Langsung ke konten utama

Baca Buku Detoks Alami Media Sosial




Woko Utoro

Tidak terasa media sosial dengan fasilitasnya menyisakan segudang problem. Kita yang menganggap media sosial melipat jarak dan efesiensi waktu justru terdapat problem lain. Tanpa disadari terlalu lama menggunakan smartphone membuat kita bebal. Terlebih media sosial justru membuat kita anti sosial.

Media sosial hanya membuat kita berkomunikasi searah. Beda dengan komunikasi di masyarakat yang multi arah. Tentunya hal itu berdampak pada psikologis manusia. Orang-orang yang terlalu fokus pada media sosial justru lebih nyaman di dunia maya. Mereka lupa bahwa ada dunia nyata yang lebih penting.

Dunia maya yang dikonsumsi terlalu lama membuat otak tumpul. Sebab algoritma media sosial hanya menggiring kita untuk scrolling sesuai kehendak. Kita tidak dibuat kritis dan hanya fokus satu arah. Terlebih paparan radiasi layar gawai memperparah jarak pandang. Otak pun tidak bisa mentransmisikan informasi yang terlalu banyak.

Maka dari itu kita perlu satu tradisi sebagai tandingan media sosial. Agar hidup tidak anti sosial maka kita perlu terjun kembali ke masyarakat. Bukankah kita mahluk sosial, zoon politicon yang membutuhkan orang lain. Sehingga mengatur waktu bermedia sosial adalah keharusan.

Bermedia sosial terlalu lama memaksa kita hidup nyaman dan menyendiri. Sehingga hidup kembali dan berinteraksi dengan masyarakat adalah keutamaan. Media sosial dan kesendirian plus kesepian adalah warisan era pandemi Covid-19 yang harus disikapi dengan bijak. Selanjutnya kita juga perlu membaca buku konvensional.

Terlalu banyak membaca buku digital bukanya pintar. Kita justru semakin tak tau arah. Karena digital tidak bisa menyimpan informasi secara lebih kama di otak. Berbeda dengan bacaan cetak yang daya ingatnya lebih kuat. Dengan membaca buku cetak kita juga tidak khawatir soal kesehatan mata. Terlebih kesehatan mental yang kini justru diabaikan.

Sekarang saya atau mungkin anda perlu berperang melawan media sosial yang hanya bersifat hiburan. Komunikasi satu arah harus dibatasi dan kita coba memperbaiki komunikasi segala arah yang lama hilang. Dengan begitu media sosial hanya sebagai sarana bukan yang utama. Sedangkan yang utama adalah bahwa kita berasal dari masyarakat sosial bukan dunia maya.[]

the woks institute l rumah peradaban 11/2/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...