Langsung ke konten utama

Imajinasi dan Story Telling




Woko Utoro 

Saya akui bahwa keberhasilan guru di sekolah formal adalah mampu membuat anak didiknya pintar dalam hal akademik. Sedangkan di pesantren kepintaran akademik harus nomor dua setelah akhlak. Tapi tentu output pintar akademik dan penghayatan akhlak bukan perkara yang mudah. Sebab kita membutuhkan perangkat lain seperti orang tua, lingkungan dan waktu.

Di era kekinian mendidik anak makin sulit. Soal pengetahuan misalnya anak sekarang jauh lebih payah daripada anak jaman dulu. Apalagi soal akhlak karimah tidak usah diperjelas tentu kita bisa menjawabnya. Dari itulah kita perlu strategi khusus dalam mendidik anak di era digital ini. Terkhusus bahwa strategi, media, atau cara adalah lebih utama dari materi (Ath-thariqah ahammu minal maddah). Percuma materi keren tapi cara menyampaikan tidak menarik dan membuat anak jenuh.

Maka dari itu kita perlu menguasai setidaknya dua hal yaitu imajinasi dan story telling. Hanya guru kaya imajinasi dan penguasaan story telling nan baik yang akan menghidupkan kelas. Jangan salah imajinasi itu yang akan menghantarkan jiwa kreatif anak terbentuk. Karena kata Aristoteles imajinasi adalah standar terbentuknya ide atau pikiran dan representasi alam mental terhadap realitas.

Sedangkan story telling adalah gaya penyampaian yang membuat anak tertarik. Ketika kita mampu menguasai panggung maka anak mudah mendengarkan. Jika story telling kita monoton maka anak cenderung bosan dan acuh tak acuh. Inilah pentingnya menguasai psikologi anak dengan menyelam ke dunia mereka. Dunia yang penuh permainan dan imajinasi. Tanpa imajinasi dan story telling dunia anak adalah kebisuan.

Soal imajinasi dan story telling tentu saya memiliki guru yang luar biasa yaitu Bapak Yayat Syarif Hidayat dan Bapak Poniman. Dua guru SD saya tersebut sudah almarhum tapi kenangan, ajaran dan jasanya masih melekat hingga kini. Barangkali di balik imajinasi dan story telling yang saya miliki saat ini terpengaruhi oleh mereka. 

Pak Yayat dan Pak Poniman begitu kami memanggil memang sosok yang luar biasa. Salah satu yang saya sukai dari mereka adalah cara penyampaian materi pada siswa yang asyik dan mudah dicerna. Mereka juga sosok yang kaya pengetahuan dan membuat kelas selalu hidup. Di sanalah menurut saya beliau telah berhasil menghidupkan imajinasi siswa tentang bentuk masa depan.[]

the woks institute l rumah peradaban 14/5/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...