Saya tidak tau misalnya hidup tanpa guru akan jadi seperti apa. Hidup tanpa guru sepertinya adalah kesalahan. Karena guru ibarat tongkat bagi si buta. Guru adalah kendaraan bagi si pejalan. Guru adalah lentera bagi hati yang mudah gelap. Dan guru adalah perahu bagi kita untuk sampai ke dermaga.
Dalam sebuah maqola bijak dijelaskan jangan sampai santri merasa mandiri untuk menghadap Allah SWT sendiri. Kata Mbah Abdul Karim, mungkin bisa saja santri melebihi gurunya tapi soal kedekatan dengan Allah SWT menjadi perkara lain. Demikian lah penting nya seorang guru bagi muridnya. Karena sifat guru itu selalu mengkhawatirkan santrinya kelak ketika mereka berpisah.
Dalam panjangnya perjalanan sebenarnya tidak ada guru yang ingkar terhadap santri. Hanya saja tugas memberi ridho dan restu harus tepat guna. Karena guru ingin mengajarkan pada santri bahwa ridho pangestu bukan legitimasi atas apa yang diperbuat. Sungguh keridhoan guru adalah lebih kita butuh kelak ketika kehilangannya.
Maka dari itu Gus Candra Malik sering berpesan, jagalah guru mu karena esok akan banyak orang yang merebutkannya. Dalam arti esok orang-orang dari negeri seberang justru lebih peduli dengan keberadaan guru kita. Tapi sebaliknya kita justru abai dengan keberadaannya. Jika sudah demikian kadang santri akan merugi saat guru telah tiada.
Di sinilah pentingnya kita mengikuti manhaj dan petunjuk guru. Bahwa kekurangan kita tak akan pernah diketahui sendiri. Dan hanya guru lah yang tahu kemana hendak kita melangkah. Sungguh zaman akhir godaan hidup akan semakin deras dan hanya dengan perahu guru lah kita akan selamat.[]
the woks institute l rumah peradaban 20/2/25
Komentar
Posting Komentar