Langsung ke konten utama

Jihad Perempuan




Woko Utoro 

Saya pernah mendengar bahwa tugas perempuan hanya sebatas domestik, dapur, sumur kasur. Mendengar hal itu tentu telinga saya panas. Mengapa di era modern ini masih hidup prinsip kolot. Seolah perempuan tidak boleh untuk melakukan kerja-kerja di luar. Terlebih ketika mendengar istilah jihad.

Jihad sebenarnya sederhana yaitu mengerahkan segala daya upaya untuk menggapai sesuatu. Jadi jika seseorang ingin menggapai cita-cita itu juga bagian dari jihad. Misalnya berpendidikan, aktivitas pemberdayaan hingga gerakan sosial peduli lingkungan. Maka dari itu jihad perempuan jika disandarkan pada rumah itu keliru. Sebab setiap orang memiliki hak untuk melaksanakan tugasnya.

Dalam Al Qur'an, jihad dimaknai dengan perang fisik (qital), moral dan dakwah. Mungkin perang fisik hampir tidak ada sedangkan tugas moral dan dakwah biasa oleh siapa saja. Maka jelas bahwa Al Qur'an menegaskan bahwa jihad itu netral gender. Siapa saja bisa mengambil peran tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Bahkan dalam riwayat Nabi Muhammad SAW pernah melarang anak muda ikut berperang dengan alasan merawat ibu. Nabi Muhammad SAW juga pernah melarang seorang perempuan berperang karena alasan tidak diizinkan oleh suami. Maka dari itu merawat ibu atau menaati suami juga termasuk jihad. Jadi makna jihad itu luas dan tidak melulu soal angkat senjata. KH Faqihuddin Abdul Kodir bahkan menegaskan jangan buat rumah dimaknai arena sempit. Justru rumah adalah tempat di mana orang berkiprah dan bermitra.[]

the woks institute l rumah peradaban 25/5/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...