Woko Utoro
"Bagi yang percaya penjelasan itu tidak perlu. Bagi yang tidak percaya penjelasan itu tidak berguna". -Abah Abad Badruzaman
Quote pembuka dari Prof. Dr. Abad Badruzaman Lc., M. Ag. tersebut meluncur ketika kajian rutin di Masjid Al Ittihad Sumbergempol. Kebetulan beliau sebagai pengampu dan tema yang dibahas adalah Isra Mi'raj. Ada hal menarik dari pembahasan tersebut yaitu berkaitan teori logis bagaimana peristiwa Isra Mi'raj dapat diterima akal.
Kita harus tahu bahwa Isra Mi'raj ini merupakan mukjizat maknawiyah yang dialami Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Sebuah pengalaman luar biasa yang sebenarnya bukan ranah akal. Tapi tidak berarti akal tak mampu menerima. Justru pengalaman Isra Mi'raj adalah bukti peristiwa supra rasional di mana akal manusia tidak mampu menjangkaunya.
Satu-satunya orang di era awal yang langsung membenarkan Isra Mi'raj Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah Sayyidina Abu Bakar. Maka pantas jika beliau digelari ash Shidiq atau yang memberikan kebenaran. Kata Sayyidina Abu Bakar jika pun ada yang melebihi peristiwa Isra Mi'raj tentu ia orang pertama yang akan membenarkan. Karena jika semua dilakukan oleh Rasulullah SAW tak ada keraguan sedikit pun.
Adapun ilustrasi yang menjelaskan peristiwa Isra Mi'raj sekaligus membuat orang bertaubat dari keraguan adalah sebagai berikut:
Pertama, ilustrasi dua titik dalam satu kertas. Titik A dan titik B jika kita garis lurus maka membutuhkan waktu. Akan tetapi jika kertas dilipat maka ujung titik A dan ujung titik B akan bertemu dengan begitu cepat. Terlebih titik A adalah Nabi Muhammad SAW dan titik B ialah tempat tujuan dan yang melipat itu Allah SWT.
Kedua, beberapa ekor kutu berada di lipatan jas sedangkan kutu lainnya berada di daun pintu. Singkat kisah si kutu di lipatan jas tersebut dibawa oleh orang yang mengenakan jas ke Jakarta. Jarak tempuh dari Tulungagung ke Jakarta hanya 2 jam karena menggunakan pesawat. Sampai di Jakarta kutu tersebut melihat banyak hal. Sampai si kutu tiba lagi di Tulungagung 2 jam setelahnya. Lalu ia berkisah pada kutu-kutu lainya di balik daun pintu. Sontak saja hal itu membuat kutu lainnya menganggap cerita itu rekayasa dan tidak mungkin. Faktanya si kutu jas itu telah ke Jakarta dengan menaiki pesawat.
Ketiga, menurut Prof Mujamil Qomar pengalaman supra-rasional memungkinkan orang tidak percaya. Padahal banyak contoh terjadi di masyarakat. Misalnya orang makan pecahan kaca tapi tidak terjadi luka di perut.
Adapun soal peristiwa Isra Mi'raj, Prof Mujamil mengilustrasikan ibarat arloji di tangan. Jika arloji menunjukkan angka secara normal maka mengikuti detik, menit dan jam. Sedangkan putarannya pasti begitu lama. Berbeda ketika jarum arloji itu diputar oleh kita sendiri maka akan cepat bahkan bisa sangat cepat.
Itulah barangkali beberapa ilustrasi sederhana mengenai peristiwa agung Isra Mi'raj. Dengan ilustrasi sederhana itu pun sebenarnya kita mudah untuk menerimanya. Bahwa kejadian yang memuat waktu semalam bukanlah hal mustahil. Terlebih dalam surah Al Isra tersebut Nabi Muhammad SAW sebagai subjek yang diperjalanan oleh Allah SWT. Maka tidak berlaku lagi kecepatan cahaya matematis atau ruang dan waktu. Karena semua sudah dipersiapkan oleh sang Maha Pengatur alam semesta. Sekarang kita tinggal mengimani saja. Karena memang peristiwa Isra Mi'raj adalah ranah keyakinan bukan akal rasio atau sekadar ukuran dunia.[]
the woks institute l rumah peradaban 13/1/25
Komentar
Posting Komentar