Langsung ke konten utama

Perbedaan Adalah Rahmat




Woko Utoro

Sudah jelas Allah menjadikan makhluknya berbeda sebagai rahmatnya. Siapa yang memaksakan perbedaan menjadi sama berarti tak mengerti arti hidup. Kata Gus Dur, berbeda itu tak usah disesali. Perbedaan adalah rahmat. Dari perbedaan kita lebih tahu persamaan.

Justru perbedaan dan persamaan adalah melengkapi. Jadi tak usah alergi dengan perbedaan. Berbeda adalah titik temu perjodohan. Karena pasangan itu bukan tentang persamaan melainkan usaha saling memahami perbedaan. Memahami dan memaklumi perbedaan lebih diperlukan dari sekadar mencintai. Sederhana saja bahwa cinta itu sifat dalam batin. Tanpa perlu perdebatan cinta akan tumbuh seiring proses.

Sedangkan memahami, menghormati serta memaklumi perlu diusahakan. Karena tidak setiap orang sadar akan titik perbedaannya. Alih-alih memahami kita justru terjebak pada pemaksaan. Padahal perbedaan adalah cara agar manusia saling mengenal. Mengenal tersebut tentu bermakna luas yaitu mengerti muasal, memahami perbedaan, memaklumi kekurangan, dan menghargai perbedaan.

Soal laki-laki dan perempuan itu juga sudah jelas. Mereka hidup dan tumbuh dalam perbedaan. Berbeda bukan sekadar jenis kelamin melainkan tugas dan fungsinya. Yang membuat mereka sama hanya nilai ketakwaannya. Takwa melahirkan akhlak dan akhlak itulah titik poin perbedaan. Jika orang berakhlak mulia mereka tak akan kesulitan soal perbedaan.

Kata Pram, dunia itu sejak dulu sama hanya tafsirannya saja yang beragam. Maka dari itu kita hanya perlu bersikap dengan bijak. Ingat bahwa perempuan cenderung merawat dan laki-laki melindungi. Mereka saling melengkapi dalam peran dan tanggungjawab. Jadi sederhananya bahwa perbedaan dan persamaan adalah usaha kita mengaplikasikan pengetahuan. Dengan ilmu segala hal jadi mudah. Dengan ilmu segala perbedaan jadi indah.[]

the woks institute l rumah peradaban 12/2/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...