Woko Utoro
Pada Kamis kemarin saya berkesempatan silaturahmi ke ndalem Mbah Suparni. Beliau kebetulan salah satu pendengar setia Radio Berlian FM. Pada kesempatan tersebut beliau meminta dikirimkan salah satu produk obat herbal. Akhirnya saya meluncur ke sana sekaligus bersilaturahmi.
Rumah Mbah Suparni lumayan cukup jauh yang jarak tempuhnya sekitar 1,5 jam. Rumah beliau yaitu sekitar 500 meter ke timur dari Candi Penataran Nglegok Blitar tepatnya di Dusun Bulu Desa Modangan. Walaupun sempat salah arah akan tetapi akhirnya saya menemukan juga rumah beliau dengan bertanya pada beberapa orang.
Sampai di sana saya langsung dipersilahkan masuk. Di rumah yang sederhana dan asri kami pun ngopi ditemani beberapa buah gorengan. Di sinilah kami pun bercengkrama sejenak. Mbah Suparni yang usianya 87 tahun bercerita dengan penuh semangat. Bahkan kisah-kisah beliau begitu lengkap dan tidak menunjukkan jika usianya sudah sepuh.
Mbah Suparni berkisah panjang lebar terutama ketika tahun 1957 beliau bersepeda ke Bandung Tulungagung. Dari Nglegok beliau bersepeda menembus hutan melewati Kalangbret Tulungagung menjadi hal biasa. Maklum saat muda beliau memang sangat aktif. Menurut Mbah Suparni beliau juga merupakan saksi hidup di saat Bung Karno belajar di masa kecil di Tulungagung.
Singkat kisah sebelum pulang saya iseng bertanya apa resepnya sehingga Mbah Suparni diberikan panjang usia. Beliau langsung menjawab hanya dua yaitu sabar dan nriman. Sabar seperti yang kita tahu merupakan maqom yang mulia sebelum pijakan ke maqom lain. Tidak salah jika dalam al Qur'an menyebut 102 kata menunjukkan arti sabar (Al Mu'jam al Mufahras li alfaadzi Qur'an).
Sabar juga merupakan maqom akhir dalam Asmaul Husna bahwa kesimpulan dari hidup adalah sabar. Bahwa takdir Allah itu sudah ditetapkan dan sebagai hamba kita harus bersabar. Yang pasti pesan Mbah Suparni begitu khas Al Qur'an yaitu bersabar atas ujian, musibah dan nikmat termasuk menerima segala yang digariskan Allah SWT. Sungguh Allah selalu bersama orang-orang hang sabar.
Selanjutnya nriman atau menerima juga ikhlas terhadap apapun merupakan pesan Mbah Suparni. Nriman ini tidak mudah sehingga kata Mbah Suparni orang nriman itu luar biasa. Maka dari itu hingga usia sesepuh itu Mbah Suparni selalu nriman padahal jaman dulu sulit dibayangkan karena ia melewati sejarah kehidupan. Sejarah tersebut mulai dari penjajahan, bencana alam, pemberontakan, hingga serba kekurangan tapi semua dilewati dengan baik. Semua itu kuncinya hanya nriman dengan kehendak yang maha kuasa.
Jadi jelas jika ingin sehat jasmani demikian dua kuncinya dari Mbah Suparni. Semoga tentu kita bisa mengikuti teladan dari pesan beliau. Dari sinilah akhirnya saya juga bisa pula ke Tulungagung dengan membawa pesan yang luar biasa. []
The Woks Institute | rumah peradaban 22/2/25
Komentar
Posting Komentar