Langsung ke konten utama

Menulis Memperkuat Peradaban




Woko Utoro 

Saat mengisi acara pelatihan menulis di Pusat Studi Pesantren (PSP) UIN SATU Tulungagung saya membahas titik pusat peradaban. Jangan dikira peradaban itu frasa besar yang seolah sulit diwujudkan. Padahal peradaban itu lahir dari hal-hal sederhana di keseharian. Dalam konteks ini tentu berdiskusi dan menulis.

Yogyakarta mengapa disebut Kota Pelajar. Sederhana saja karena kota ini masih membaca. Anak mudanya masih gandrung dengan bacaan dan berdiskusi. Ditambah lagi kreativitas dalam hal seni dan menulis begitu banyak dijumpai. Halaqoh kecil pegiat literasi juga tidak sulit untuk dicari. Maka pantas jika kota Gudeg tersebut masih mashur dengan julukan kota pelajar.

Jelas bahwa peradaban itu bukan ditentukan dari banyaknya orang hadir dalam seminar. Melainkan orang yang masih gemar berdiskusi di manapun tempatnya. Tanpa harus ada formalitas diskusi, membaca dan berlatih menulis menjadi sajian utama. Termasuk yang dilakukan PSP ini walaupun hanya diikuti beberapa orang setidaknya hal itu sudah dilakukan.

Mengapa Kita Perlu Menulis?

Pertanyaan tersebut selalu saya bawa ketika pelatihan menulis. Tentu bukan hal baru setiap orang pasti merasa bahwa menulis itu penting. Tapi mayoritas bingung apa yang hendak ditulis, untuk apa tulisan tersebut, di-publish di mana dan bagaimana jika tidak ada yang baca. Atau ketakutan jika tulisan kita jelek.

Pertama, bahwa menulis itu tergantung niat, minat dan passion. Jika orang sudah berniat masih lumayan kapan waktunya pasti akan menulis. Terlebih jika minatnya pada dunia tulis sangat besar pasti esok akan melahirkan buku. Paling penting jika sudah jadi passion pasti menulis itu ibarat kebutuhan dan menjadi jalan ninja. Lebih parah jika orang sudah tidak memiliki niat, minat apalagi passion. Jangan berangan-angan membangun peradaban.

Kedua, menulis itu bisa menjadi wajib jika anda seorang akademisi. Atau orang yang memiliki pengetahuan lebih. Bagi pemula menulis bagus dan rapih itu sunnah. Termasuk menulis sistematis , efektif dan menarik itu mubah. Menulis itu hukumnya makruh jika anda tidak mau menulis bahkan haram bagi anda menulis tapi plagiat.

Ketiga, menulis itu mudah. Jika tak memiliki inspirasi kita bisa belajar dari lingkungan sekitar. Bahkan inspirasi bisa datang dari anggota tubuh. Misalnya menulis dari apa yang kita lihat (mata), apa yang pernah didengar (telinga) dan peristiwa yang pernah dirasakan (hati).

Keempat, jika ingin membangun peradaban maka menulislah. Menulis menjadi alternatif kita yang hari ini diberi kesempatan akal dan belajar di kampus. Karena tidak setiap orang diberi amanat untuk mengembangkan pengetahuan. Kata Ahmad Tohari dengan menulis dunia akan terus lahir kembali.

Kelima, akan ada banyak hal yang kita dapat dari menulis. Karena menulis itu proyek jangka panjang. Jangan sampai dunia dibaca dengan sinis hanya karena kita enggan menulis. Ingat bahwa menulis bukan kebutuhan segelintir orang melainkan penyangga sejarah dan peradaban. Jadi kapan mau menulis?

the woks institute l rumah peradaban 8/12/24

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...