Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

Ada Anjing di Hatimu

Woko Utoro  Dalam pengajian Kitab Ta'limu Ta'alim ada redaksi berbunyi, "Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang ada gambar dan anjingnya ". Pertanyaannya mengapa harus anjing? atau seperti apa ulasan redaksi tersebut. Bagaimana bisa anjing menjadi topik penyebab mengapa malaikat enggan masuk ke dalam rumah. Pertama , menurut tafsir isyari anjing selalu menjadi sisi kebinatangan dalam diri manusia. Seperti halnya 7 pemuda Ashabul Kahfi dan satu anjingnya. Anjing tersebut mengikuti kemana tuanya pergi. Bahkan dalam kisah tersebut anjing jadi simbol kesetiaan. Maka jelas bahwa anjing itu kesetiaan iya jika hal baik tapi bagaimana dengan nafsu. Sehingga di sinilah manusia perlu mengelola nafsu kebinatangan jangan sampai dominan dalam diri. Kedua , seperti penjelasan pertama bahwa anjing bermakna sifat atau kondisi. Malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya memiliki hewan anjing. Bukan itu, tapi lebih kepada sifat atau kondisi penghuninya. Malaikat tidak akan...

Menghadapi Masalah dengan Elegan

Woko Utoro  Kata Mas Sabrang, setiap orang itu punya masalah. Asal jangan kita yang buat masalah itu sudah bagus. Karena yang disebut manusia adalah mereka yang bermanfaat untuk sesama. Sehingga hidup itu harus bagian dari solusi bukan justru pembuat masalah. Intinya masalah itu hanya soal memposisikan. Misal, para penakut akan selalu menghindar dari masalah. Para petualang akan menghadapi masalah. Atau orang biasa akan mengakrabi masalah. Bisa kita lihat relasinya. Jika orang sudah akrab dengan masalah maka mereka tidak sekadar menghadapi tapi bisa jadi mengguyoni. Masalah itu kadang justru hanya perlu ditertawakan. Senada dengan hal itu kata KH Anwar Zahid masalah itu hanya soal tiga posisi. Yaitu dihadapi, dinikmati atau dihindari. Bagi orang berpikir seharusnya masalah itu dihadapi. Karena seberat apapun masalah pasti ada solusinya. Separah apapun toh penyakit pasti ada obatnya. Selanjutnya masalah itu dinikmati bukan malah dihindari. Karena tidak ada orang bisa menghindar dari mas...

Kita Tidak Sendiri

Woko Utoro  Yang sering jadi problem mental manusia sebenarnya bukan kesendirian tapi kesepian. Sendiri berarti gambaran atas kondisi sosial. Sedangkan sepi adalah ilustrasi atas kondisi batin. Dari problem itulah akhirnya melahirkan beragam cara pandang. Salah satunya kita dihantui untuk merasa gagal dan tak berdaya. Padahal hakikat hidup kita tak pernah sepi apalagi sendiri. Sejak di lauh mahfudz ke alam rahim, turun ke dunia hingga istirahat di barzakh dan pulang ke akhirat kita selalu ditemani Allah SWT. Karena esensinya kita memang berasal dari Allah SWT dan akan kembali kepadanya. Jadi kita ini bukan hanya berasal dari Allah SWT tapi memang bagian dari tubuhNya. Maka dari itu jangan selalu berkata saya sendiri, saya kesepian. Berkatalah saya bersama Allah SWT, Dia yang akan membantu saya dan memang akan kembali kepadaNya. Alasan lain mengapa kita tidak sendiri adalah untuk selalu menyapa. Terutama sapaan ketika kita shalat. Misalnya kita dianjurkan ta'dhim pada tiga posisi se...

Pemuda dan Amarah

Woko Utoro  Apa yang paling dekat dengan pemuda? jawabannya setidaknya ada dua yaitu angan-angan dan amarah. Amarah adalah hal yang paling sering muncul pada diri muda-mudi. Sehingga ada istilah darah muda alias seseorang yang masih dalam transisi, atau berproses menemukan jati diri. Mereka berlari begitu cepat sampai-sampai orang dewasa tak sanggup menahan lajunya. Ada istilah senggol, bacok. Terutama pada pemuda hari ini. Pemuda yang gampang tersinggung dan tak mampu mengendalikan emosi. Bahkan hal itu sudah diprediksi sejak era lampau terutama dalam Islam. Maka ketika Rasulullah SAW diminta nasihat oleh pemuda agar selamat hidupnya beliau memberi saran untuk jangan marah atau kendalikan amarahmu. Karena amarah jika tidak dikendalikan akan berakibat fatal. Terlebih pada diri pemuda yang mudah meluap-luap, meletup-letup. Jika orang bertanya bagaimana kondisi neraka dan surga. Maka jawabannya mudah saja bahwa saat orang terbakar api amarah di sanalah neraka membara. Jika seseorang menu...

Jangan Tergesa-gesa

Woko Utoro  Orang tua sering bilang, "Nak, kalau makan jangan tergesa-gesa nanti keselek". Kadang atas pernyataan itu kita tak menghiraukannya. Kita justru malah makin cepat dalam makan dengan alasan lahap, lapar atau telanjur nikmat. Jadilah apa yang disebut tersedak dan siapa yang paling panik selain orang tua. Hal itu merupakan gambaran atas kehidupan di dunia ini. Ada ungkapan bahwa tergesa-gesa itu tabiat syeitan. Sehingga kita diperintahkan untuk tetap tenang, hati-hati dan fokus. Tergesa-gesa itu identik dengan ceroboh, panik dan rakus. Dalam hal apapun bahwa yang dipesan orang tua memang selalu benar. Kita diajarkan untuk hidup dan menikmati proses. Tak peduli orang berkata apa yang jelas hidup itu menikmati. Seperti halnya makan yaitu bukan kecepatan tapi kenikmatan. Sekarang sudah banyak contoh di luar sana orang-orang yang tidak menikmati indahnya hidup. Hidup jadi penuh tekanan dan selalu diburu waktu. Padahal sejak dulu waktu dan kesempatan selalu tersedia begitu...

Hidup adalah Ujian

Woko Utoro  Kata Socrates, hidup tanpa ujian berarti tak layak dijalani. Siapa orang yang alergi dengan ujian maka tak akan menemukan kesuksesan. Ujian datang bukan sebagai batu sandungan tapi hadir agar kita tahu sudah sampai mana perjalanan ini. Ujian mencoba berdialog atas apa yang kita kuasai. Dengan ujian kita akan diakui betapa gigihnya perjuangan ini. Tanpa ujian kita hanyalah seonggok jagung tak berarti. Jadi ujian itu bukan salah benar atau menang kalah tapi tentang kita yang pernah mencoba. Dalam penggalan lagu, setidaknya diriku pernah berjuang. Itu adalah waktu di mana kita menghargai proses. Tidak peduli seberapa pun hasilnya yang jelas ini adalah perjuangan. Ini adalah pengorbanan kecil tentang jarak, kesempatan dan usaha. Sungguh orang yang bersiap sejak awal tak pernah takut menghadapi badai. Sungguh di atas kertas semua hanya soal, angka, pertanyaan dan jawaban. Sedangkan ujian sesungguhnya adalah memahami diri sendiri. Kini bukan saatnya melawan melainkan waktunya kit...

Rezeki Adalah Pendahuluan

Woko Utoro  Suatu ketika seorang teman mengeluh. Katanya usia makin bertambah tapi jodoh belum didapat, pangkat tidak melesat dan pekerjaan tak kunjung didapat. Hidup seperti tak pernah memihak. Sedangkan perkataan tetangga masih saja jahat. Kata saya hidup tak usah banyak mengeluh. Kata Gus Dur mengeluh tak merubah keadaan. Justru dengan bekerja dan berkarya adalah kunci dari segala keresahan. Kami pun sering diberi petuah bahwa soal rezeki semua sudah diatur. Hanya saja rezeki mana yang akan didahulukan. Sebab Tuhan tamu mana yang lebih cocok untuk kita. Rezeki adalah pendahuluan begitulah kiranya. Ada orang yang rezeki jodohnya didahulukan. Sehingga masih muda sudah melangsungkan pernikahan. Ada juga yang rezeki berupa pangkat jabatan. Ada yang dilancarkan usahanya. Bahkan ada juga yang sudah meninggal duluan. Jadi intinya Tuhan lebih tahu porsi untuk potongan seperti kita. Sehingga kita tinggal menjalani saja. Ingat bahwa hidup bukan sekadar mencari tapi mengisi. Apa yang harus dii...

Santri Ngutil

Woko Utoro  Beberapa waktu lalu saya mendapatkan tamparan keras dari tetangga, atau dalam bahasa anak milenial kena ulti. Ultimatum tersebut berkaitan dengan salah satu teman kami yang ngutil di salah satu acara tasyakuran haji. Ngutil adalah praktik culas berkaitan mengambil sesuatu hal remeh tanpa sepengetahuan orang. Tetangga kami tersebut marah sekaligus menegaskan jika praktik ngutil itu jangan dilestarikan. Praktik ngutil dalam bentuk apapun walaupun sekadar mengambil jajan seperti pisang, kurma, kacang atau kerupuk adalah hal yang buruk. Kecuali dipersilahkan oleh tuan rumah barulah kita boleh mengambilnya. Mengapa hal itu jadi warning? karena berkaitan dengan etika. Kata tetangga kami, apa sih pentingnya ngutil makanan tersebut. Padahal makanan tersebut akan jadi t41 tapi dampaknya jadi omongan tetangga. Lebih jauh lagi jika jadi karakter maka akan sangat merugikan diri sendiri. Ngutil itu bukan sekadar praktik guyon biasa. Tapi bisa lebih jauh dari itu bahkan merupakan bentuk ...

Memaknai Pakaian Kehormatan

Woko Utoro  Seperti kita tahu fungsi pakaian adalah untuk menutupi tubuh agar tidak terbuka. Pakaian juga menjadi alat agar seseorang terhindar dari rasa malu. Tapi lebih jauh pakaian tidak sekadar penutup atau pelengkap tubuh. Pakaian justru identitas kebudayaan yang bernilai etik dan estetik. Bahkan pakaian memiliki nilai filosofis tersendiri untuk kita catat sebagai pelajaran. Kata Mbah Nun pakaian adalah lambang hubungan hamba dan Tuhannya. Pakaian memiliki orientasi pada kehormatan dan kederajatan. Kehormatan berarti mewakili dimensi horizontal atau hubungan antara sesama manusia. Sedangkan kederajatan berelasi antara hamba dan Tuhan. Sehingga tidak salah jika di desa berkembang tradisi beli baju baru saat lebaran. Mbah Nun menjelaskan jika beli baju baru jangan segera dinilai buruk atau negatif. Akan tetapi ada maksud di mana kita harus selalu mengganti pakaian yang telah lama berlumur noda. Kita harus menggantinya dengan pakaian baru. Yaitu pakaian yang semula hanya terhormat di...

Menjadi Baik dan Bermanfaat

Woko Utoro  Menjadi baik saja tidak cukup. Kita harus bermanfaat. Kata Mbah Sahal Mahfudz, menjadi baik itu mudah dengan hanya diam. Sedangkan menjadi bermanfaat itu perlu perjuangan. Menjadi baik itu tidak ujug-ujug dan memang perlu penempaan. Menjadi bermanfaat pun butuh pengorbanan. KH Haris Shodaqoh menjelaskan bahwa jadi baik dan bermanfaat haruslah sepaket. Tidak boleh hanya baik saja dan atau bermanfaat saja tapi dari sesuatu yang tidak baik. Artinya jangan sampai kebaikan atau kebermanfaatannya rapuh. Di luar nampak menawan sedangkan dari dalam ternyata mengandung tipuan. Terlebih di jaman medsos kebaikan, keburukan, kebermanfaatan atau citra sudah campur aduk dan sulit dibedakan. Kata KH Haris Shodaqoh, tidak usah khawatir orang baik selalu menemukan kebaikannya. Karena kebaikan itu mekar. Termasuk tak usah khawatir bahwa menjadi bermanfaat pasti akan terhormat. Karena menjadi bermanfaat itu adalah titah agama. Sehingga jadilah orang yang keberadaannya diharapkan oleh orang la...

Aish

Woko Utoro Suatu pagi ketika menuju sekolah saya berpapasan dengan seorang ayah dan dua anak perempuan. Secara tidak sengaja saya berhenti di antara mereka. Pada saat itu suasana macet sehingga membuat saya menepi sejenak. Dari tepian trotoar dua bocah SD dan seorang ayah itu berbincang serius. Saya dengar sekilas si anak tersebut bernama Aish, sedangkan anak satunya merupakan temannya. Mereka sedang berbincang sekaligus bernegosiasi. Aish menatap ayahnya dengan lesu bahwa ia tidak ingin sekolah. Padahal seragam putih merah sudah melekat dengan rapi. Lalu temanya hanya melihat perbincangan anak ayah itu dengan penuh tanya. Aish katanya pada sang ayah tidak ingin sekolah karena alasan dibully. Kata Aish sekolah kemarin atau bahkan hari ini bukan tempat yang nyaman. Mungkin Aish tidak mendapat pukulan atau hardikan fisik. Tapi lebih tepatnya ejekan dari teman-temannya karena ia tak beribu. Soal ini tentu saya tidak tahu kemana ibu Aish sebenarnya berada. Yang jelas saya hanya fokus denga...

Solusi Al Qur'an di Tengah Krisis

Woko Utoro  Secara umum kita tak bisa membayangkan bagaimana hidup di tengah krisis. Baik itu krisis ekonomi, sosial, lingkungan hingga moral tentu membutuhkan tenaga ekstra dalam menghadapinya. Lebih jauh kadang kita hampir menyerah dan apa yang bisa dilakukan saat krisis melanda? Soal krisis ini tentu Al Qur'an tak pernah diam. Al Qur'an selalu punya solusi atas berbagai masalah. Jika dunia mulai chaos kata Gus Baha coba buka Al Qur'an Surah Ali Imron ayat 134. Di sana ada solusi jelas bahwa Al Qur'an adalah mukjizat dari Allah SWT yang masih dirasakan hingga kini. Apa isi Surah Ali Imron ayat 134 tersebut yaitu : Pertama, saling berinfak atau memberi kepada sesama. Walaupun dalam keadaan senang atau susah selalu lah membantu. Dengan saling berkontribusi maka problem kehidupan akan terasa ringan. Kedua, kendalikan hawa nafsu. Dengan mengendalikan emosi maka manusia akan saling menjaga, merawat dan tidak tamak. Karena dewasa ini problem dunia disebabkan kerakusan manu...

Dimanapun Jadilah Aktivis

Woko Utoro  HOS Tjokroaminoto pernah berkata pada Bung Karno muda, "Jika ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator". Apa yang dikatakan HOS Tjokroaminoto tentu sangat berkesan dan menancap di hati Bung Karno. Hingga seperti yang kita tahu Bung Karno menjadi proklamator bangsa sekaligus presiden pertama Indonesia. Apa yang disampaikan HOS Tjokroaminoto sebenarnya memiliki arti jadilah aktivis. Dalam arti seseorang yang memperjuangkan sesuatu demi tujuan kemaslahatan. Atau mempertanyakan, membongkar hingga bergerak mendobrak kemapanan elit atas tindakan yang merugikan rakyat. Sebelum berjuang untuk orang lain kita berjuang dulu menempa diri. Karena perjuangan itu membutuhkan pengorbanan. Bahkan pengorbanan itu melebihi uang hingga nyawa. Seorang aktivis ibarat turun ke medan juang. Mereka memerlukan perbekalan dalam usaha perjuangannya. Dewasa ini menjadi aktivis itu disalahartikan. Orang hanya tahu jika aktivis adalah mereka yang su...

Pembelajaran Dari Balik Mimbar

Woko Utoro Ini adalah pengalaman pertama saya menjadi khatib Idul Adha. Pengalaman yang tentu akan memandu di hari esok. Awalnya tentu saya menolak karena alasan belum pantas. Tapi lambat laun saya mendapat jawaban bahwa apakah ini seperti sudah saatnya. Dulu sebelum khatib saya sudah sering menjadi muadzin sampai bilal. Hingga akhir kisah tersebut berlanjut sampai saat ini. Sungguh pengalaman yang menjadi modal buat saya dalam menghadapi masyarakat. Saya tentu beruntung apa yang dipraktekkan di Pondok Panggung dulu sangat berarti saat ini. Maka tak heran jika para asatidz berpesan jika ilmu pondok pesantren akan terasa manfaatnya bila sudah di tengah masyarakat. Saya merasakan betul jika dulu belajar tentang shalat tarawih, shalat ied, pemulasaraan jenazah, zakat, tahlil, ziarah, muraqi, penyembelihan dll dan semua terpakai saat ini. Belum lagi keilmuan kitab kuning yang kaya membuat saya percaya bahwa pengaruh pondok pesantren memang luar biasa. Ketika saya dikabari menjadi khatib se...

Kurban dan Kerelaan Hati

Woko Utoro  Salah satu ritual ibadah dalam Islam yang menyesakan hati adalah kurban. Jika membuka kembali sejarahnya tentunya kita tahu bagaimana Nabi Ibrahim mengidamkan kehadiran seorang anak. Tapi dalam kisah tersebut beliau diperintahkan untuk menyembelih Ismail kecil. Padahal Ismail kecil adalah buah hati yang sudah lama diharapkan. Tapi demikianlah bahwa kurban memang harus hal yang dicintai. Seperti halnya hewan ternak adalah simbol pengorbanan. Hal itu tidak lebih besar dari pengorbanan Nabi Ibrahim yang merelakan putranya. Yang pada akhirnya Allah SWT mengapresiasi atas sikap rela Nabi Ibrahim tersebut dan menggantinya dengan domba qibas. Maka dari itu hikmah dari kurban adalah mendidik kita untuk berkorban. Berusaha memberikan hal terbaik kepada sesama. Selanjutnya kurban juga mendidik agar kita rela atas sesuatu yang pergi. Walaupun hal itu adalah yang kita cintai. Termasuk melahirkan sikap ikhlas atas sesuatu yang kita miliki. Bahwa segala sesuatu adalah milik Allah SWT dan...

Sedang-sedang Saja

Woko Utoro  Dalam hal apapun kata Gus Mus yang sedang-sedang saja. Jangan berlebihan dalam melakukan sesuatu terutama beragama. Karena yang berlebihan akan menimbulkan mudharat . Termasuk dalam hal mencintai, membenci hingga memberi kepercayaan. Dunia ini siapa yang lebih baik melebihi Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Rasanya hampir tidak ada. Dunia saat ini justru sebaliknya yaitu sulit mencari orang yang dipercaya. Penyelewengan hingga pengkhianatan justru lebih sering ditemui. Maka dari itu "Al Amin" disematkan pada Nabi Muhammad SAW adalah fakta yang diakui oleh sejarah. Tapi tentu dapat dipercaya bukan berarti aman dari ingkar. Nabi Muhammad SAW tentunya pernah dikhianati oleh orang-orang kafir dalam perjanjian Hudaibiyah. Jadi intinya siapapun bisa menjadi korban atas ketidakjujuran orang lain. Sekelas Nabi saja pernah punya kisah dikhianati oleh orang lain lebih-lebih kita manusia biasa. Maka dari itu jangan heran jika memandang manusia harus biasa saja. Jangan memberikan pe...

Nar dan Nur

Woko Utoro  Kadang saat kita berpikir cahaya dan sinar itu sama ternyata hanya percis tapi tidak sama. Dalam arti bahwa sinar tidak lebih dari sekadar cahaya. Sedangkan cahaya itu lebih luas pemaknaanya. Lebih lagi soal lentera dan api yang sebenarnya bukan soal sinar apalagi cahaya. Nampaknya kita mulai bingung menerka sinar dan cahaya atau api dan cahaya. Yang jelas cahaya itu lebih istimewa dari hal lain di alam ini. Bayangkan saja dari cahaya Tuhan memilih menciptakan malaikat karena unsurnya yang unik. Berbeda dengan manusia yang tercipta dari tanah liat dan dibentuk sedemikian rupa. Saking istimewanya cahaya sampai-sampai Al Qur'an mengabadikan lewat Surah An Nur dan lebih spesifik lagi di ayat ke-35. Kata Imam Ghazali dalam Misykat Al Anwar, cahaya yang ada di Surah An Nur ayat 35 bermakna : Pertama, cahaya yang indah. Cahaya di mana bermakna Allah SWT itu tidak bisa disamakan oleh mahluk manapun. Kedua, al ruh al hissi atau daya-daya indrawi. Di mana banyak cahaya yang kel...

Sepakbola, Mafia dan Kehilangan

Woko Utoro Malam Minggu saya berbincang dengan Mr Ferry dari Solo. Dalam perbincangan itu kami menyinggung bola dan pusaran mafia. Kami bicara tentang degradasinya PSS Sleman padahal di pertandingan akhirnya mereka menang. Tapi justru Semen Padang lah yang bertahan karena juga sama-sama menang atas lawannya. Kata Mr Ferry bisa saja kemenangan atau kekalahan itu terindikasi mafia. Sederhana saja semua pertandingan bisa dilihat dari cara main. Atau dari tujuan apa yang ingin hendak dicari. Intinya kata Mr Ferry semua hal terutama di Indonesia bisa dibeli atau dipermainkan. Beliau juga berseloroh bahwa dalam hal apapun bisa terdapat mafia bahkan di kontestasi Pilpres sekalipun. Atas apa yang dikisahkan Mr Ferry tersebut saya pun langsung berpikir terbang melayang. Mungkin bisa jadi benar bahwa selama ini kita hanya konsumen yang tak tahu apa-apa di belakang layar. Kita hanya tahu pertandingan sepakbola adalah soal kemampuan, teknik dan upaya cetak gol. Tapi ternyata bisa jadi di dunia si ...

Kesenjangan Antara MI dan SD

Woko Utoro  Seorang teman berdebat mengapa anak SD sekarang lebih sulit diatur daripada era lampau. Salah satu di antara teman kami menjawab panjang lebar. Katanya semua pertanyaan berkaitan dengan orientasi, nomenklatur dan status. Menurutnya inilah perbedaan lembaga pendidikan yang berafiliasi dengan pemerintah dan yayasan agama secara khusus adalah pesantren. Teman saya menjabarkan jika di pesantren mengenal istilah barokah. Sedangkan di lembaga umum hanya formalitas belaka. Soal monitoring misalnya di lembaga formal paling hanya beberapa kali. Itu pun lagi-lagi formalitas belaka. Tapi di pesantren kontroling dilakukan setiap saat. Sehingga tak ada istilah menganggur di pesantren yang ada justru padat merayap berkegiatan. Perhatian terhadap anak-anak dilakukan kontinyu. Karena bagi pesantren sisi emosional anak merupakan hal terpenting. Jangan biarkan anak mengalami kekosongan batin. Maka dari itu gurunya pun ditempa agar selaras atas apa yang disampaikan. Guru-guru harus hadir dan ...

Organisasi: Meniti Jalan Pulang

Woko Utoro  Seorang teman bertanya apa arti jalan pulang. Pertanyaan itu berelasi dengan prinsip mengapa organisasi perlu dihidupkan kembali. Bagi saya sebelum menjawab pulang bertanya dulu dari mana kita pergi. Hal itulah yang akan jadi jawaban mengapa organisasi perlu bergerak lagi. Mengapa organisasi perlu kita ikuti walaupun katanya sering dibuat sakit hati. Bagi saya organisasi adalah tempat berproses. Selama berproses kita tidak sedang pulang tapi pergi dan menepi. Sehingga jika ada pernyataan jadikan organisasi sebagai rumah kedua. Tanyalah dulu apakah kita tahu di mana rumah pertama. Karena tidak sedikit orang yang keluar dari rumah pertamanya. Banyak orang yang menjadi korban bahwa rumah pertama bukan tempat yang nyaman. Maka dari itu sebelum menjadikan organisasi rumah kedua bertanya dulu bagaimana kondisi rumah pertama? Tidak semua orang hadir dengan utuh. Terlalu banyak orang datang dengan rapuh. Barangkali di organisasi adalah obat atas kekosongan tersebut. Tapi tentu tida...

Kognitif Closure

Woko Utoro  Kita pasti baru sadar mengapa pesan sabar selalu diulang-ulang. Seolah ada pesan khusus terlebih untuk menghadapi suatu masalah. Terutama di era modern kesabaran harus ditanam sejak dini. Bahasa anekdot nya kesabaran kini harus sudah di tingkat dewa. Karena di era globalisasi kesabaran adalah kunci dalam menghadapi setiap perubahan. Salah satu ujian orang soal kesabaran adalah ketika melihat fenomena di media sosial. Di medsos kita tahu semua serba cepat dan instan. Seolah kesabaran tak memiliki tempat yang layak. Orang selalu merasa terburu-buru dalam menyimpulkan. Dalam hal apapun orang selalu ingin jawaban. Padahal segala sesuatu itu melewati berbagai proses. Di sinilah kita kenal istilah kognitif closure atau kecenderungan untuk menyimpulkan. Atas dasar kepuasan akibat kecepatan algoritma maka orang mudah menilai. Kecenderungan tersebut lambat laun membunuh daya kritis. Upaya kroscek, verifikasi atau saring sebelum sharing menjadi tidak diperlukan. Karena orang sudah d...

Menulis Terus Jangan Berhenti

Woko Utoro  Orang menulis itu bijak. Sama halnya dengan orang bernyanyi atau main bola. Jika anda mampu menulis maka menulislah. Jika anda mampu olah suara maka bernyanyilah syukur-syukur ciptaan sebuah lagu. Jika anda atlet sepakbola maka bermainlah dengan indah dan cetaklah gol. Intinya setiap orang melakukan aktivitas kesukaannya adalah bijak lebih lagi jika diniatkan ibadah. Soal menulis kita ingat Michel Foucault, katanya aku menulis bukan untuk mengubah dunia melainkan merubah diri sendiri. Bagi Foucault perubahan dunia dimulai dari individunya. Sehingga jelas bahwa kemajuan suatu bangsa harus ada dari komponen terkecil. Ketika seseorang memahami hal itu maka bijaklah kita. Justru melakukan hal-hal di luar apa yang kita tak mampu adalah bencana. Rumi juga pernah berpesan jika kemarin aku pintar, aku ingin mengubah dunia. Lalu jika hari ini aku bijak, aku ingin mengubah diriku sendiri. Bagi Rumi perjalanan puncak manusia sebelum bersua Tuhannya adalah memperbaiki dirinya. Karena a...

Jangan Ada Kata Unggul Untuk Lembaga Pendidikan

Woko Utoro  Beberapa orang sanksi dengan kata unggul terutama yang disematkan pada lembaga pendidikan. Begitu pun saya seolah merasa ada yang tidak tepat dengan kata itu. Awalnya mungkin terasa keren tapi lebih jauh ternyata bermasalah. Kata unggul ternyata problematik. Gus Baha misalnya merasa kurang sreg dengan kata unggulan dalam sekolah atau pondok pesantren. Bagi Gus Baha kata unggul di lembaga pendidikan itu jadi lucu. Mengapa? karena unggul itu hanya orientasi mendapat. Setelah mendapat orang cenderung berharap. Sedangkan dalam tradisi tasawuf berharap pada mahluk itu berbahaya.  Kata Gus Baha jika ada sekolah unggul lalu melahirkan siswa yang prestasi semua maka kecenderungannya akan diberi penghargaan, sebut saja beasiswa. Dari itulah akhirnya mereka hanya berharap pemberian pemerintah. Padahal seharusnya mereka memberi sesuatu buat negara bukan berharap. Mbah Nun juga demikian. Kata beliau orang mengatakan unggulan atau super itu sangat tidak sopan. Karya apapun yang melekat ...

Jihad Perempuan 2

Woko Utoro  Beberapa kali saya meracuni teman-teman bahwa setiap kita memiliki peran, fungsi serta tanggungjawab tersendiri. Dalam arti setiap orang memiliki tugas untuk berjihad minimal untuk diri sendiri. Terlepas dari gender apapun jelas bahwa jihad adalah upaya untuk menggapai cita-cita. Orang yang gigih memperjuangkan cita-cita juga disebut mujahid. Jelas bahwa jihad itu tidak melulu bermakna perang fisik walaupun ada istilah qital dan harb . Tapi kita ingat jihad juga bermakna ghazwah alias jihad pikiran. Bahkan di era kekinian kita juga memiliki peran untuk jihad di medsos. Sebuah media jihad yang saat ini menjadi lahan basah untuk siapa saja. Karena di medsos tidak setiap orang dewasa atas apa yang mereka posting dan konsumsi. Sehingga mewarnai medsos dengan konten positif adalah satu langkah yang bisa kita lakukan. Kita mungkin bukan mujtahid yang menentukan sebuah fatwa hukum atau melahirkan pembaharuan. Kita juga bukan jihadis yang membela agama dengan kekuatan otot atau s...

Jihad Perempuan

Woko Utoro  Saya pernah mendengar bahwa tugas perempuan hanya sebatas domestik, dapur, sumur kasur. Mendengar hal itu tentu telinga saya panas. Mengapa di era modern ini masih hidup prinsip kolot. Seolah perempuan tidak boleh untuk melakukan kerja-kerja di luar. Terlebih ketika mendengar istilah jihad. Jihad sebenarnya sederhana yaitu mengerahkan segala daya upaya untuk menggapai sesuatu. Jadi jika seseorang ingin menggapai cita-cita itu juga bagian dari jihad. Misalnya berpendidikan, aktivitas pemberdayaan hingga gerakan sosial peduli lingkungan. Maka dari itu jihad perempuan jika disandarkan pada rumah itu keliru. Sebab setiap orang memiliki hak untuk melaksanakan tugasnya. Dalam Al Qur'an, jihad dimaknai dengan perang fisik (qital), moral dan dakwah. Mungkin perang fisik hampir tidak ada sedangkan tugas moral dan dakwah biasa oleh siapa saja. Maka jelas bahwa Al Qur'an menegaskan bahwa jihad itu netral gender. Siapa saja bisa mengambil peran tanpa dibatasi ruang dan waktu. B...

Kamu Harus Tetap Menulis

Woko Utoro  Saya tidak bosan setiap ada momen wisuda selalu diminta memberi pesan. Pesan itu selalu diulang-ulang yaitu jangan hilangkan tradisi baik yang dibangun di masa kuliah. Jika pesantren adalah miniatur masyarakat maka perkuliahan ialah organisasinya. Salah satu hal yang saya pesankan pada teman-teman adalah dengan menulis. Misalnya orang seperti saya tidak boleh berhenti menulis. Termasuk orang yang biasa di kesenian atau dakwah juga tak boleh berhenti. Pokok sesuatu yang seolah menjadi jalan hidup teruskan saja, jangan berhenti. Karena tanpa diminta berhenti itu pasti dan kita tinggal menunggu waktu saja. Bagi saya apapun itu termasuk menulis adalah amanat hati nurani. Bahkan kata G.G Marquez menulis adalah kemaslahatan daripada sekadar peniruan. Umberto Eco bahkan mendorong kita untuk terus menulis. Katanya menulis itu jalan politis setiap orang. Baginya setiap orang wajib untuk terus berpendapat. Bukan karena penulis itu sok tahu tapi agar stabilitas tetap terjaga. Menulis ...

Relasi Keberhasilan Santri dan Hormat Guru

Woko Utoro  Dalam sebuah pengajian saya pernah melempar pertanyaan kepada teman-teman santri. Apa relasi menghormati guru dengan keberhasilan menimba ilmu? Ternyata dari pertanyaan itu membuat suasana hening. Mereka terdiam dan belum mampu menjawab. Akhirnya saya jawab sendiri. Bahwa relasi penghormatan pada guru bisa menjadi indikator keberhasilan santri. Poinnya bahwa ilmu itu bukan banyaknya tapi manfaatnya. Hal itulah yang dijelaskan dalam Kitab Ta'lim Muta'alim karya Syeikh Zarnuji. Bahwa jika santri ingin berhasil dan berkah ilmunya harus memiliki sikap hormat pada guru atau ahli ilmu. Bahkan penghormatan itu berlaku pada keluarga dan kerabat sang guru. Kata Sayyid Muhammad jika ingin pintar belajarlah, jika ingin berkah berkhidmah-lah. Kebermanfaatan dan keberkahan guru tidak semua orang dapat. Tidak sedikit orang yang ilmunya berlimpah tapi kebermanfaatannya belum dirasakan. Bahkan yang banyak itu orang makin pandai justru untuk tujuan memperkaya diri. Padahal masih dal...

Shummun, Bukmun, Umyun

Woko Utoro  Jika melihat perilaku orang di medsos makin hari kian memprihatinkan. Apalagi jika sudah komentar berebut benar. Kita jadi bingung bahkan siapapun bisa mengklaim kebenaran. Padahal kebenaran itu relatif. Kebenaran itu bergantung atas sandaran apa. Mayoritas netizen di medsos hanya bertumpu pada nafsu sesaat. Sehingga siapa saja bisa mengobral versi kebenaran individu/kelompok bukan berdasar ilmu atau logika. Bicara soal kebenaran kita ingat Al Baqarah ayat 18. Di sana dikisahkan ada orang yang sulit menerima kebenaran. Padahal kebenaran itu nampak jelas. Sehingga ayat tersebut mengistilahkan mereka dengan orang yang tuli, bisu dan buta. Ulama sepakat tuli berarti mereka yang sulit mendengar kebenaran padahal kebenaran itu jernih. Mereka bisu terhadap kebenaran sehingga sulit mengakui padahal kebenaran itu lantang dan jelas. Mereka juga buta terhadap kebenaran padahal kebenaran tidak terbantahkan. Orang yang enggan menerima kebenaran juga tidak harus tuli, buta atau bisu. Me...

Tetaplah Mendidik

Woko Utoro  Saya bukan sarjana pendidikan tapi kesukaan pada dunia mengajar sudah terbangun lama. Mengajar adalah salah satu cara mentransfer ilmu dalam pendidikan. Sedangkan pendidikan itu sendiri luas dan memiliki makna mendalam. Tapi sayang kini justru banyak jurusan pendidikan tapi enggan mengajar. Alasannya jelas menjadi seorang pendidik tidak menjanjikan apapun termasuk kebahagiaan materi. Berkaitan dengan kebahagiaan saya ingat pesan ibu tempo hari. Kata ibu teruslah menjadi pendidik walaupun mungkin gajinya kecil. Saya angan-angan pesan ibu tersebut dalam setiap perjalanan. Ternyata hari ini saya jumpai apa makna di dalam pesan tersebut. Sederhananya ibu ingin agar saya tetep menjadi seorang pendidik sampai kapanpun. Tidak peduli berapa bisyaroh yang kita terima. Ibu tentu paham menjadi pendidik di Indonesia khususnya di sekolah formal tidak bisa memperkaya diri. Tapi setidaknya kita mendidik untuk diri sendiri dan keluarga. Saya juga sadar dari pesan ibu berbunyi nyaring dan ...

Menulis itu Jalan Ninja

Woko Utoro Ada yang bilang menulis itu mudah. Tidak sedikit pula yang berkata menulis itu susah-susah gampang. Tapi bagi saya menulis itu mengkondisikan. Jadi kita berfokus bukan pada aktivitas menulisnya melainkan usaha menulis itu sendiri. Dalam kata lain tulisan adalah hasil sedangkan menulis itu proses. Jika sekadar menulis tentu akan sangat mudah. Ambil contoh, mahasiswa tidak suka baca tulis sekalipun akan menyelesaikan tulisan makalahnya jika waktu telah ditentukan. Tapi menulis itu susah karena selain menaklukkan kondisi diri, waktu juga meracik tulisan itu sendiri. Terutama tulisan yang bersifat riset untuk tujuan publikasi ilmiah. Ada banyak orang pandai di sekitar kita tapi macet ketika menulis. Padahal baru di level tulisan ringan semisal daily activity . Banyak juga orang yang pandai bicara tapi sekalinya menulis beribu alasan. Jadi pada prinsipnya siapa pun bisa menulis tapi tidak siapa pun bisa mengkondisikan waktunya. Sama halnya dengan membaca. Siapa pun orang bisa mem...

Imajinasi dan Story Telling

Woko Utoro  Saya akui bahwa keberhasilan guru di sekolah formal adalah mampu membuat anak didiknya pintar dalam hal akademik. Sedangkan di pesantren kepintaran akademik harus nomor dua setelah akhlak. Tapi tentu output pintar akademik dan penghayatan akhlak bukan perkara yang mudah. Sebab kita membutuhkan perangkat lain seperti orang tua, lingkungan dan waktu. Di era kekinian mendidik anak makin sulit. Soal pengetahuan misalnya anak sekarang jauh lebih payah daripada anak jaman dulu. Apalagi soal akhlak karimah tidak usah diperjelas tentu kita bisa menjawabnya. Dari itulah kita perlu strategi khusus dalam mendidik anak di era digital ini. Terkhusus bahwa strategi, media, atau cara adalah lebih utama dari materi (Ath-thariqah ahammu minal maddah). Percuma materi keren tapi cara menyampaikan tidak menarik dan membuat anak jenuh. Maka dari itu kita perlu menguasai setidaknya dua hal yaitu imajinasi dan story telling. Hanya guru kaya imajinasi dan penguasaan story telling nan baik yang aka...

Etic of Care

Woko Utoro  Suatu hari Rocky Gerung berkisah dalam sebuah forum diskusi bahwa dunia tengah mengalami dua krisis besar yaitu teologi dan ekologi. Krisis teologi tentu berkaitan dengan keyakinan pada ajaran Tuhan yang kian hari terkikis oleh teknologi. Sedangkan krisis ekologi seperti yang kita tahu kerusakan alam akibat keserakahan oligarki makin merajalela. Manusia modern meyakini bahwa yang mampu menyelamatkan dunia adalah teknologi. Padahal produk teknologi seperti halnya komputer, misil, rudal, roket, tank dll justru menjadi musuh karena berubah jadi mesin pembunuh. Manusia modern juga lupa bahwa menguasai sumber daya bumi sama dengan merusak kehidupan dimulai dari dalam. Soal inilah Bung Rocky menawarkan solusi untuk pelajari Al Qur'an dengan akal sehat, hidupkan kembali akal budi dan belajar pada rahim ibu. Kata Bung Rocky, ketika bumi misalnya merusak dirinya maka alam akan meregenerasi secara alami. Tapi jika alam dalam hal ini bumi rusak oleh tangan-tangan kotor manusia mak...

Pers dan Kejujuran

Woko Utoro  Di negeri manapun kejujuran mahal harganya. Tanpa kejujuran dunia hanyalah omong kosong. Saya membayangkan kejujuran negeri ini makin luntur. Bahkan perlahan hilang. Salah satunya bisa kita lihat dari media pemberitaan. Media pemberitaan seperti kehilangan kepercayaan dampak dari informasi yang tak terkendali. Seperti kita tahu dampak dari digitalisasi serta adanya internet dan medsos. Pemberitaan menjadi kabur dan semua akibat arus informasi yang meluap. Setiap orang bisa mengakses informasi serta ragam beritanya sendiri. Tanpa perlu upaya kritis dan verifikasi semua berita dilahap dalam sekejap. Pers tidak lagi jadi pedoman utama pemberitaan. Sehingga kita tidak bisa membedakan mana kebenaran atau kebohongan. Beberapa hari lalu saya tanya teman yang bekerja sebagai jurnalis. Katanya kini media pemberitaan meanstream nampaknya mulai gulung tikar. Satu persatu karyawannya terkena pengurangan alias PHK. Akibatnya media dalam hal ini pers semakin berkurang. Jika sudah begitu...