Woko Utoro
Keluh-kesah salah satu diksi menarik tentang keadaan hati dan pikiran seseorang. Keluh-kesah adalah kondisi di mana orang merasa kesusahan, perlu dibantu, perlu solusi atau bingung apa yang harus dilakukan. Keluh-kesah juga merupakan cara semacam curhat yang tidak disadari sebagai keluhan hidup.
Setiap orang pernah mengeluh atau dalam bahasa Jawa, sambat. Mengeluh adalah ciri bahwa kita manusia yang tidak memiliki segudang solusi. Orang mengeluh itu wajar. Karena keluhan pada dasarnya hinggap di alam bawah sadar. Tapi jika hidup terus-menerus mengeluh itu yang tak wajar. Ingin kaya tapi tidak bekerja atau ingin pintar tapi malas belajar nah ini yang perlu dihajar.
Di jaman yang tidak menentu ini populasi orang sambat nampaknya bertambah. Kendati belum ada survei khusus yang jelas saya menemukan sendiri kasus ini. Bayangkan setiap nongkrong di warung kopi, bertemu di jalan, hingga di tempat kerja orang sambat bisa dijumpai. Entah bagaimana ceritanya yang jelas sambat sangat dekat dengan orang kecil. Kelas bawah memang akrab dengan sambat terutama urusan ekonomi.
Tapi saya menemukan bahwa saat ini varian sambat alias berkeluh kesah justru terjadi pada siapa saja termasuk orang kaya. Bayangkan saja sekarang siapa yang tidak terkena imbas perekonomian yang kompetitif. Hampir semua, bahkan perputaran uang justru berputar di atas. Sehingga yang terasa dicekik hanya rakyat kecil. Jika sudah demikian sulitnya dalam mencari penghidupan lantas apakah kita tak boleh sambat.
Nampaknya keluh-kesah ini memang harus dikelola dengan baik. Salah satunya agar emosi yang kita pelihara tidak menjadi api dan membakar orang lain. Keluh kesah harus bersifat privat alias pribadi. Jika bisa kita harus berakting bahagia di depan etalase dan melas di belakang dapur. Biarkan segala resah gelisah berjalan sendiri. Dan cukupkan saja semua itu Tuhan yang mengatur.
Salah satu cara kita berkeluh kesah adalah lewat shalat. Dengan cara itulah kita bisa sambat sepuasnya tanpa khawatir aib terbongkar. Karena sesungguhnya shalat adalah membisik di bumi dan terdengar ke langit. Allah SWT pasti tahu segala apa yang kita rasakan bahwa yang terdetik dalam hati. Jika sudah demikian lantas mengapa kita masih berkeluh-kesah kesah kepada manusia? Ohh iya saya mungkin paham kita memang membutuhkan orang lain untuk membentuk barisan orang-orang sambat. Dan itu cara ampuh bahwa ternyata kita memang tidak sendiri. Akeh tunggale haha.
the woks institute l rumah peradaban 20/1/25
Komentar
Posting Komentar