Langsung ke konten utama

Hidup Adalah Petualangan




Woko Utoro 

Tahun telah berganti sedangkan ketika ditanya apa yang sudah didapatkan dalam pencarian. Sebenarnya tidak ada. Yang ada hanyalah aliran dan kita hanya mencoba mengalir. Entah kapan aliran itu bermuara yang jelas sebenarnya kita tak pernah kehilangan apapun. Seperti kata T. S Elliot bahwa waktu itu bukan seperti medan datar. Waktu itu serupa lingkaran yang terus berputar. Maka dari itu hidup berputar terus sambil memastikan semua baik-baik saja.

Hidup itu sepaket di mana problem selalu bergandengan dengan solusi. Di mana derita selalu terselip bahagia. Di mana kesulitan bersamaan dengan kemudahan. Bahkan di antara putus asa dan harapan ada doa dan kesempatan. Di sinilah pentingnya kita membaca. Karena hanya dengan membaca kita akan terus belajar akan kesalahan. Sambil berharap kesalahan tak terulang lagi.

Membaca memungkinkan seseorang mengurai gagasan, menyajikan ide dan berkelit dengan pikiran. Setelah itu barulah menulis sebagai jalan mengenali diri. Kata Kuntowidjoyo menulis adalah petualangan intelektual. Dengan menulis kita akan tahu di mana diri berada. Dengan menulis kita diajak menyelam pada diri paling batin. Dengan begitu kita akan mengerti hidup ini bukan sekadar berjalan lalu berhenti sejenak melainkan proses petualangan panjang.

Terserah orang berkata apa. Terutama dalam aktualisasi diri setiap kita punya cara unik. Terutama ketika emosi tak terkendali, pikiran kacau dan hati bergejolak. Membaca dan menulis barangkali satu dari sekian alternatif yang bisa dilakukan. Mungkin tidak begitu solutif 100% tapi saya yakin tradisi intelektual itu bisa mewakili. Hanya lewat tulisan lah kita bisa berdiri tegak tanpa takut terjatuh. Melalui tulisan lah kita bisa berteriak tanpa khawatir dihakimi.

Jika sudah demikian maka apa lagi yang kita cari di dunia ini. Bukankah hidup adalah bertualang ke alam bebas. Tanpa perlu tahu ke mana hendak pergi. Yang jelas aksara dan kata menyediakan semua. Termasuk saat dunia tidak sedang berpihak pada kita. Di sanalah yang dapat kita fokuskan yaitu mengevaluasi diri sendiri sebelum dihisabNya.[]

the woks institute l rumah peradaban 3/1/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...