Langsung ke konten utama

Isra Mi'raj: Lebih Dari Sekadar Hadiah Duka




Woko Utoro 

Seperti kita tahu peristiwa Isra Mi'raj terjadi pasca Kanjeng Nabi Muhammad SAW ditinggal mati oleh orang-orang tercinta seperti istri beliau Sayyidah Khadijah dan pamanda Sayyid Abu Thalib. Tahun tersebut kita menyebutnya dengan amul huzni (tahun kesedihan). Belum lagi rongrongan dari kaum Quraisy serta perlakuan kasar dari orang-orang Thaif menambah luka mendalam buat beliau.

Walaupun demikian tentu sang maha kasih tak membiarkan kekasihnya terhempas begitu saja. Allah SWT sudah menyiapkan satu jamuan untuk mengundang Kanjeng Nabi Muhammad SAW hadir ke hadiratNya. Menyambutnya dengan sambutan hangat dan penuh kemuliaan. Akhirnya seperti yang kita tahu Isra Mi'raj atau perjalanan naik menuju Hadratillah tercipta sekaligus memberi pelajaran berharga buat kita semua. Bahwa duka sesakit apapun pasti akan ada akhirnya. Kendati rasa itu masih tersisa toh hal tersebut adalah tanda bahwa kita mahluk atau hamba. Dan hal itu merupakan suatu keharusan serta cara agar kita tak berlagak seperti Tuhan.

Isra Mi'raj juga mengajari kita untuk kembali jika suatu saat terhempas dari jati diri. Datanglah bersama shalat dan jangan merasa sendiri. Karena salah satu inti Isra Mi'raj adalah menjaga hadiah istimewa dari Allah untuk Kanjeng Nabi yaitu shalat. Jika kita memilih Islam maka jati diri itu shalat. Dengan shalat hati menjadi tentram, hidup jadi terarah.

Shalat juga merupakan sarana curhat kita kepada Allah SWT. Seperti halnya kesedihan Kanjeng Nabi Muhammad SAW, shalat merupakan penawarannya. Beliau sendiri dawuh bahwa shalat adalah istirahat ku. Maka dari itu shalat adalah obat bagi segala penyakit yang disediakan Allah bagi umatnya. Tanpa shalat lantas bagaimana cara kita mengadu. 

Bukankah shalat adalah mi'raj nya orang-orang beriman. Shalat adalah syariat yang menandakan bahwa kita tidak sendiri dan Allah tak akan membiarkan kekasihnya kesepian. Selalu lah hadir dan lari kapan pun yang kita mau, sungguh Allah tak pernah bosan memeluk segala keluh kesah kita hambanya.

Shalat adalah cara keterhubungan antara akar dan pucuk. Jika kita terus shalat maka seharusnya kita mengerti dari mana akar muasal berada. Maka pantas jika shalat adalah wadah atas segala amal. Dengan terus shalat maka selain kita bersyukur atas karunia Allah, kita juga sekaligus menjaga hadiahnya yang diberikan pada Kanjeng Nabi Muhammad SAW.[]

the woks institute l rumah peradaban 27/1/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...