Langsung ke konten utama

Belajar dari Avatar the Legend of Aang




Woko Utoro 

Seperti kita tahu ketika nonton kartun ada saja kelucuannya. Tapi di luar itu kartun juga menyuguhkan pelajaran berharga salah satunya pada Avatar the Legend of Aang. Mungkin kita tak kuat menahan tawa karena kelakuan Sokka dan Momo. Lebih dari itu Aang dkk justru menyuguhkan pelajaran berharga terutama tentang 4 elemen alam yang perlu dikuasai.

Setiap kita barangkali seperti Aang seorang pengendali udara. Di mana udara adalah elemen yang selalu berhembus di mana ada kekuatan yang besar menggerakkannya. Udara akan membuat api membesar dan seperti kita tahu dua elemen ini menjadi lakon utama. Yang paling khas yaitu dialog, "Semua wilayah dalam keadaan stabil kecuali saat negara api menyerang". 

Api adalah simbol peperangan hawa nafsu dalam diri. Baik di dunia nyata maupun kartun api bersifat membakar. Api jika tidak dikendalikan akibatnya bisa fatal. Api diibaratkan nafsu syahwat dalam diri. Sehingga kita memerlukan air untuk memadamkannya. Kita juga butuh bumi atau tanah untuk menyeimbangkan.

Kehadiran Katara si pengendali air dan Toph si pengendali bumi sangat diperlukan untuk keseimbangan Aang. Karena kita tahu sebelum menjadi Avatar, Aang adalah bocah yang masih labil. Serupa dengan Aang, serial Naruto juga digambarkan sebagai sosok yang ceroboh karena belum bisa mengendalikan. Padahal dalam diri tokoh tersebut terdapat potensi luar biasa yaitu kekuatan berpikir dan bertindak.

Soal ini kita tentu diingatkan oleh Imam Ghazali bahwa dalam diri terdapat nafsu yang perlu dikendalikan. Sekalipun nafsu mutmainnah juga perlu dikendalikan lebih lagi ammarah dan lawwamah. Maka dari itu orang kuat adalah mereka yang bisa mengendalikan hawa nafsunya. Kata Kanjeng Nabi Muhammad SAW ada peperangan yang lebih dahsyat dari perang Badar yaitu peperangan melawan hawa nafsu. Jika orang bisa mengendalikan hawa nafsu maka selamat lah hidupnya. Nafsu itulah yang menyelimuti diri dan terdiri dari 4 elemen air, api, udara dan bumi.[]

the woks institute l rumah peradaban 5/5/25


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...