Langsung ke konten utama

Ketenangan atau Kesejahteraan




Woko Utoro 

Saat ditanya memilih tenang atau sejahtera tentu kita dilema. Di satu sisi kita mengharap hidup bahagia di sisi yang lain kita juga menginginkan ketenangan. Lantas adakah prinsip mengenai tenang dan sejahtera.

Selama ini saya memahami sejahtera bagi mayoritas orang selalu berkonotasi pada harta. Bagi masyarakat secara umum memiliki harta lebih menyenangkan. Padahal kesejahteraan batin adalah kunci mengawal hidup. Ada banyak orang yang berlimpah harta tapi faktanya selalu sumpek dan bergejolak hidupnya. Maka dari itu berdoalah agar diberikan sejahtera lahir batin.

Sedangkan ketenangan yang saya pahami banyak term dalam al Qur'an. Salah satu yang familiar kita jumpai yaitu sakinah, tuma'ninah hingga mutmainnah. Semua term tersebut bermakna tenang, tentram, aman, dan damai.

Sekarang terserah kita apa sesungguhnya yang dicari. Bagi saya hidup itu mencari ketenangan dan keselamatan. Kata Mbah Nun, hidup sudah pra sejahtera, mlarat, tak berpunya lantas apalagi yang ingin digapai kecuali mencari ketenangan. Hidup harus bahagia dan kita lah yang menciptakannya.

Saking pentingnya hidup tenang sampai-sampai orang-orang kota rela membangun vila di desa untuk sekadar slow living. Orang kota percaya jika desa memiliki efek eco-theraphy atau desa sebagai penyembuhan jiwa. Bahkan teman saya juga membuat lagu berjudul "Melamar Tenang" demi sebuah kondisi batin nan hening. Itulah sekian alasan mengapa tenang begitu penting dari sekadar sejahtera.

Mengapa orang desa yang pas-pasan lebih memiliki kualitas hidup tenang daripada orang kota. Alasannya sederhana yaitu mereka mengedepankan tawadhu, hidup nriman, sederhana, penuh syukur dan menjalani kehidupan dengan ikhlas. Maka pepatah mengatakan jika rumah gubuk yang penuh kerianggembiraan lebih baik daripada istana penuh kemuramdurjaan.

Dari sinilah kita belajar bahwa ketenangan adalah kunci menghadapi kehidupan. Kita ingat saat pandemi melanda ketenangan adalah obat alami. Ketenangan adalah cara agar hati dan pikiran semakin jernih. Lantas jika misalnya kita tengah di puncak karier tapi hidup tidak tenang maka hendak di mana kita membelinya.

Bukankah banyak kasus bunuh diri terjadi karena hidup tidak tenang. Oleh karena itu ketenangan harus diciptakan bukan ditunggu. Dan ketenangan itu tak bisa dibeli melainkan diusahakan.[]

the woks institute l rumah peradaban 6/1/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...