Langsung ke konten utama

Sajadah Panjang



Woko Utoro 

Dalam hidup ujian dan lika-liku adalah kepastian nyata. Semua hal itu disediakan agar kita berpikir. Tapi tenang saja seberat apapun ujian hidup selalu ada jalan keluarnya. Allah SWT sudah memberikan kepastian bahwa paket itu akan mudah dilewati bagi orang-orang beriman. Kata Allah SWT, bagi orang beriman segala macam rintangan tak ada bedanya. Sebab dalam hidup semua adalah fitnah yang nyata.

Maka dari itu ketika hidup tak tentu arah, tak tau jalan pulang atau tak jua menemukan titik terang bentangkan lah sajadah panjang. Mengapa sajadah panjang? karena sajadah panjang bukan sekadar judul lagu dari Bimbo tapi lebih jauh menyeluruh. Sajadah panjang adalah simbol jika pengabdian kita kepada Allah SWT adalah sepanjang hayat. Karena hidup ini mengabdi maka puncak dari kehidupan adalah menjadi seorang hamba.

Hamba menjadi identitas resmi di mana Allah SWT mencintai kita. Tanpa predikat itu apalah arti hidup ini. Sehingga jelas kita tidak butuh karpet merah untuk dimuliakan. Kita tidak butuh permadani untuk dihormati. Jika pun iya maka takutlah kita. Karena jangan-jangan semua adalah tipu daya. Jangan-jangan apa yang kita dapatkan semua hanya di dunia. Sedangkan tak memiliki apapun nanti di akhirat kelak

Di sinilah kita belajar membentang sajadah panjang. Sebuah prinsip di mana hidup adalah ibadah. Bahwa shalat harus berelasi dengan sosial. Bahwa puasa bukan sekadar menahan tapi welas asih pada sesama. Bahwa zakat bukan sekadar mengeluarkan harta tapi merawat mereka yang papa. Bahwa haji bukan sekadar kunjungan suci melainkan upaya peduli sesama tanpa perlu curiga. 

Inilah sajadah panjang yang disediakan Allah SWT agar kita terus berjalan menujuNya. Tak ada tempat kembali yang lebih utama selain menuju kepada Nya. Sudahkah kita menuju sajadah panjang itu? bersujud dan rukuk, bersimpuh ke hadirat Nya.[]

the woks institute l rumah peradaban 7/5/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...