Langsung ke konten utama

Guru adalah Safinah




Woko Utoro

Saya tidak tau misalnya hidup tanpa guru akan jadi seperti apa. Hidup tanpa guru sepertinya adalah kesalahan. Karena guru ibarat tongkat bagi si buta. Guru adalah kendaraan bagi si pejalan. Guru adalah lentera bagi hati yang mudah gelap. Dan guru adalah perahu bagi kita untuk sampai ke dermaga.

Dalam sebuah maqola bijak dijelaskan jangan sampai santri merasa mandiri untuk menghadap Allah SWT sendiri. Kata Mbah Abdul Karim, mungkin bisa saja santri melebihi gurunya tapi soal kedekatan dengan Allah SWT menjadi perkara lain. Demikian lah penting nya seorang guru bagi muridnya. Karena sifat guru itu selalu mengkhawatirkan santrinya kelak ketika mereka berpisah.

Dalam panjangnya perjalanan sebenarnya tidak ada guru yang ingkar terhadap santri. Hanya saja tugas memberi ridho dan restu harus tepat guna. Karena guru ingin mengajarkan pada santri bahwa ridho pangestu bukan legitimasi atas apa yang diperbuat. Sungguh keridhoan guru adalah lebih kita butuh kelak ketika kehilangannya.

Maka dari itu Gus Candra Malik sering berpesan, jagalah guru mu karena esok akan banyak orang yang merebutkannya. Dalam arti esok orang-orang dari negeri seberang justru lebih peduli dengan keberadaan guru kita. Tapi sebaliknya kita justru abai dengan keberadaannya. Jika sudah demikian kadang santri akan merugi saat guru telah tiada.

Di sinilah pentingnya kita mengikuti manhaj dan petunjuk guru. Bahwa kekurangan kita tak akan pernah diketahui sendiri. Dan hanya guru lah yang tahu kemana hendak kita melangkah. Sungguh zaman akhir godaan hidup akan semakin deras dan hanya dengan perahu guru lah kita akan selamat.[]

the woks institute l rumah peradaban 20/2/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...