allah SWT walaupun mungkin ia tidak beruntung di mata makhluknya.[]
the woks institute l rumah peradaban 6/7/25

Komentar
Posting Komentar