Langsung ke konten utama

THR Impuls Di Akhir Ramadhan




Woko Utoro 

Bagi karyawan swasta maupun pegawai yang mendapat THR tentu syukurillah, kata Pak Dhiya. Karena THR adalah bentuk apresiasi atas kinerja selama ini. Baik lamanya pengabdian maupun kinerja dalam memajukan perusahaan/lembaga. THR bisa juga disebut dana bonus alias hadiah. THR ini diatur oleh pemerintah lewat PP PMK No 23 Tahun 2025 yang berarti perusahaan atau lembaga harus memberikan upah pokok dan THR kepada karyawannya seminggu sebelum hari raya keagamaan tiba.

Bicara soal THR tentu bicara pengelolaannya. Soal itu saya dan Pak Dhiya diminta berbagi kisah bagaimana memanajemen THR tersebut dalam acara Energi Pagi Radio Perkasa FM. Kata Pak Dhiya, intinya THR itu bagaimana cara kita membuat skala prioritas. Jadi mana yang harus didahulukan atau diakhirkan. Dalam arti mana yang menjadi kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Selanjutnya kita berpikir bahwa THR bukan tentang hari ini tapi lebih baiknya pasca lebaran.

Saya juga menambahkan bahwa THR itu harusnya berelasi dengan ritualitas puasa. Di mana saat memegang uang kita harus pintar-pintar menahan untuk membeli sesuatu berdasarkan keinginan. Karena dewasa ini banyak orang yang membeli sesuatu tanpa perhitungan alias punic buying. Sehingga daya konsumerisme atau boros di akhir menjadi pemandangan biasa.

Fenomena di mana orang yang surplus uang di akhir Ramadhan memang menarik. Karena kecenderungan menghabiskan daripada menghemat memang beda tipis. Padahal mencari, mempertahankan lebih sulit daripada menghabiskan. Terlebih saat ini orang merasa perlu untuk impuls buying karena hidup hanya sekali istilahnya YOLO, You Only Live Once. Sedangkan kebalikannya adalah gaya hidup hemat atau YONO, You Only Need One.

Jadi jelas jika kita memiliki THR maka akan kembali ke prinsip individu. Karena keuangan yang mengatur adalah diri sendiri bukan orang lain. Termasuk kebutuhan pun yang mengetahui adalah diri sendiri. Bahwa antara hemat dan boros itu beda tipis.[]

the woks institute l rumah peradaban 24/3/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...