Langsung ke konten utama

Pendidikan Kearifan




Woko Utoro 

Hal yang selalu dilupakan penguasa adalah soal pendidikan kearifan. Pendidikan yang berorientasi pada nilai, moral dan karakter. Perihal kearifan memang selalu terabaikan ketika semua orang sibuk mengejar digitalisasi. Dengan alasan kemajuan atau takut tertinggal. Pada lebih penting dari teknologi adalah karakter khas untuk mengendalikannya.

Kecemasan perihal pendidikan kita pernah diucapkan oleh Gus Mus dan Cak Nun. Dua beliau pernah berkata bahwa pendidikan kita selamanya tak akan maju jika kearifan tidak menjadi pondasi utama. Apalah artinya anak-anak mampu mengoperasikan teknologi jika bertujuan menguasai. Apa gunanya berilmu tinggi jika pada akhirnya korupsi. Yang terpenting dari mengikuti arus globalisasi adalah tools alias prinsip utama dalam mengelola dan mengendalikan.

Problemnya di pendidikan kita selain utak atik kurikulum juga kurang menyentuh sisi kearifan peserta didik. Seperti yang kita tahu pendidikan kita masih berpusat pada menghafal bukan berpikir apalagi memahami dan mengaktualisasikan. Sehingga dari itu level pendidikan kita tak merubah apapun selain istilah misalnya merdeka menjadi berdampak.

Padahal jelas pendidikan kita itu unik. Saking uniknya kita bisa mengadopsi semua karakter sebagai acuan keteladanan. Soal karakter arif tentu bisa kita pelajari dari tradisi yang kaya di setiap daerah. Misalnya budaya kekeluargaan di Madura, budaya berkunjung di Jawa, budaya gotong royong di Sunda atau budaya ramah tamah di Minangkabau dll. Jadi intinya pendidikan kita harus bertumpu pada prinsip kearifan bukan pada bagaimana anak pintar. Tapi bagaimana anak mengerti sekaligus memahami arti penting perbedaan.[]

the woks institute l rumah peradaban 3/5/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...