Langsung ke konten utama

Berbakti dan Khidmah




Woko Utoro

Jika membahas bakti dan khidmah sebenarnya memiliki akar kata yang sama yaitu memberikan pelayanan atau menuruti perintah. Akan tetapi ada sedikit perbedaan yaitu soal objek penggunaannya.

Sederhananya begini: jika khidmah itu umumnya keyword yang familiar di pesantren. Sedangkan berbakti itu dapat dipraktekkan di mana saja. Jadi terkadang khidmah itu masih merupakan anjuran sedangkan bakti itu merupakan kewajiban. Orang mungkin boleh saja tidak berkhidmah tapi bersiaplah ia jauh dari berkah. Karena keberkahan hanya dapat diraih dengan berkhidmah.

Sedangkan berbakti adalah kewajiban siapa saja. Bakti itu bisa di rumah, di pondok ataupun pada instansi di mana kita bekerja. Berbakti bisa anak pada orang tua, istri pada suami, santri pada guru dan hamba pada Tuhanya. Dari itulah titik temu khidmah dan bakti terletak pada sanad. Sehingga pahala meraih surga ataupun terjerumus neraka juga berelasi dengan sanad.

Misalnya jika menginginkan surga seorang anak harus berbakti pada orang tuanya. Seorang istri berbakti pada suaminya dan suami berbakti pada ibunya. Sehingga ada istilah surga di bawah telapak kaki ibu sudah dibawa sebagian oleh anak laki-laki yang kelak menjadi suami atas istrinya. Tidak mungkin surga diberikan cuma-cuma ketika istri berani melawan suami atau anak durhaka pada orang tua. Di sinilah kita perlu memahami jika semua hal dalam hidup selalu bertalian.

Khidmah dan bakti pun soal spektrum. Bahwa berbakti itu melebihi sekadar khidmah. Karena berbakti itu kewajiban seorang hamba pada Tuhanya. Hal itu merupakan titah agama untuk tunduk patuh pada ajaran ketuhanan. Sedangkan khidmah adalah bentuk kecil dari berbakti. Yang paling khas tentu santri pada kiai nya. Hal itu tak lain sebagai bentuk loyalitas pada ahlu ilmi.

Di sinilah kita belajar jika berbakti atau berkhidmah adalah cara bersyukur atas nikmat kebaikan dari Allah. Bakti dan khidmah juga definisi bahwa kita bukanlah apa-apa di mata para pendahulu. Mereka telah mengorbankan segalanya bagi keluarga, agama bahkan negara. Maka dari itu bakti dan khidmah adalah aktivitas warisan yang harus kita laksanakan dengan baik. Hanya dengan cara itu kita sadar bahwa muara hidup adalah menjadi pribadi yang rendah hati. Bahwa di atas langit masih ada langit. Bahwa di antara kebaikan ada kebenaran.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...