Langsung ke konten utama

Pada Suatu Waktu di Mantenan




Woko Utoro 

Dengan penuh antusias saya datang ke Pondok Mantenan Udanawu Blitar. Saya datang sendiri dengan niat ngalap berkah Mbah Kiai Abdul Ghofur dan Mbah Kiai Zubaidi Abdul Ghofur. Selain itu saya juga ingin mengetahui langsung bagaimana proses tarawih cepat yang disangkakan orang.

Setelah adzan magrib saya langsung menuju masjid untuk mengikuti shalat di sana. Prosesnya unik dan serba cepat. Dari mulai shalat magrib lalu dilanjutkan membaca Yasin dan shalat sesudah magrib. Setelah itu jama'ah berhamburan ke serambi depan guna mengikuti pengajian kitab Madarijus Suud syarah Maulid Al Barzanji yang diampu Abah Dliya'uddin Azzam-zami. Di sinilah ngaji begitu semarak selain jama'ah mulai berdatangan, suara petasan pun sudah memekakkan telinga.




Ya kecepatan dan petasan menjadi tak terpisahkan di pondok ini. Hal itu sudah ada sejak jaman Mbah Yai Sepuh kisaran tahun 1907 M. Soal kecepatan tarawih yaitu menyesuaikan era dulu di mana jama'ah didominasi para pekerja. Jadi jangan sampai mereka meninggalkan shalat maka kecepatan menjadi alternatifnya. Akan tetapi tidak usah khawatir syarat dan rukunnya tetap ada. Adapun petasan yaitu dulu bermakna sebagai penanda berbuka puasa. Petasan itu kini justru masih lestari dan hanya ada di Mantenan.




Setelah ngaji bersama Abah Dliya', beliau lalu menaburkan uang recehan. Tak lupa pula anak-anak sudah menunggu beliau dan terjadilah rebutan. Barulah setelah itu dilaksanakan shalat isya, ba'diyah isya dan shalat tarawih. Di sinilah setidaknya kurang dari 15 menit shalat tarawih 23 rekaat dan doanya usai dilaksanakan. Rasanya nikmat dan pastinya semarak. Apalagi dominasi jama'ah muda menambah semangat ibadah lail tersebut.

Intinya jika anda penasaran dengan media pemberitaan. Maka datang dan ikuti langsung ke sana adalah kunci jawabannya. Sungguh ketika di sana segala keraguan kita akan terjawab. Yang paling saya sukai adalah ketika momen menjawab saat nama Kanjeng Nabi Muhammad SAW disebut. Selain itu yang khas adalah ketika shalawat shalalahuk dikumandangkan plus taluan beduk mengalun merdu.[]

the woks institute l rumah peradaban 5/3/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...