Woko Utoro
Pada Ahad pagi (26/1/25) saya bersama tiga teman santri bisa mengikuti kegiatan Musbro atau Musyawarah Kubro yang diadakan oleh PP Mbah Dul. Kebetulan ini kali pertama kami bisa mengikuti acara Bahtsul Masa'il tersebut mewakili PP Himmatus Salamah Srigading.
Pukul 08:00 pagi kami sudah di TKP akan tetapi seperti biasa acara baru dimulai jam 09:00 tepat. Kami ngopi terlebih dahulu di warkop depan pondok. Hingga akhirnya acara berlangsung kami pun mengikuti dengan saksama. Alhamdulillah beberapa pondok sekitar hadir seperti Sirojuth Tholibin, PPTQ Al Hidayah, PPTQ Lubabul Fatah dll.
Pada acara Musbro ini ada 2 permasalahan yang dibahas yaitu hukum menyewa buzzer untuk melancarkan bisnis apakah bagian strategi marketing atau bagian dari modus penipuan. Serta hukum air comberan yang meluap ke tanah warga apakah dihukumi najis serta apakah si pemilik berkewajiban membersihkannya.
Acara pun dimulai dengan pembacaan tahlil, sambutan dan langsung ke acara inti yaitu musyawarah. Ustadz Imam Nahrowi mewakili pengasuh dan panitia menyebutkan jika acara Musbro ini bertujuan sebagai ajang silaturahmi antara sesama pondok pesantren. Selain itu juga Musbro sebagai wadah para santri latihan mengasah keterampilan mengolah kitab kuning serta berkontribusi terhadap problem yang ada di masyarakat. Musbro juga sebagai upaya kaum sarungan melestarikan tradisi Bahtsul Masa'il yang sudah berkembang berabad-abad lamanya.
Singkatnya acara pun dimulai dengan pembahasan pertama yaitu hukum menyewa buzzer dan bagaimana jika terjadi transaksi yang memuat ghurur (menipu), khadzib (bohong) dan manipulatif. Acara pun berlangsung menarik dan terjadi jual beli argumen. Kebetulan perdebatan dan diskusi justru didominasi oleh Pondok Hidayatut Thulab Durenan, PPHM Ngunut dan PP Mbah Dul.
Karena waktu sudah masuk Dzuhur akhirnya acara musyawarah ini pun berakhir. Akan tetapi persoalan hanya bisa terjawab bagian pertama saja. Sedangkan bagian kedua barangkali menjadi PR masing-masing santri. Setelah acara usai peserta langsung melakukan musyafahah atau saling bersalam-salaman. Setelah itu peserta menuju ruang ramah tamah untuk santap siang.
Ada yang lucu di momen makan siang ini yaitu ketika tadi ramai-ramai berdebat tentang buzzer lantas rombongan kami PPHS hanya diam. Tapi saya pun coba membalas seraya bertanya pada beberapa santri. "Lho mas sekarang terutama dalam jual beli online apa yang tidak ada unsur tipu-tipunya. Misalnya adanya polesan editing, terlebih strategi marketing melimpah ruah. Terus lagi usaha apa yang tidak ada buzzer nya. Semua hampir punya buzzer bahkan kalangan politik dan pejabat ".
Terus saya pun bertanya lagi, "Itu tadi mas-nya dari Ngunut ya yang puinter baca kitab".
Mas itu menjawab, "Bukan mas, saya dari Durenan".
Lantas sata pun spontan bilang, "Wah anda juga ternyata buzzer to". Kami pun lantas tertawa bersama seraya berkata, "Lha ini hukum buzzer meramaikan Bahtsul Masa'il apa ya" wkwk[]
the woks institute l rumah peradaban 29/1/25
Komentar
Posting Komentar