Langsung ke konten utama

Kamu Harus Tetap Menulis




Woko Utoro 

Saya tidak bosan setiap ada momen wisuda selalu diminta memberi pesan. Pesan itu selalu diulang-ulang yaitu jangan hilangkan tradisi baik yang dibangun di masa kuliah. Jika pesantren adalah miniatur masyarakat maka perkuliahan ialah organisasinya. Salah satu hal yang saya pesankan pada teman-teman adalah dengan menulis.

Misalnya orang seperti saya tidak boleh berhenti menulis. Termasuk orang yang biasa di kesenian atau dakwah juga tak boleh berhenti. Pokok sesuatu yang seolah menjadi jalan hidup teruskan saja, jangan berhenti. Karena tanpa diminta berhenti itu pasti dan kita tinggal menunggu waktu saja. Bagi saya apapun itu termasuk menulis adalah amanat hati nurani. Bahkan kata G.G Marquez menulis adalah kemaslahatan daripada sekadar peniruan.

Umberto Eco bahkan mendorong kita untuk terus menulis. Katanya menulis itu jalan politis setiap orang. Baginya setiap orang wajib untuk terus berpendapat. Bukan karena penulis itu sok tahu tapi agar stabilitas tetap terjaga. Menulis adalah cara agar dunia bisa terus diperbincangkan. Karena bagi kita yang lemah dan dilemahkan negara, atau kekuasaan tak akan pernah hadir. Jadi menulis itu cara untuk kita hadir atas segala kelemahan hidup.

Hanya dengan menulis kesehatan mental kita terjaga. Esok dunia semakin keras sedang tidak setiap orang mampu menjalani. Oleh sebab itu kita membutuhkan satu kondisi di mana hidup harus dipertahankan. Bukan untuk menang atau untung tapi bermanfaat adalah hal utama. Karena terlihat baik itu sangat mudah. Maka dari itu penulis ingin membuktikan bahwa dengan bergumul bersama aksara hidup akan terasa luas dan dewasa. Mungkin hari ini kita tak jadi apa-apa. Tapi setidaknya tidak merepotkan orang lain saja itu sudah baik. Karena menulis itu seni memahami diri sendiri. Orang tak menulis kesulitan mengerti dirinya lebih lagi orang lain.[]

the woks institute l rumah peradaban 25/5/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...