Langsung ke konten utama

Menulis Adalah Petualangan




Woko Utoro 

Anda mungkin bisa menebak jika proses menulis diserupakan petualangan. Hanya orang-orang yang senang dengan petualangan yang akan tetap menulis. Karena bagaimanapun juga bertualang itu membutuhkan bekal.

Dalam hal menulis pun demikian. Kita membutuhkan bekal agar tulisan nikmat dibaca. Seperti halnya petualangan jika tidak memiliki bekal yang cukup maka akan mudah tersesat. Bukankah demikian bahwa menulis berbekal membaca buku. Jika ingin menjadi penulis maka kita harus jadi pembaca.

Agar tulisan tidak tersesat atau muter-muter tak tau arah maka bekal itulah yang utama. Selanjutnya agar benar-benar bertualang menyenangkan kita harus rajin berlatih. Dalam hal menulis berlatih tak lain agar tulisan tepat sasaran, enak dibaca dan tersampaikan apa yang kita tulis. Latihan itulah yang membuat kita menjadi mahir.

Petualangan di alam bebas pun demikian. Jika kita sudah siap bekal dan rajin berlatih insyaallah medan apapun akan mudah dilalui. Di sinilah kita harus terus mencoba agar bisa menaklukkan segala rintangan. Salah satu rintangan terbesar dalam menulis adalah malas dan disorientasi. Kemalasan ibarat jargon rokok akan membunuhmu secara perlahan. Karena dalam perlombaan lari kemalasan hanya membuat kita tertinggal.

Sedangkan disorientasi adalah bisikan setan sosial. Artinya lingkungan menghembuskan untuk apa menulis, capek menulis tak dapat keuntungan, menulis hanya buang-buang waktu, menulis hanya menguras energi dll. Itulah godaan di mana para petualang dalam menulis harus menyerah. Padahal jika semua dilakukan dengan step by stepnya maka segala rintangan akan terlewati.

Di sinilah kita memerlukan pemandu atau pelatih sebelum benar-benar bertualang ke alam bebas. Menulis juga demikian bahwa otodidak itu baik tapi untuk menjadi mahir kita perlu orang lain. Kehadiran mentor menulis adalah dalam rangka memberi masukan tentang hal-hal yang luput dari kita. Sebagai petualang amatir tentu kesalahan dan keteledoran adalah hal terdekat yang kita miliki. Maka dari itu menjadi petualang adalah menjadi diri sendiri. Menjadi penulis juga menjadi pembaca dan rajinlah berlatih.

Jangan pedulikan setan-setan sosial sungguh di alam bebas pemandangan nampak begitu indah. Tuhan tidak mungkin menciptakan makhluknya tanpa tujuan. Semua akan nampak bernilai bagi mereka yang terus belajar dan berproses.[]

the woks institute l rumah peradaban 15/3/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...