Langsung ke konten utama

Ingin Diakui Oleh Allah SWT




Woko Utoro 

Gus Baha beberapa kali sering mengatakan mengapa manusia modern berlomba ingin diakui manusia. Padahal diakui manusia hanya sebatas makhluk Nya. Mengapa tidak ingin berlomba diakuiNya sebagai pencipta mahluk termasuk manusia. Dalam hal ini Gus Baha ingin diakui oleh Allah dan memang sudah daftar jadi wali sejak lama.

Dalam hierarki kebutuhan Maslow, ingin diakui menepati posisi kedua di bawah aktualisasi diri. Sehingga orang ingin diakui itu sebenarnya wajar-wajar saja. Akan tetapi sebagai mahluk religius pengakuan tersebut harus ditingkatkan yaitu hanya ingin diakui penciptanya. Ingin diakui Allah SWT maka levelnya meningkat dan tidak peduli mahluk bicara apa. Misalnya ada kisah yang disarikan dari ceramah KH Lukman Syafi'i Blitar. Beliau mengatakan:

Dulu ada perempuan cantik. Tapi perempuan itu suaminya buta atau tidak bisa melihat. Akan tetapi perempuan itu memiliki kebiasaan bersolek indah di depan suaminya. Para tetangga pun mulai ngrasani alias bergosip. Ketika ditanya, "Untuk apa kamu berdandan sedangkan suami mu buta?" Si perempuan pun menjawab, "Biarlah suami ku tidak melihat. Yang jelas aku berdandan hanya mengikuti titah Allah dan Rasulnya. Tak peduli suami ku melihat atau tidak. Yang terpenting Allah ridho padaku. Yang terpenting aku hanya ingin ternilai dalam pandangan Nya".

Kisah lain seperti ada syeitan bertemu kodok. Pada saat itu kodok membawa air di mulutnya. Ketika ditanya untuk apa ternyata air itu untuk memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim AS. Kata syeitan, "Untuk apa air seteguk itu? Jika untuk memadamkan api pada Ibrahim sungguh mustahil dan sia-sia". Sang kodok pun menjawab dengan tegas, "Tak peduli apa katamu. Mungkin air ini tak mampu memadamkan api. Tapi yang jelas aku berada di pihak kebenaran. Aku ingin diakui oleh Allah SWT sebagai hamba yang memihak kebenaran walaupun dalam penilaian mahluk tak ada artinya. Yang jelas tak ada pertimbangan lain selain aku ingin diakui oleh Allah SWT sang maha kasih".

Demikianlah kisah singkat nya bahwa jangan pernah gusar dengan penilaian manusia. Selama itu benar, selama itu baik lanjutkan saja. Hal yang perlu kita pertimbangkan hanyalah apakah Allah SWT ridho atau tidak. Jika sang maha kasih ridho dengan apa yang kita lakukan maka lakukan saja tanpa peduli penilaian orang. Kebaikan itu seperti pohon akan terus tumbuh dan tumbuh.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...