Langsung ke konten utama

Matkul Filsafat dan Brain Rot




Woko Utoro

Mengapa dulu saat mengikuti mata kuliah filsafat otak kita langsung pusing. Entah bagaimana ceritanya yang jelas respon otak kita langsung gelap gulita. Ternyata hari ini saya menemukan jawabannya yaitu karena bacaan kita belum banyak dan kita begitu awam akan istilah-istilah baru. Padahal jika sudah terbiasa maka filsafat menjadi konsumsi harian. Contohnya kajian filsafat yang diampu Dr. Fahruddin Faiz begitu renyah dan mudah dipahami.

Mengapa matkul filsafat terasa begitu sulit? ada jawaban lainnya yaitu karena tidak adanya minat untuk mempelajarinya. Selain itu kita sudah terlanjur patah hati alias tertutup untuk mencoba membaca buku-buku filsafat. Teori-teori filsafat juga sudah tergantikan oleh hal-hal remeh di luar dunia akademik. Salah satunya kita memilih medsos untuk melampiaskan emosi dan mencari hiburan.

Hanya saja kesalahan kita adalah terlalu percaya dengan medsos. Kita terlalu tenggelam dengan segala hiburan dan informasi yang ada. Masyarakat juga sudah di level candu dalam menggunakan gadget. Akibat kecanduan tersebut dampak buruk terjadi khususnya sudah menjangkiti anak-anak milenial yang kita sebut brain rot.

Brain rot sebenarnya bukan istilah baru dalam diskursus penyakit era digital. Brain rot merupakan gangguan yang terjadi pada mental, intelektual hingga sosial akibat terlalu lama berselancar di media sosial. Terlebih kita berselancar akan hal-hal remeh. Brain rot juga bisa diartikan pembusukan otak akibat konsumsi konten receh di media sosial.

Awalnya mungkin hanya sekadar mencari hiburan atau pelampiasan dari stres. Lambat laun justru membentuk algoritma di mana penggunanya akan terus mengikuti. Jika mereka tertinggal dari informasi terbaru maka kecemasan hingga sindrom FOMO justru lahir. Di sinilah brain rot memungkinkan kita memiliki mental kalah sebelum bertarung.

Dampak dari mengkonsumsi konten receh kita menjadi malas berpikir. Kita menjadi alergi dengan hal-hal berat atau yang membuat berpikir ala filsafat. Terkhusus untuk anak muda hidup menjadi tidak relite dengan fakta sosial. Sebab aktivitas scroll di gawai hanya hal-hal yang bersifat hiburan bukan edukasi atau pengetahuan. Akhirnya kemampuan kognitif kita menjadi menurun. Daya kritis juga semakin tumpul dan kadang berimbas pada sikap keseharian. Kita menjadi kehilangan fokus dan lebih senang menyendiri.

Brain rot dan terlalu lama di depan gawai akibatnya bisa fatal. Maka dari itu aktivitas ini perlu kita perhatikan. Terlebih bagi kesehatan mental dan pikiran. Jangan sampai kita hanya menjadi korban medsos dan abai tentang kualitas berpikir yang kaya ini. Sebelum terlambat mari kita memilih konten yang berkualitas, membuat catatan dan membatasi waktu bermedsos. Buat pikiran tajam kembali dengan mengkonsumsi konten-konten positif dan bermanfaat.
 

the woks institute l rumah peradaban 29/12/24

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...