Woko Utoro
Sejak dulu saya tidak punya tradisi menulis resolusi. Walaupun hari, bulan dan tahun berganti semua saya maknai biasa saja. Semua mengalir saja apa adanya. Dalam urusan apapun termasuk baca tulis saya cenderung biasa saja. Entah apa yang saya rasakan pada saat itu dan kini.
Yang jelas ada semacam pengalaman traumatik dan membuat saya merenung lama. Sejak kecil apa yang saya inginkan, harapkan hingga cita-cita semua seolah ilusi. Sesuatu yang sulit untuk digapai bahkan jauh dari target. Bukan soal pesimistis tapi ada sesuatu yang bersifat batiniah dan membuat saya maju mundur. Akhirnya yang bisa dilakukan hanyalah berjalan apa adanya.
Sejak dulu harapan dan target saya tulis tapi tak ada satupun terwujud. Mungkin ada beberapa yang terwujud akan tetapi lebih bersifat spontanitas. Semua target dan harapan yang tertulis selalu meleset jauh. Saya sendiri merasa pengalaman era lalu harus diperbaiki. Hal itu tidak berkaitan dengan ditulis atau tidak. Tapi lebih pada mindset, strategi dan cara bagaimana memulai.
Dalam hal membaca saja kini saya hanya mampu 2-5 artikel di website. Sedangkan membaca buku hanya bisa dihitung jari itupun beberapa lembar saja. Dalam hal menulis pun demikian saya hanya menunggu momentum. Entah cepat atau lambat naskah yang berserakan akan saya kumpulkan lagi. Saya pun merasakan kemalasan dan waktu luang membuat semua terbengkalai.
Tapi saya mencoba sekuat tenaga mempertahankan tradisi literasi. Walaupun hari berganti saya selalu terus mencoba terutama berkaitan sudut pandang. Kadang yang mengganggu pikiran adalah apakah tradisi literasi ini perlu dipertahankan. Di tengah ideologi materialisme saya terus melawan. Saya percaya tradisi ini terus relevan sampai kapanpun. Dan setiap momen pergantian tahun yang saya inginkan hanya satu yaitu konsisten menulis dan membaca. Tak ada hal lain yang saya harapkan selain itu. Semoga saja saya diberikan kekuatan untuk terus menjalani tradisi literasi ini.[]
the woks institute l rumah peradaban 2/1/25
Tetap semangat
BalasHapus