Langsung ke konten utama

Mengikat Nikmat dengan Syukur




Woko Utoro 

Bicara syukur tak akan ada habisnya terutama tentang apa yang telah dianugerahkan. Bicara tentang kufur pun demikian yaitu tak ada ujungnya khusus bagi mereka yang tak pernah puas. Sehingga di antara kedua hal itu rasa puas hati harus kita miliki. Salah satu caranya dengan selalu bersyukur atas apa yang Allah berikan.

Dalam Surah Ibrahim ayat 7 sudah jelas bahwa siapa yang bersyukur akan ditambah lagi nikmatnya dan siapa yang kufur nikmat maka azabnya amatlah pedih. Dari itulah Syeikh Ibnu Athoillah Syakandary terinspirasi bahwa nikmat itu ibarat tamu. Kata beliau dengan bersyukur berarti kita mengikat nikmat yang tak akan pernah habis. Sebaliknya bagi yang tak pernah puas dan tidak bersyukur maka nikmat itu akan segera pergi.

Cara orang bersyukur tentu ada 3 hal. Kata Gus Mus, pertama orang bersyukur lewat lisannya yaitu apabila mendapat nikmat maka langsung berkata, "Alhamdulillah atas segala nikmat Mu Ya Allah". Kedua, bersyukur dengan hati di mana ketika mendapat nikmat hati langsung bergetar, "Ya Allah atas nikmat dan anugerah Mu aku ridho dan bersyukur". Ketiga, bersyukur dengan perbuatan tentu salah satunya dengan memenuhi hak dan kewajibannya. Misalnya orang yang melaksanakan shalat disebut hamba yang bersyukur dll.

Prof Nasaruddin Umar menyebutkan jika orang pandai bersyukur ditandai dengan rajin bersujud. Sujud di sana tidak hanya sujud dalam shalat melainkan merendahkan diri di hadapan sang maha pencipta, rendah hati kepada orang lain dan berbakti kepada orang tua. Beliau juga menegaskan di ayat terakhir Surah Al Alaq bahwa orang yang pandai bersyukur akan tahu esensi shalat adalah sujud. Seperti halnya Gus Baha sering dawuh bahwa kenangan terbaik selama hidup adalah pernah sujud.

Sujud dalam shalat tersebut menurut Syeikh Wahbah diartikan sebagai ketegasan. Bahkan soal menghamba kepada Allah SWT tidak bisa dinegosiasikan oleh materi apapun. Sehingga bentuk syukur kita atas nikmat tiap hari adalah shalat. Dengan shalat kita tidak hanya mengamankan aset kenikmatan tapi juga sekaligus memohon agar ridhoNya tidak diganti dengan laknat. Maka dari itu bersyukur sangatlah penting dalam hidup. Syukur mengajari kita nahwa segala sesuatu berasal dari Allah SWT dan kita hanya difasilitasi saja tidak lebih.[]

the woks institute l rumah peradaban 20/3/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...