Langsung ke konten utama

Tirakat Jalanan




Woko Utoro

Kata Kiai M. Faizi jika ingin melihat sifat asli manusia seringlah berjalan terutama naik kendaraan umum. Di sanalah kita tahu karakter manusia beragam tanpa polas-poles alias pencitraan. Satu hal yang semua pengendara dan penumpang sama adalah ingin segara cepat sampai.

Ingin segera cepat sampai itu bermasalah. Karena di sanalah awal mula bencana tiba. Manusia lupa bahwa perjalanan seribu mil diawali dari satu langkah. Maka dari itu prinsip kecepatan harus diimbangi dengan keyakinan kepada sang pemilik waktu. Kiai M. Faizi mempertanyakan mengapa kecelakaan sering terjadi di jalan. Bahkan jalanan menjadi mesin pembunuh ketiga setelah serangan jantung dan kanker. Problemnya sederhana karena manusia menghamba pada nafsu. Terutama nafsu ingin memburu kecepatan agar segera sampai tujuan.

Di sanalah kita belajar akan arti proporsional. Misalnya bagaimana ketika menjadi pengendara. Atau bagaimana ketika menjadi penumpang. Menjadi apapun hal utama adalah etika. Mayoritas mengapa laka lantas sering terjadi karena manusia melupakan etika di jalan. Orang sudah tak sadar bahwa etika berlaku di mana saja. Tidak hanya di masjid, di jalan bahkan di kamar mandi pun etika selalu berlaku. Inilah filsafat ala Kiai M. Faizi agar kita bisa tirakat walaupun itu di jalanan.

Lantas bagaimana tirakat jalanan bekerja? sederhana saja bahwa jalanan adalah palagan terbuka yang menyediakan keselamatan atau kematian. Sedangkan segala kemungkinan itu tak pernah diketahui manusia. Soal kemungkinan itu hanya Allah SWT yang tahu. Maka dari itu ketika akan berjalan mulailah dengan niat yang baik, sucikan diri, berdoa, bershalawat dan tetap tenang. Fokus di jalan dan jangan ugal-ugalan. 

Hilangkan segala arogansi bahwa jalan itu milik sendiri padahal jalan itu milik semua. Jangan andalkan kemampuan materi cuma karena pintar nyetir. Tapi libatkan pula Allah SWT di setiap perjalanan. Insyaallah dengan begitu kita akan selamat. Bukankah tujuan hidup adalah selamat hingga menuju terminal akhir, Allah SWT.

Demikianlah jalanan kita bisa selalu belajar dengan apapun. Apalagi ketika melihat banyak asongan, pengemis dan pengamen hilir mudik di kendaraan umum. Perasaan kita akan campur aduk antara memberi atau terimakasih. Belum lagi ketika sampai di terminal besar para potter dan calo berebut mengambil hati para penumpang. Serta banyak lagi lainnya. Selamat belajar dan selamat datang di dunia penuh tipu daya.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun...

Bukber PKBM Pilar Papat Panggungrejo

Woko Utoro Dua hari sebelum hari raya saya diundang oleh Pak Toni yang tak lain merupakan founder PKBM Pilar Papat Panggungrejo. Kami kenal begitu singkat yaitu saat beliau narik ojek online Maxim. Ya, Pak Toni adalah driver Maxim sekaligus teman baru saya yang bertemu ketika mengantar teman sepulang dari rumah sakit. Singkat kisah Pak Toni bercerita seputar kegiatan pengelolaan pendidikan khusus anak berkebutuhan. Hingga akhirnya pertemuan kami berlanjut di warung kopi depan Bravo. Kami ngobrol ngalor ngidul hingga akhirnya sampai di tanggal 8 April saya diajak untuk hadir dalam acara metri atau launching PKBM Pilar Papat. PKBM Pilar Papat merupakan pusat kegiatan belajar menyenangkan yang didirikan Pak Toni bersama beberapa kawannya. PKBM Pilar Papat terletak di Desa Panggungrejo arah Karangduren menuju SMA 1 Tulungagung. Atau selatannya PP Al Istighotsah Panggungrejo. Menurut Pak Toni PKBM Pilar Papat tersebut didirikan atas kesadaran bahwa ada anak-anak yang butuh perhatian khusus....

Catatan Srawung Buku Anak Merdeka di Warkop Ngaji Ngopi

Woko Utoro Saya sangat senang ketika bergabung dalam acara Srawung Buku. Kebetulan saya bertindak sebagai penanggap buku. Sebuah tugas yang tentunya kali pertama ini saya kerjakan. Sebelumnya saya hanya sebagai moderator ataupun narasumber. Tapi ini menjadi pembelajaran buat saya kedepannya. Agar selalu siap dalam berbagai posisi.  Mba Fafa sebagai founder Komunitas Belajar Melati Sinebar sekaligus moderator acara Srawung Buku mengajak saya bersama narasumber lainnya dalam diskusi. Di antaranya penanggap buku pertama yaitu Mba Deni (Founder Komunitas Aku Bisa Menulis (ABM) dan tentunya penulis buku Anak Merdeka Mas Narno dan Mba Ulya.  Malam itu di warung Ngaji Ngopi kami pun berdiskusi begitu gayeng. Sampai-sampai waktu berlalu begitu cepat. Hingga akhirnya kami bicara seputar buku Anak Merdeka. Buku yang ditulis terutama ketika masa pandemi. Buku yang dalam hemat saya menarik dan perlu terus dikembangkan.  Buku Anak Merdeka berisi catatan pengasuhan anak yang memerdekakan. Pengasuhan...