Langsung ke konten utama

Puasa dan Pengekangan Nafsu




Woko Utoro

Ramadhan dengan ritual puasanya sengaja Allah SWT hadirkan sebagai bulan pendidik jiwa. Bulan di mana manusia bisa kembali menunjuk dirinya sebagai murid yang perlu dibina. Lewat puasa itulah kita diajak kembali untuk introspeksi diri terutama soal pengelolaan nafsu yang justru sering kalah.

Bicara tentang nafsu tentu kita tahu terdapat beberapa tingkatan. Salah satunya nafsu paling sederhana yaitu menahan dari yang membatalkan puasa. Misalnya menahan dari makan dan minum, haus dan lapar. Itu pun kadang kita masih kalah beberapa ronde. Padahal sudah beberapa kali kita diberi kesempatan berjumpa Ramadhan.

Bicara tentang nafsu mari kita belajar pada Qasidah Burdah karya Imam Bushri. Kata Imam Bushri nafsu itu serupa kuda liar yang jika kita tidak kuat mengikatnya maka kuda tersebut akan lari. Nafsu juga ibarat makanan lezat bagi anak-anak yang selalu menggoda dan ingin dimakan. Maka dari itu soal nafsu dasar ini jika manusia kalah berarti ia masih di level anak-anak keimanannya.

Qasidah Burdah dalam salah satu baitnya juga menyebutkan:

وَالنَّفْسُ كَالطِّفْلِ إِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى ۞ حُبِّ الرَّضَاعِ وَإِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ

Bahwa nafsu bagaikan bayi, bila dibiarkan akan tetap suka menyusu. Namun bila kita sapih, maka bayi akan berhenti sendiri.

Demikianlah nafsu sehingga di bulan suci ini kita diajarkan untuk mengelolanya. Jika kita berhasil mengekang nafsu minimal satu bulan lamanya. Insyaallah kita akan terbiasa untuk hidup nyaman dengan ketaatan. nafsu memang tidak salah asal dikelola dengan baik insyaallah ia akan mengikuti majikanya.[]

the woks institute l rumah peradaban 16/3/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...