Langsung ke konten utama

Sebut Nama Nabi Muhammad SAW




Woko Utoro

Saya pernah bertanya pada seorang guru bagaimana cara agar anak-anak yang kita didik menjadi penurut. Kata guru saya sederhana saja yaitu sentuh hatinya. Dengan mengerti sisi emosi mereka kita akan tahu posisi kekurangan dan kelebihan anak. Tapi kata guru saya rahasia lain ternyata jauh lebih penting dari memahami psikologi anak yaitu menyelipkan nama Nabi Muhammad SAW.

Ya, do'a adalah bagian terpenting bagi keberhasilan pembelajaran anak. Dari do'a itulah merupakan bentuk kelemahan kita sebagai pendidik. Terlebih pendidik seperti saya yang belum laik digugu dan ditiru. Kata guru saya kita tidak pernah tau siswa atau santri mana yang kelak akan berhasil dalam belajarnya. Bahkan keberhasilan pun tidak melalu soal prestasi akademik melainkan akhlak dan moralitasnya tertata. Di situlah nama Nabi Muhammad SAW bekerja dalam senyap.

Dalam mapel ilmu umum maupun agama selalu lah selipkan nama Nabi Muhammad SAW. Entah dalam bentuk syair lagu atau sekadar tebak-tebakan. Yang jelas kita paksa mereka dengan tanpa sadar mengucapkan nama manusia mulia itu. Harapannya sederhana agar sirr manusia agung itu menetes ke hati mereka. Bisa dibayangkan jika nama kekasih Allah itu menyelinap masuk lewat lisan dan bersemayam di hati anak kita yakin ada cahaya yang menerangi mereka.

Seberat apapun tantangan menghadapi anak-anak di era kini insyaallah dengan nama Nabi Muhammad SAW kita berwasilah semoga Allah membukakan pintu rahmatnya. Dalam bahasa populer agar terjadi futuh. Maka dari itu benar kata Sayyidina Ali jika hidup kita teramat berat dari masalah apapun jangan lupa bertawasulah dengan nama kekasih yaitu Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Insyaallah dengan menyebut nama beliau segala urusan akan diselesaikan oleh Allah SWT.

Termasuk soal urusan mendidik anak di sekolah dasar, maupun madrasah diniyah. Semoga dengan nama yang terpuji itu hati anak bisa dimasuki kebaikan. Kita tidak tahu siapa yang kelak akan ingat gurunya bahwa diam-diam mereka rindu jika dulu nama Nabi Muhammad SAW pernah singgah di sana (lisan dan hati) mereka.[]

the woks institute l rumah peradaban 14/2/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...