Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Berjuang dan Berproses

Woko Utoro  Boleh saja kita tidak beruntung di tahun lalu tapi optimislah hari esok milik kita. Boleh saja kemarin kita remuk berkeping-keping tapi hari mendatang kita bangun kembali. Kata Rendra hari esok atau kemarin adalah sekarang. Jadi jelas bahwa tugas kita hanyalah berjuang dan berproses. Urusan berhasil atau tidak itu bukan wilayah kita, tapi wilayah Tuhan. Ingat kata Sapardi bahwa manusia itu abadi dan yang fana adalah waktu. Kita hanya diminta untuk mengabdi kepadaNya dengan ikhlas dan sabar. Tak ada kata kunci dalam pengabdian kecuali ikhlas dan sabar. Mbah Nun juga sering berkata bahwa Tuhan tidak menuntut agar kita sukses tapi Dia menyuruh agar kita berjuang tiada henti. Dalam perjuangan memang berlaku rumus tersebut di manapun, kapan pun, dan di medan apapun. Senada dengan hal itu Ning Inayah Wahid juga menguatkan kita untuk jalan terus. Ndak papa kalau cape istirahat. Pokok ndak boleh berhenti. Kita punya cita-cita gede. Dan ini bukan tentang diri sendiri melainkan banya...

Belajar Hidup Dari Orang Madura

Woko Utoro Kita mungkin sering bertanya mengapa di mana-mana banyak orang Madura. Bahkan di sekitar Masjidil Haram orang Madura juga dapat kita jumpai. Entah apa yang membedakan perantau dari Minangkabau dan perantau dari Madura. Yang jelas lewat artikel ini kita akan belajar pada orang Madura mengapa mereka menjadi buah bibir nasional. Kita ketahui bahwa perantau dari Minangkabau adalah syarat wajib khususnya bagi laki-laki. Orang Minangkabau belum disebut laki-laki jika mereka belum menjalani tradisi merantau. Karena garis keturunan yang berlaku Matrilineal atau bersambung ke ibu maka orang Minangkabau laki-laki wajib merantau. Alasannya di sana terdapat harta pusako yang hanya dapat dimiliki di saat laki-laki telah merantau. Berbeda dengan perantau dari Madura. Mereka melakukan perantauan karena dipengaruhi iklim geografis. Seperti kita tahu Madura secara geografis tanahnya kurang subur. Padahal tanah di Madura masih terhampar luas sehingga Clifford Geertz menyebutnya sebagai ekolog...

Hidup Harus Berimbang

Woko Utoro  Hidup itu harus seimbang. Dalam beragam segmentasi apapun itu keseimbangan adalah kunci. Seimbang itu memungkinkan kita hidup "di antara" bukan "berada". Artinya kita siap sedia jika kondisi berubah setiap saat. Misalnya rerata orang mengeluh dengan penderitaan. Sedangkan mayoritas orang sangat senang dengan kebahagiaan. Padahal dalam agama Islam bahagia dan derita adalah ujian. Dalam hal apapun dawuh Gus Mus harus seimbang, harus sekadarnya. Jika mencintai jangan berlebihan. Jika terpaksa membenci juga jangan berlebihan. Karena berlebihan itu bahaya. Sesuatu yang berlebih-lebihan akan menumbuhkan fanatisme. Dan fanatisme itu akarnya berebut kebenaran. Padahal kita diperintahkan untuk berlomba dalam kebaikan bukan berlomba dalam kebenaran. Mari kita belajar seimbang dalam hal apapun. Keseimbangan membuat kita berdiri tegak dan tidak memihak. Seimbang juga bermakna menakar sesuatu sesuai porsinya alias adil. Dengan keadilan memungkinkan kita bersikap dewa...

Matkul Filsafat dan Brain Rot

Woko Utoro Mengapa dulu saat mengikuti mata kuliah filsafat otak kita langsung pusing. Entah bagaimana ceritanya yang jelas respon otak kita langsung gelap gulita. Ternyata hari ini saya menemukan jawabannya yaitu karena bacaan kita belum banyak dan kita begitu awam akan istilah-istilah baru. Padahal jika sudah terbiasa maka filsafat menjadi konsumsi harian. Contohnya kajian filsafat yang diampu Dr. Fahruddin Faiz begitu renyah dan mudah dipahami. Mengapa matkul filsafat terasa begitu sulit? ada jawaban lainnya yaitu karena tidak adanya minat untuk mempelajarinya. Selain itu kita sudah terlanjur patah hati alias tertutup untuk mencoba membaca buku-buku filsafat. Teori-teori filsafat juga sudah tergantikan oleh hal-hal remeh di luar dunia akademik. Salah satunya kita memilih medsos untuk melampiaskan emosi dan mencari hiburan. Hanya saja kesalahan kita adalah terlalu percaya dengan medsos. Kita terlalu tenggelam dengan segala hiburan dan informasi yang ada. Masyarakat juga sudah di leve...

Podwrites Bersama Mas Rizal Fathur Rochimin : Edisi Musik Drumband

Berikut merupakan petikan wawancara jurnalis the woks institute bersama pelatih drumband potensial asal Rejotangan Tulungagung, Mas Rizal Fathur Rochimin. Beliau adalah seorang multitalenta, organisatoris, coach, broadcast hingga pendidik. Bincang hangat bersama Mas Cimien ini pastinya banyak pelajaran yang akan kita dapatkan. Semoga bermanfaat.  Jurnalis TWI : Kapan mulai tertarik di dunia drumband dan bagaimana kisah nya hingga hari ini tetap eksis?  Mas Cimien : "Sejak kecil memang saya hobi, dan sering nonton jika ada pawai drumband. Dari sanalah akhirnya ketertarikan tersebut memuncak. Kisah tentu berlanjut awalnya saat menjadi siswa di MTs Al Ghozali. Di sana saya memegang bendera panji lalu quintom. Terus di MAN 3 Tulungagung saya sempat menjadi pengurus harian. Tugasnya tentu menjadi pendamping dan membantu administrasi.  Berlanjut pada tahun 2011 saya berkiprah menjadi pelatih dan pada saat itu menimba ilmu dari coach pondok JH. Saya lalu memegang 2 unit. Pertama, MI PS...

Apa Yang Bisa Menyelamatkan Dari Kesepian

Woko Utoro  Perbincangan mengenai penyakit manusia modern terus berkembang. Rerata orang fokus pada penyembuhan penyakit dalam arti fisik. Padahal luka berkaitan jiwa merupakan ciri penyakit manusia modern. Terlebih bagi pemuda kata Dr. Fahruddin Faiz, sering dihinggapi penyakit batin. Suatu kondisi yang hanya bisa dipahami secara batiniah. Hal itu senada dengan apa yang disampaikan Joko Pinurbo alias Jokpin. Sebelum wafat Jokpin pernah berkata bahwa salah satu penyakit yang menjalar di era digital terutama menyerang anak muda adalah : sering kesepian, mudah dirundung rindu, baperan dan semakin tidak sabar terhadap waktu. Apa yang dikatakan Jokpin bukan barang baru. Sekaligus bukan problem sastrawi alias rekaan. Melainkan sudah menjadi fakta sosial yang meresahkan. Sehingga pemuda kini cenderung meleot dalam arti tidak memiliki ketahanan mental yang kuat. Bukankah kasus bunuh diri hingga femisida terjadi karena kerentanan aspek psikologis atau kejiwaan. Aspek mental tersebut mengalami...

Hari Ibu atau Hari Perempuan

Woko Utoro  Beberapa waktu lalu sempat berdebat apakah hari ibu atau hari perempuan? yang jelas embrio hari ibu berawal dari Kongres Perempuan ke-1 pada 1928. Barulah pada Kongres Perempuan ke-3 23-28 Juli 1938 peringatan hari ibu diperkenalkan. Salah satu inisiatornya yaitu Ibu Sujatin Kartowirjono yang sekaligus pimpinan sidang saat itu. Kongres perempuan tersebut meneguhkan peranan perempuan dalam parlemen dan politik. Termasuk posisi perempuan dalam kepemimpinan nasional. Nah, kini hari perempuan yang diperingati sebagai hari ibu justru tereduksi. Artinya bahwa peran perempuan yang begitu luas justru hanya diartikan sebagai penguasa rumah tangga. Sehingga di beberapa pihak menyayangkan hari ibu justru pemaknaannya menyempit. Dalam bahasa Julia Suryakusuma dikenal dengan istilah ibuisme atau pekerjaan perempuan yang tidak dibayar dalam rangka pengabdian kepada suami. Dari perdebatan itu tentu wajar saja. Terlebih bagi mereka yang memiliki visi tentang perempuan progresif. Tapi bagi...

Mengapa Sering Kecewa Karena Kuliah?

Woko Utoro Saya punya kisah menarik seputar kekecewaan seorang teman mengenai kuliah. Alasan kekecewaan mereka sederhana bahwa kuliah tidak bisa menjamin kesejahteraan. Bagi mereka kuliah hanya buang-buang waktu dan formalitas belaka. Selain itu jurusan di perkuliahan juga tidak mampu melenggangkan mereka ke dunia kerja.  Dari apa yang menjadi kekecewaan teman tersebut lantas saya bertanya jika sudah tahu kecewa mengapa masih dilanjutkan. Kadang dari hal itu teman saya mungkin lupa bahwa dalam rumah tangga cinta itu nomor dua. Sedangkan yang pertama adalah mau. Faktanya banyak orang menikah karena perjodohan tapi mereka punya anak dua bahkan lebih. Padahal katanya pernikahan mereka tidak dilandasi rasa cinta. Tidak cinta kok punya anak demikian guyonannya.  Dalam keluhan teman tersebut saya merasa perlu menanggapinya. Alasannya sederhana jika tidak ditanggapi maka orang yang berpikiran serupa menjadi mayoritas dan hal itu bisa bahaya. Pertama, sebelum menyalahkan kampus dan jurusan kit...

Penyakit dan Luka

Woko Utoro  Beberapa waktu lalu saya mengikuti webinar kesehatan bersama dr. Gustafianza atau biasa disapa dr. Finza. Webinar kali ini membahas tentang detoksifikasi tubuh. Materi tersebut dirasa perlu diketahui karena mayoritas orang menganggap tubuh yang sakit akibat virus dll. Padahal tubuh yang sakit bisa terjadi karena banyak hal seperti makanan dan pikiran. Di sinilah sering terjadi mispersepsi bahwa kadang penyakit terjadi akibat faktor eksternal. Padahal faktanya 89% penyakit terjadi karena faktor internal diri kita sendiri. Berkaitan dengan itulah orang sering melihat problem dari solusi. Misalnya, orang berpikir jika yang menyakiti itu adalah cinta padahal ego dan ekspektasi kita. Yang merontokkan daun bukan angin tapi musim gugur. Yang mengubur manusia bukan tanah tapi kematian. Ikan hidup di air tapi justru mati karena direbus air. Padahal yang merebus ikan adalah api. Itulah perumpamaan orang yang mengira jika sakit selalu berkaitan dengan virus atau bakteri. Contoh lain, ...

Sampai Mana Bacaan Kita

Woko Utoro  Ada dua momen spesial yang saya ingat setiap bulan Desember yaitu mengingat puncak hari ibu dan haul Gus Dur. Jika bicara Gus Dur kita akan bicara banyak hal tapi saya ingin lebih mengerucut yaitu tradisi membaca. Mba Inayah Wahid pernah berseloroh, "Kok Gus Dur dibuatkan patung dengan pose membaca, itu sungguh tidak otentik. Yang benar itu Gus Dur sering minta dibacakan". Tapi sebelum penglihatan beliau memburuk Gus Dur adalah pembaca ulung. Beliau menghabiskan waktu bertahun-tahun saat menjadi kepala perpustakaan Tebuireng bahkan ketika di Mesir dan Baghdad. Yang saya ingat dari Gus Dur adalah: pertama, jangan sampai tinggalkan sehari tanpa membaca. Jadi bacalah terus, terutama membaca buku yang akan membuka peta pemikiran agar tidak sempit. Kedua, membaca dan menulis adalah dzikirnya santri. Jika kita menyebut diri santri maka tak usah berdebat siapa santri sesungguhnya ketika 22 Oktober tiba. Sederhana saja santri itu yang masih mentradisikan membaca dan menul...

Wedding: SDM dan Problematika Ekonomi

Woko Utoro Saya telah bertanya ke banyak orang apa modal utama jika ingin melangsungkan pernikahan. Rerata menjawab soal mentalitas. Sedang lainnya menjawab soal modal materi. Tapi apapun itu mari kita uraikan bersama di mana titik poin atau alasan seseorang naik ke pelaminan. Yang jelas selain persoalan takdir menikah itu berkaitan dengan kesiapan seseorang untuk membina bahtera rumah tangga. Sebuah aktivitas kerjasama, saling memahami, saling melengkapi, yang dilakukan dalam tempo agak lama. Bahkan menikah dianggap ibadah terlama. Menikah juga disebut dalam sejarah sebagai syariat tertua sebelum rukun Islam ada yaitu era Nabi Adam dan Sayyidah Hawa. Kata Gus Baha jika orang niat menikah sebab ingin memperbaiki ekonomi mengapa pula perceraian juga karena alasan ekonomi. Lantas jika demikian apa yang pertama menjadi dasar seseorang melangsungkan akad di depan penghulu. Lagi-lagi jika jawabannya soal kemapanan materi atau kemolekan wajah toh tidak sedikit publik figur pernikahannya kand...

Ingin Diakui Oleh Allah SWT

Woko Utoro  Gus Baha beberapa kali sering mengatakan mengapa manusia modern berlomba ingin diakui manusia. Padahal diakui manusia hanya sebatas makhluk Nya. Mengapa tidak ingin berlomba diakuiNya sebagai pencipta mahluk termasuk manusia. Dalam hal ini Gus Baha ingin diakui oleh Allah dan memang sudah daftar jadi wali sejak lama. Dalam hierarki kebutuhan Maslow, ingin diakui menepati posisi kedua di bawah aktualisasi diri. Sehingga orang ingin diakui itu sebenarnya wajar-wajar saja. Akan tetapi sebagai mahluk religius pengakuan tersebut harus ditingkatkan yaitu hanya ingin diakui penciptanya. Ingin diakui Allah SWT maka levelnya meningkat dan tidak peduli mahluk bicara apa. Misalnya ada kisah yang disarikan dari ceramah KH Lukman Syafi'i Blitar. Beliau mengatakan: Dulu ada perempuan cantik. Tapi perempuan itu suaminya buta atau tidak bisa melihat. Akan tetapi perempuan itu memiliki kebiasaan bersolek indah di depan suaminya. Para tetangga pun mulai ngrasani alias bergosip. Ketika di...

Orang-orang Taklid dan Media Sosial

Woko Utoro  Sebagai orang awam mengikuti petunjuk guru adalah keharusan. Terlebih dalam urusan agama kita perlu petunjuk guru. Karena lewat guru lah kita mengerti isi kitab suci. Lantas jika demikian apakah tidak boleh orang awam mencari sendiri kebenarannya? Sebenarnya boleh saja orang awam menemukan kebenarannya sendiri. Akan tetapi pertimbangan khusus mengapa orang awam lebih disarankan mengikuti titah guru. Sebab dalam hal agama tidak boleh sembarang orang untuk mengusahakan hukum. Dalam pemahaman agama kita mengenal istilah taklid, ittiba dan ijtihad. Tiga istilah tersebut dimaknai sebagai jalan seseorang memahami agamanya. Bagi kita orang awam sepertinya ijtihad itu teramat berat. Karena ijtihad hanya boleh dilakukan oleh orang-orang mumpuni baik dalam ilmu dan amal. Orang yang mampu dalam hal keagamaan secara mendalam lalu mengupas sesuatu secara komprehensif baik melalui kitab suci, hadits dan kalam salaf disebut mujtahid. Sepertinya di bagian ini memang bukan maqam kita. Dan ...

Masih Adakah Kesunyian Yang Tersisa

Woko Utoro Sesekali aku berpikir masih adakah kesunyian tersisa dari agenda besar dunia. Peperangan, bencana alam hingga bunyi mesin, teknologi dan kebisingan konser. Rasanya tak ada yang tertinggal dari hujan kemarin. Kecuali kenangan yang sesaat menyurut. Lelaki kecil seperti ku memang membutuhkan sepotong sunyi untuk sekadar berdiam diri. Membuka note gawai sambil berharap ada sesuatu yang dapat ditulis. Seraya berharap ada sebongkah ketenangan yang ditemukan lewat pemandangan alam. Barangkali itulah cara meditasi paling gratis dan alami. Tapi aku lupa bahwa dunia kini tak seperti dulu. Dunia kini penuh kebisingan dan kebisuan bercampur aduk di atas ring kompetisi. Akhirnya pejuang kecil seperti ku memilih menepi sejenak untuk tidak berkata menyerah. Karena aku tahu ibu memilih melahirkan seorang penyabar daripada petarung. Kata orang menjadi kaya, populer, tampan dan pintar itu menyenangkan. Hidup serba kecukupan dan pastinya digandrungi followers. Tapi apakah demikian? bukankah me...

Pengetahuan dan Penghasilan

Woko Utoro  " Apakah yang harus kita punya, agar terbebas dari ketakutan " Jules Romains. Saya pernah digoda oleh seseorang, "Mana hasil mu membaca, mana hasil mu menulis. Jika tak jadi uang ya percuma saja". Pernyataan itu nampaknya benar tapi bisa sangat mungkin salah. Jika dijawab dengan emosi tentu akan buang-buang energi. Lantas apakah tidak perlu ditanggapi pernyataan tersebut? Yang jelas orang telah terjebak bahwa pendidikan dan gelar selalu dikaitkan dengan keuntungan berupa materi alias fulus. Padahal rumusnya jelas jika ingin pintar ya belajar. Jika ingin kaya ya bekerja. Sedangkan berpengetahuan adalah hak dan kewajiban. Di sinilah yang harus dipahami sebagaimana Al Alaq berbunyi, "Bacalah!". Jadi jelas bahwa baca itu memang bukan sekadar arti sempit membaca buku. Tapi lewat bukulah kita bisa membaca dunia dengan lebih luas sedangkan pendalaman diajarkan lewat guru dan pendidikan. Fungsi pengetahuan itu seperti cahaya pada kegelapan. Kita bisa s...

Tradisi Baca dan Tradisi Bicara

Woko Utoro  Anda pasti tahu tradisi oral alias bicara atau ngomong lebih mudah dilakukan siapapun. Bahasa guyonannya karena mulut lebih dekat dengan otak daripada meluangkan waktu membaca yang entah di mana letaknya. Tapi berbanding terbalik dengan tradisi membaca (dalam hal ini buku) dan tidak setiap orang mampu. Kemampuan membaca buku memang lebih berat ketimbang bicara. Masalahnya adalah kini orang bicara apa saja dan apa saja dibicarakan. Tanpa pernah berpikir apa isi pembicaraan, mengandung racun atau tidak. Atau kadang bisa menimbulkan rasa sakit karena tersinggung. Semua dibicarakan dengan gurihnya. Tradisi oral alias omong-omong begitu mudah kita jumpai di dunia medsos. Terlebih saat ini isi di medsos adalah mayoritas tukang gorengan. Coba bayangkan orang yang tidak memiliki kapasitas bicara bisa ngomong ngalor ngidul tanpa filter. Ironisnya lagi kita sebagai sami'in atau pendengar dan pemirsa percaya dengan mudahnya. Ohh iya saya lupa tapi faktanya demikian bahwa kata-kat...

Moralitas dan Media Sosial

Woko Utoro Apa dampak yang terasa akibat penggunaan teknologi secara brutal. Tentu kita tahu secara luas negara dengan penguasaan teknologi lebih dianggap sebagai penguasa. Akibatnya kolonialisasi karena ketimpangan kekuatan melahirkan penguasaan. Dominasi teknologi mengharuskan suatu bangsa tunduk atas bangsa lainnya. Paling jauh kita tidak terasa dipaksa tunduk atas konsumsi kekuatan tersebut. Teknologi mengharuskan penggunanya mengikuti perkembangan tanpa filter. Ambil contoh saja media sosial sebagai produk teknologi mengambil alih jarak komunikasi antar sesama. Hal itu sekaligus melahirkan budaya baru dalam interaksi sosial. Fahrudin Faiz menyebutkan bahwa dampak penggunaan medsos secara berlebihan akan melunturkan kepekaan batin. Selain kepekaan batin tumpul medsos juga mengancam eksistensi sosial. Orang-orang yang terhubung lewat internet kita sebut netizen hanya memiliki keberanian di ruang maya. Sedangkan di ruang nyata mereka adalah mahluk kesepian. Lebih parah lagi masyaraka...

Al Qur'an Sumber Cahaya Kehidupan

Woko Utoro Membincang Al Qur'an memang tak berkesudahan. Al Qur'an adalah sumber air yang tak pernah kering ditimba. Al Qur'an adalah cahaya kehidupan yang berkahnya menembus semesta. Demikianlah yang saya tangkap dari penjelasan ceramah KH Mustofa Aqil Siradj (Pengasuh Ponpes KHAS Kempek Cirebon) dalam peringatan Haul KHR. Muhammad Munawwir bin Abdullah Rosyad ke-86. Menurut KH Mustofa Aqil Siradj, Al Qur'an itu berkahnya luar biasa. Salah satunya dirasakan hingga kini dan jika di Indonesia khususnya Jawa pasti nama Mbah Munawwir Krapyak tak pernah dilupakan dari sanad keilmuannya. Ibarat sumber maka Mbah Munawwir sudah mengalirkan keberkahan Al Qur'an se-antero negeri. Kata KH Mustofa Aqil Siradj memang Al Qur'an itu berkahnya tak ada habisnya. Hal itu telah dibuktikan berdasarkan sejarah. Siapa yang dititipkan Al Qur'an maka akan mulia. Al Qur'an akan menjadikan pemiliknya tinggi derajatnya dan berpangkat pemimpin. Contoh Al Qur'an diwahyukan mela...

Musyawarah Membuat Hidup Terarah

Woko Utoro  Ada satu frasa menarik dalam lingkup sosial kita yaitu musyawarah. Frasa itu juga yang sering kita temui dalam mapel PKN atau IPS saat sekolah menengah dulu. Satu frasa yang tidak semua orang bisa melakukannya. Karena musyawarah membutuhkan kerendahan hati untuk memulainya. Sebab dewasa ini banyak orang menganggap musyawarah tidak penting dengan alasan merepotkan. Seperti yang diketahui musyawarah berasal dari bahasa Arab syawara-tasy'uru-musyawarah" atau "syura" yang berarti petunjuk, tanda, nasihat, pertimbangan dan rundingan. Musyawarah menjadi aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan di masyarakat. Musyawarah menjadi penting terlebih untuk memecahkan masalah. Dalam Kitab Ta'limul Muta'alim frasa musyawarah menjadi salah satu dari sekian pembahasan yaitu masuk bab memilih ilmu dan guru. Saking pentingnya maka musyawarah dianggap sebagai metode menentukan keputusan. Bahkan Kanjeng Nabi Muhammad SAW sendiri tidak pernah absen untuk berm...

Ulama dan Umara

Woko Utoro  Dalam sebuah pengajian Gus Baha menjelaskan mengapa ada ulama yang mendatangi umara (pemimpin). Gus Baha menerangkan bahwa kata Imam Nawawi seorang ulama mendatangi umara itu boleh apalagi jika menyangkut uang. Di beberapa kesempatan jika ada ulama mendatangi umara soal uang mayoritas orang langsung aneh dan desas-desus. Padahal dari hal itu ada maksud dan tujuannya. Kata Gus Baha jika ulama datang ke umara soal uang itu jelas bahwa ulama memang orang alim. Ulama tahu bagaimana cara menggunakan uang untuk kebaikan. Bayangkan jika uang itu digunakan oleh orang yang tidak baik maka tidak baik pula outputnya. Lalu sebaliknya mengapa umara tidak mendatangi ulama. Itu juga jelas bahwa umara memang bodoh. Karena umara tidak tahu bagaimana cara menggunakan uang dengan baik. Nah, di sini kita belajar jangan segera ambil kesimpulan jika ulama datang ke umara itu tidak baik. Pasti walaupun misalnya ulama itu keliru toh keliru-nya orang alim pasti memiliki hikmah tersendiri. Dan hikma...

Medsos dan Lahan Berdebat

Woko Utoro  Sejak dulu perkembangan medsos itu mengkhawatirkan. Salah satunya bisa menurunkan kemapanan apalagi arogansi mulut para publik figur. Terlebih kita sering dipecah belah oleh berita hoax yang berjamuran. Serta kemampuan media dalam memberikan realitas semu. Inilah dunia medsos di mana fungsinya mendidik netizen agar menjadi talenta pengecut. Tanpa di sadari kita selalu terjebak setiap hari oleh konten-konten miskin edukasi. Kehidupan menjadi tidak bisa dibedakan antara fakta dan tipuan. Apalagi saat ini masyarakat begitu senang dengan short video atau potongan video yang berseliweran ke beranda. Kasus yang pernah terjadi perihal medsos di antaranya video Ahok yang diduga dianggap menistakan agama ketika bicara di Pulau Seribu. Terbaru tentu kasus Gus Miftah dengan penjual es teh akibat kata gobloknya. Itu hanya segelintir kasus yang tanpa disadari dilakukan oleh ulah orang-orang yang senang memotong video lalu menyebarkannya. Masih ada banyak lagi kasus lainnya dan anda past...

HDI : Bergerak Bersama Berkarya

Woko Utoro  Pada 3 Desember 2024 saya berkesempatan belajar berbincang dengan guru-guru hebat dari SLBN Campurdarat Tulungagung. Kebetulan pada saat itu bertepatan dengan peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI). Saya diminta menjadi moderator di acara talk show 90,9 Radio Berlian FM Tulungagung. Acara HDI tersebut membawa tema, "Bersama Berkarya Menuju Kemandirian dan Kesetaraan" serta bertajuk Disabilitas Bergema (Bergerak Bersama). Sedangkan narasumber talk show tersebut diwakili kepada Ibu Hani dan Ibu Dani bersama orang tua siswa. Acara yang berlangsung satu jam tersebut pastinya menarik dan membuat saya belajar tentang anak difabel. Perlu diketahui bahwa disabilitas adalah seseorang yang mengalami keterbatasan atau kesulitan dalam melakukan aktivitas tertentu meliputi sensorik, fisik, intelektual maupun mental. Sedangkan difabel adalah sebutan bagi anak penyandang disabilitas yang diperkenalkan Mansour Fakih. Istilah tersebut diperhalus karena menyesuaikan dengan...

Menulis Memperkuat Peradaban

Woko Utoro  Saat mengisi acara pelatihan menulis di Pusat Studi Pesantren (PSP) UIN SATU Tulungagung saya membahas titik pusat peradaban. Jangan dikira peradaban itu frasa besar yang seolah sulit diwujudkan. Padahal peradaban itu lahir dari hal-hal sederhana di keseharian. Dalam konteks ini tentu berdiskusi dan menulis. Yogyakarta mengapa disebut Kota Pelajar. Sederhana saja karena kota ini masih membaca. Anak mudanya masih gandrung dengan bacaan dan berdiskusi. Ditambah lagi kreativitas dalam hal seni dan menulis begitu banyak dijumpai. Halaqoh kecil pegiat literasi juga tidak sulit untuk dicari. Maka pantas jika kota Gudeg tersebut masih mashur dengan julukan kota pelajar. Jelas bahwa peradaban itu bukan ditentukan dari banyaknya orang hadir dalam seminar. Melainkan orang yang masih gemar berdiskusi di manapun tempatnya. Tanpa harus ada formalitas diskusi, membaca dan berlatih menulis menjadi sajian utama. Termasuk yang dilakukan PSP ini walaupun hanya diikuti beberapa orang setidakn...

Menikmati Kesengsaraan

Woko Utoro  Saya pernah dengar sebuah pesan begini, "Hidup itu tidak harus sukses tapi kesuksesan itu adalah amal bakti mu pada sebuah proses". Artinya bahwa penghargaan mu terhadap proses adalah kesuksesan itu sendiri. Bahkan jika ada orang gagal dalam hidup sebenarnya bukan gagal secara hakikat. Tapi sebuah kesuksesan yang kita tidak pernah tahu apa maksudnya. Bicara soal kegagalan dan kesuksesan, KH Nanang Darunnajah dalam Pengajian Malam Jum'at (PMJ) Jamsaren menjelaskan dalam sebuah hadits qudsi. Ada dialog antara Malaikat Jibril dan Allah SWT. Kata Jibril, "Ya Allah kasihan betul orang itu. Sudah lebih dari 40 tahun hidupnya sengsara. Apakah engkau tidak ingin merubah nasibnya". Allah SWT pun langsung menjawab, "Wahai Jibril orang itu ibadahnya biasa saja, amalnya pun masih sedikit dan tidak ada keistimewaan lain selain sabarnya menghadapi cobaan hidup. Bahwa kesabarannya terhadap kesengsaraan itulah yang luar biasa. Karena sabarnya itu justru menjadi...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Memungut Hikmah Perjalanan

Woko Utoro Entah bagaimana ceritanya saya selalu mendapat pelajaran berharga dari setiap perjalanan. Seperti halnya Kiai M. Faizi, saya punya prinsip dinamis jika ada yang sulit mengapa memilih yang mudah. Soal itu tentu berkaitan dengan pilihan dan keputusan. Awalnya saya ingin rihlah dengan menggunakan kereta api tapi faktanya bus lebih menyediakan semua. Karena kehabisan tiket akhirnya saya memilih bus sebagai armada untuk sampai ke tujuan. Alhamdulillah beberapa hari lalu saya mendapat hikmah dari perjalanan ke kota Probolinggo. Seperti kitab suci entah bagaimana perjalanan selalu tak habis dikupas. Ada saya yang membuat kita belajar. Walaupun sebenarnya perjalanan itu cenderung statis apalagi kita hanya sebagai penumpang. Walaupun begitu saya memiliki catatan khusus dalam setiap edisi perjalanan. Pertama, saya selalu belajar akan kegigihan dan ketabahan para pedagang asongan. Seberapa pun penat dan kerasnya hidup toh mereka memilih jalan terhormat. Mereka memilih berjualan dan buk...

Tirakat Jalanan

Woko Utoro Kata Kiai M. Faizi jika ingin melihat sifat asli manusia seringlah berjalan terutama naik kendaraan umum. Di sanalah kita tahu karakter manusia beragam tanpa polas-poles alias pencitraan. Satu hal yang semua pengendara dan penumpang sama adalah ingin segara cepat sampai. Ingin segera cepat sampai itu bermasalah. Karena di sanalah awal mula bencana tiba. Manusia lupa bahwa perjalanan seribu mil diawali dari satu langkah. Maka dari itu prinsip kecepatan harus diimbangi dengan keyakinan kepada sang pemilik waktu. Kiai M. Faizi mempertanyakan mengapa kecelakaan sering terjadi di jalan. Bahkan jalanan menjadi mesin pembunuh ketiga setelah serangan jantung dan kanker. Problemnya sederhana karena manusia menghamba pada nafsu. Terutama nafsu ingin memburu kecepatan agar segera sampai tujuan. Di sanalah kita belajar akan arti proporsional. Misalnya bagaimana ketika menjadi pengendara. Atau bagaimana ketika menjadi penumpang. Menjadi apapun hal utama adalah etika. Mayoritas mengapa la...