Langsung ke konten utama

Adakah Yang Lebih Berharga Dari Shalat





Woko Utoro 

Bicara shalat bicara semesta. Shalat adalah ibadah utama yang esok akan dihisabNya. Shalat adalah wadah dari segala amal. Jika wadahnya bocor maka tumpahlah ibadah lainnya. Shalat adalah tiang agama. Jika orang mengaku Muslim tapi tidak mau shalat maka ibarat merobohkan tiang agama.

Hidup disebut hidup adalah ketika seseorang mendirikan shalat. Dalam Kitab Ta'lim Muta'alim manusia tanpa ilmu ibarat mayat hidup. Sedangkan Baginda Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa pentingnya shalat seperti pentingnya kepala bagi tubuh. Jadi jika mengaku Islam tapi tidak shalat maka ibarat tubuh tanpa kepala.

Orang mengaku Islam maka harus mendirikan shalat. Karena shalat adalah kunci dibukanya amal sedangkan ruh nya adalah ikhlas. Shalat adalah pembeda atas ibadah dari agama lain. Shalat juga merupakan bentuk syukur yang kita persembahkan pada Allah. Walaupun Allah SWT tidak terkena imbas atas segala amal manusia.

Orang boleh saja tidak puasa mungkin karena tak kuat. Orang juga boleh tidak zakat atau haji karena tak punya biaya. Tapi orang tidak boleh tidak shalat atas alasan apapun. Saking pentingnya shalat sampai-sampai ibadah ini bisa dilakukan dengan cara apapun salah satunya duduk, berbaring hingga isyarat. Bahkan ada shalat khusus ketika kehabisan waktu atau dalam keadaan takut (khauf) dan bagi jenazah.

Shalat adalah oleh-oleh terbaik bagi umat Nabi Muhammad SAW agar tetap bersambung dengan Allah SWT. Jika mukjizat nabi lain telah habis maka dengan shalat dan al Qur'an kita bisa menyaksikan mukjizat Nabi Muhammad SAW hingga hari ini. Shalat itu mi'rajul mukminin atau mi'raj nya orang-orang beriman. Orang shalat mungkin jasadnya berdiri, rukuk, duduk, sujud padahal aslinya ruh mereka menghadap Allah SWT. 

Orang sujud faktanya mencium bumi padahal hakikatnya tengah berbisik ke langit. Maka dari itu perbanyaklah berdo'a di kala sujud. Karena di kala sujud adalah posisi di mana hamba begitu dekat dengan Tuhannya.[]

the woks institute l rumah peradaban 19/1/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...