Langsung ke konten utama

Mukhtasor dari FBM II
..
Oleh Woko Utoro

"Tiga hari yg luar biasa setelah tiga bulan aku berproses sebagai relawan dalam acara FBM ini". Begitulah kesan pertama yg harus aku sampaikan kepada dunia. Terutama kepada orang2 yg pernah mengenalku walaupun hanya selintas dalam alunan sejarah.
..
Festival Bonorowo Menulis yg kedua ini telah memberiku banyak sekali pelajaran yg suatu saat nanti dapat menjadi pengajaran hidup dimanapun aku berada. Acara yg di selenggarakan di lapangan Bangoan (6-8 Okt 2017) ini tentunya tak lepas dari Leadernya yaitu Bunda Tjut Zakiya Anshari, kami biasa menyebutnya Bunda Tjut. Tentunya aku sendiri sangat berterimakasih sekali kepada beliau karena di berikan ruang belajar, berekspresi dan berelasi. Dsini aku bertemu dgn org yg luarbiasa.
..
Hari pertama, sekitar 1000 anak sekolah dari jenjang SD sampai SMA memeriahkan acara pembukaan. Mereka begitu antusias mengikuti pembukaan FBM II ini, apa lagi ketika mars Literasi berkumandang, tepuk tangan apresiasi pun begitu riuh ku dengar. Tak lupa pula penampilan2 musikalisasi puisi, berbalas pantun, menyanyi, juga mewarnai siang itu, hingga mengantarkan ke siang dengan acara berikutnya.
Talk show menjadi acara inti selain acara workshop yg di gelar di kelas2 SD Inovatif Aisyiyah barat pasar Senggol. Tidak main2 juga sekitar 300 lebih peserta hadir memadati acara talk show, mereka tergabung dari para kepala desa dan perangkatnya. Karena temanya sendiri yaitu berliterasi untuk kemajuan desa di era digital. Disinilah hal yg lucu terjadi yaitu, aku seperti tidak menemukan sosok bapak2 dan ibu2 ketika ku tanyai apa itu Literasi?, mereka semua tidak tahu, percis seperti anak kecil yg di tanya siapa penemu pesawat. Hingga acara usai. Dan malam harinya di isi oleh penampilan budaya yg semuanya dapat menghibur warga di sekitar acara. Maklum tontonan lebih menarik ketimbang tuntunan.
..
Hari kedua, di isi dengan pesta dolanan anak. Walaupun pesertanya tidak banyak dari hal itu aku dapat belajar sekaligus bernostalgia terutama tentang dolanan anak2 yg darinya mengandung unsur kearifan yg mendidik. Dengan lincahnya anak2 memainkan dolanan yg selama ini orang sudah banyak meningglkanya. Tak ketinggalan aku juga ikut berpartisipasi bermain bersama anak2 dan para Revolt (Reading Volunteer). Hingga suasana menjadi gembira. Sore harinya kita menyuguhkan kembali talk show kali ini walaupun pesertanya tak sebanyak hari pertama, aku sangat yakin bahwa energi dari narasumbernya kak Mumu dan Pak Budi sudah menyentuh audien untuk ikut bersemangat berproses dalam kemajuan zaman, utamanya untuk anak2. Pada malam harinya makin seru dengan penampilan seni dan budaya mulai dari reog ponorogo, tari-tarian hingga musik kolaborasi, yg tentunya menyentuh hati siapa saja untuk ikut berdendang. Malam itu menjadi malam penutup di acara FBM II ini, tak lupa dengan rasa gembira para relawan pun berjoget ria di bawah alunan melodi lagu yg berirama.
..
Hari ketiga, ratusan wajah imut dan menggemaskan tumpah ruah dalam pesta mewarnai, juga tak lupa aksi tampilan mereka di atas panggung gembira. Acara tersebut mengantarkan ke acara penutup puncak dari serangakain acara di FBM II ini. Tumpeng buku begitulah animo para peserta yg begitu besar. Sejak pukul 14:00 saja para peserta sudah memadati lapangan karena ingin berebut mendapatkan tumpukan buku gratis. Dan benar saja ketika tiba saatnya, tumpeng buku langsung habis dalam waktu sekejap, di serbu para pengunjung. Dan acara pun di tutup dengan pembagian hadiah kepada para pemenang lomba.
..
Dari semua yg aku temui, aku hanya berfikir sederhana "kapan aku dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitarku?" di tengah para pemudanya yg sudah tak lagi peduli, terutama dengan persoalan literasi. Tapi aku berikrar dan bertekad dalam diri, ingin seperti para relawan yg mendarmabaktikan hidupnya untuk kemajuan masyarakat. Walaupun usaha kita kecil tak apa katanya pepatah sedikit demi sedikit kelamaan akan menjadi bukit dan lautan. Salam semangat untuk semuanya. Mari kita gandeng masyarakat untuk keluar dari penindasan kebodohan hidup.
Salam Literasi
#Salam Budaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...