Langsung ke konten utama

Relasi Keberhasilan Santri dan Hormat Guru




Woko Utoro 

Dalam sebuah pengajian saya pernah melempar pertanyaan kepada teman-teman santri. Apa relasi menghormati guru dengan keberhasilan menimba ilmu? Ternyata dari pertanyaan itu membuat suasana hening. Mereka terdiam dan belum mampu menjawab. Akhirnya saya jawab sendiri.

Bahwa relasi penghormatan pada guru bisa menjadi indikator keberhasilan santri. Poinnya bahwa ilmu itu bukan banyaknya tapi manfaatnya. Hal itulah yang dijelaskan dalam Kitab Ta'lim Muta'alim karya Syeikh Zarnuji. Bahwa jika santri ingin berhasil dan berkah ilmunya harus memiliki sikap hormat pada guru atau ahli ilmu. Bahkan penghormatan itu berlaku pada keluarga dan kerabat sang guru. Kata Sayyid Muhammad jika ingin pintar belajarlah, jika ingin berkah berkhidmah-lah.

Kebermanfaatan dan keberkahan guru tidak semua orang dapat. Tidak sedikit orang yang ilmunya berlimpah tapi kebermanfaatannya belum dirasakan. Bahkan yang banyak itu orang makin pandai justru untuk tujuan memperkaya diri. Padahal masih dalam Ta'lim Muta'alim tujuan menimba ilmu bukan untuk materi, kekayaan, ingin disanjung atau supaya dapat penghormatan. Tujuan mencari ilmu adalah untuk mendekat kepada Allah SWT.

Menghormati ahli ilmu sama dengan mempersiapkan hati sang santri. Dalam makna lain hati harus suci dan lapang agar ilmu dapat tertampung. Penghormatan itu bersifat batiniah, dari dalam dan privat. Sehingga menghormati guru dalam rangka membersihkan hati. Ilmu tak akan hinggap jika hati santri kotor. Mana mungkin ilmu hidup di hati yang penuh kebencian lagi sempit. Ilmu itu akan hidup di hati yang lapang dan arif. Inilah pentingnya hormat daripada sekadar taat.

Contoh sederhana relasi keberhasilan santri dengan hormat adalah saat membalikkan sandal guru. Kata KH Ihya Ulumuddin Pujon Malang menata sandal guru sama dengan menata hati. Karena tidak setiap orang mau dan bahkan lebih banyaknya gengsi. Sedangkan gengsi lebih dekat pada sifat sombong. Menata sandal inilah yang jika dilakukan dengan senang hati maka ilmu mudah dipahami, pikiran jernih dan batin lebih tajam. Maka dari itu jelas bahwa keberhasilan belajar santri berelasi dengan luhurnya penghormatan kepada ahli ilmu dalam hal ini gurunya.[]

the woks institute l rumah peradaban

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...