Langsung ke konten utama

Musyawarah Membuat Hidup Terarah





Woko Utoro 

Ada satu frasa menarik dalam lingkup sosial kita yaitu musyawarah. Frasa itu juga yang sering kita temui dalam mapel PKN atau IPS saat sekolah menengah dulu. Satu frasa yang tidak semua orang bisa melakukannya. Karena musyawarah membutuhkan kerendahan hati untuk memulainya. Sebab dewasa ini banyak orang menganggap musyawarah tidak penting dengan alasan merepotkan.

Seperti yang diketahui musyawarah berasal dari bahasa Arab syawara-tasy'uru-musyawarah" atau "syura" yang berarti petunjuk, tanda, nasihat, pertimbangan dan rundingan. Musyawarah menjadi aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan di masyarakat. Musyawarah menjadi penting terlebih untuk memecahkan masalah.

Dalam Kitab Ta'limul Muta'alim frasa musyawarah menjadi salah satu dari sekian pembahasan yaitu masuk bab memilih ilmu dan guru. Saking pentingnya maka musyawarah dianggap sebagai metode menentukan keputusan. Bahkan Kanjeng Nabi Muhammad SAW sendiri tidak pernah absen untuk bermusyawarah dengan sahabatnya. Lebih lagi tema musyawarah beliau juga berkaitan dengan masalah keluarga.

Bisa dibayangkan sekelas Kanjeng Nabi Muhammad SAW saja masih mau bermusyawarah. Sedangkan kita sebagai orang biasa kini justru enggan bermusyawarah dengan alasan merepotkan. Musyawarah tidak akan menemukan titik temu karena harus menyamakan pemikiran. Maka dari itu dewasa ini tanpa musyawarah orang-orang menjadi individualis. Mereka memilih hidup sendiri dengan masalahnya dan abai terhadap peran orang lain.

Dijelaskan bahwa orang yang gemar bermusyawarah aka. selalu ada hikmah. Musyawarah membuat jalan buntu menjadi terang benderang. Problematika kegelapan selalu ada cahaya. Karena musyawarah itu upaya memecahkan masalah dengan bersama. Termasuk dalam hal mengambil keputusan. Salah satu yang penting adalah memilih berguru dan menimba ilmu.

Dalam Kitab Ta'limul Muta'alim orang yang ingin pergi ke suatu tempat haruslah bermusyawarah. Jika pun sudah sampai di tempat tujuan itu pun masih harus bermusyawarah. Karena seseorang tidak boleh gegabah alias ceroboh dalam menentukan tempat dan dengan guru siapa ia belajar. Maka dari itu hanya lewat musyawarah lah semua tanda tanya itu terjawab.[]

the woks institute l rumah peradaban 13/12/24

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...