Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

Membuat Pola Ruhani

Woko Utoro  Suatu sore hujan turun awalnya hanya gerimis. Lambat laun hujan makin deras. Padahal kondisi langit tidak begitu mendung. Tapi hal tersebut tidak menyurutkan jama'ah untuk hadir dalam acara talqin dzikir. Syeikh KH Kharisuddin Aqib memulai pembaiatan dzikir thariqah Qadiriyah wan Naqsabandiyah dengan penjelasan yang mudah difahami. Kata beliau dzikir itu tidak sembarangan. Berbeda dengan dzikir ba'da shalat fardhu. Dzikir thariqah harus ada gurunya dan paling penting adalah bersambung kepada Rasulullah SAW. Dzikir itu ada cara, metode dan kegunaannya. Maka dari itu dzikir tidak boleh asal-asalan apalagi hanya bermodal tahu dari medsos. Dzikir itu seperti dosis pada obat jadi yang tahu adalah dokter dalam hal ini adalah guru mursyid. Kata beliau awal seseorang menerima sanad dzikir adalah dengan niat yang baik. Jika dzikir khusus maka diniatkan mendekat kepada Allah SWT lewat jalur guru. Sedangkan dzikir amm yaitu pengamal yang sekadar ingin tabarruq bias...

Kembali Ke Rumah

Woko Utoro Saya selalu bahagia ketika bertemu teman-teman yang ingin belajar menulis. Walaupun niat mereka mungkin formalitas tapi setidaknya minimal sudah berupaya. Dalam bahasa sederhana mau saja sudah syukur lebih lagi mampu mengaplikasikan. Saya selalu bilang pada teman-teman bahwa menulis itu mudah asal mau saja pasti bisa. Hanya saja pertanyaan berkembang apa yang ditulis dan untuk apa tulisan tersebut. Saya menjelaskan bahwa tulisan ilmiah sulit diakses oleh orang awam. Bukan karena mereka tidak memiliki akses lebih tepatnya soal butuh. Butuh atau tidaknya itulah yang jadi faktor mengapa tulisan ilmiah hanya berada di menara gading. Maka dari itu jika ingin dekat dengan masyarakat menulislah versi populer. Tulisan populer memungkinkan kita lebih dekat dengan masyarakat karena praktisnya. Itu sebabnya kita harus belajar mengubah tulisan ilmiah ke populer atau sebaliknya. Pertanyaan teman-teman sejak dulu sama. Pengalaman saya mengisi acara pertanyaan yang muncul itu-i...

Perahu Keselamatan

Woko Utoro  Suatu waktu Ustadz Wijayanto berceramah di Masjid Agung Magelang. Beliau berpesan kepada jama'ah jika berdo'a setidaknya meminta 4 hal. Jika 4 hal itu terus kita dengungkan insyaallah akan selamat. Pertama, minta keselamatan dalam beragama. Kata beliau di era modern ini jangan sampai agama dan keimanan kita tergadai. Oleh apapun itu bahwa keimanan lebih mahal dari isi dunia. Kedua, minta sehat dan afiyat nya jasad. Bahwa banyak orang sehat secara lahir tapi sakit batinnya. Banyak orang yang bertubuh kekar, gempal dan kuat fisiknya ternyata mereka sakit. Misalnya orang meninggalkan shalat walaupun jasadnya sehat sebenarnya batinnya sakit. Jadi harus utuh ya sehat jasmani ya sehat rohani. Ketiga, minta ditambahkan ilmu. Bahwa ilmu adalah petunjuk jalan kita menuju Allah. Dalam Ta'lim Muta'alim dijelaskan bahwa orang bodoh mengaku pintar itu bahaya. Tapi orang pintar yang melakukan sesuatu tidak berdasarkan petunjuk agama lebih merusak daripada oran...

Menempuh Jalan Baru

Woko Utoro Kabar Epy Kusnandar meninggal saya tidak kaget. Pemeran Kang Mus dalam serial Preman Pensiun tersebut memang sudah lama mengidap tumor otak stadium IV. Sebuah penyakit mematikan dan belum ditemukan obatnya. Bahkan dokter sebenarnya sudah wanti-wanti jika usianya di masa injury time. Hanya saja siapa yang tahu semua karena kehendak Allah SWT. Epy masih bertahan dan terus berkarya. Bahkan di sisa hidupnya Epy masih berjuang dengan Jukut Goreng Samali nya. Walaupun demikian saya merasa kehilangan. Pasalnya Epy Kusnandar adalah pesohor yang keren. Salah satunya populer lewat peran Kang Muslihat sang tangan kanan Kang Bahar. Jika anda penikmat sinetron Preman Pensiun tentu Epy lah salah satu yang ditunggu. Epy memang bukan talenta biasa. Ia bahkan sempat kuliah di Institut Kesenian Jakarta (1989) dan mengikuti panggung pantomim. Seperti dalam banyak keterangan Epy melewati banyak peran dengan baik. Bahkan ia terlibat dalam peran di sinetron maupun layar lebar. Tapi ya...

Pembaca Sejati

Woko Utoro Sebenarnya menulis itu diawali dari membaca. Siapa yang banyak bacaannya biasanya akan tergugah untuk menulis. Ibarat mesin bacaan adalah motor penggerak utama untuk menulis. Jadi sebenarnya menulis itu mudah tinggal kapan kita mau memulainya. Salah satu hal mendasar dari menulis kembali ke awal yaitu mau membaca. Jika seseorang sudah berhenti membaca di sanalah petaka akan tiba. Ciri orang membaca biasanya dua yaitu mendengarkan dan mengaplikasikan. Pembaca aktif biasanya tak bosan untuk terus mendengarkan. Karena mendengar adalah kecerdasan yang hanya dimiliki orang bijak. Sebab bagi manusia arogan mendengar adalah musibah. Selanjutnya bacaan membuat orang tergerak untuk melakukan sesuatu. Contoh banyak ilmuan Muslim seperti AlKindi, AlFarabi, Alkhawarizmi hingga Ibnu Batutah melakukan penelitian bukan kehendak pribadi melainkan verifikasi atas segala yang dibaca. Semakin banyak membaca semakin banyak hal yang tak diketahui. Hal yang menyedihkan adalah sebalikn...

Sepotong Kisah dari Buku Harian

Woko Utoro  Kira-kira jika iseng-iseng kita survei masih adakah orang menggunakan buku harian dalam tiap aktivitasnya. Mungkin jawaban kita sama hampir dipastikan sedikit sekali bahkan bisa jadi punah. Dulu sebelum orang-orang memiliki gadget buku harian adalah pemandangan biasa. Tapi saat ini orang lebih memilih memakai fasilitas noted di hp atau bahkan memfoto. Makin hari orang makin malas untuk mencatat. Bisa dilihat pergeseran dari buku harian, noted hp hingga hanya sekadar difoto. Hidup seperti tak punya waktu untuk sekadar menulis dan hal itu sudah masif di kalangan kita. Untung saja saya masih konsisten dengan buku harian. Sekalipun ada smartphone tapi jika soal menulis saya langsung memindahkan ke buku harian. Bagi saya buku harian itu penting. Bahkan kata Rocky Gerung tak ada yang bisa menggantikan aroma khas seperti dari buku cetak. Di sana kita dapat menghirup betapa uniknya hidup. Aroma yang selalu menciptakan rasa kangen. Yang terpenting buku harian dan buk...

Imajinasi Itu Penting

Woko Utoro  Seseorang datang pada ku. Katanya hidup ini makin aneh. Ia sendiri merasakan ketidakberesan itu. Ia lalu menyodorkan apa ada yang salah dari yang saya baca. Kata ku padanya tidak ada yang salah. Hanya saja kita memerlukan apa yang seharusnya diperlukan. Ya teman ku tersebut kesulitan dalam mengelola emosinya. Apalagi jika soal pasangan, katanya ia selalu bingung bagaimana cara memulai. Aku katakan padanya bahwa terkadang kita memerlukan bacaan untuk menangkap imajinasi. Lewat bacaan itulah sebenarnya kita tengah belajar mengelola emosi. Terutama berkaitan dengan empati yang beberapa dekade ini terganggu akibat adanya medsos. Maka bacaan seperti sastra nampaknya perlu kita coba untuk mendarasnya. Aku pun mencoba menjelaskan padanya tentang titik temu dalam otak yang dapat dipahat melalui tiga cara yaitu bacaan, visual dan audio visual. Coba perhatikan bagaimana pandangan anda ketika membaca kalimat, "Reranting itu telah dipatahkan oleh keserakahan" deng...

Musibah dan Konten

Woko Utoro  Orang sekarang itu makin hari makin tidak waras. Di saat duka sekalipun masih ada mereka yang tega membuat konten. Dilansir dari Kompas id dalam tragedi erupsi Gunung Semeru beberapa orang mendekat ke area berbahaya di sekitar lahar dingin Semeru hanya demi ngonten. Dalam bahasa kita seperti kurang kerjaan saja. Apa tidak ada kerjaan lain dan bahkan aktivitas itu bisa saja membunuh mereka. Ternyata di balik semua itu ada istilah kedekatan emosional karena memang dilakukan oleh warga sekitar. Selain itu ada juga istilah the first hand alias yang ingin pertama mengabarkan. Lucunya dari konten musibah itu orang sudah lupa bahwa ada yang lebih penting yaitu keselamatan. Menurut ahli psikologi digital ternyata orang kini sudah tak menghiraukan keselamatan demi keuntungan. Padahal himbauan dan contoh sering terjadi berulang kali. Seperti kata jurnalis senior Om Wicaksono, internet ibarat kucing lucu. Awalnya menggemaskan tapi lambat laun ternyata nyolong ikan. It...

Melawan Dunia dengan Ketaatan Kepada Allah SWT

Woko Utoro  Perdetik ini bahkan sejak dulu siapa orang yang tak mau kaya. Pasti sifat dasar manusia adalah ingin kaya dan terhormat. Pasti ingin hidup mulia dan jauh dari kesengsaraan. Tapi semua hanya mimpi alias angan-angan. Sebab semua pikiran itu selalu lahir dari rahim yang tak instan. Semua butuh proses, perjuangan dan doa. Tapi mengapa orang ingin kaya. Mengapa orang tidak ingin cukup. Atau hidup sederhana dan apa adanya. Ternyata hal itu tidak sederhana dan tak mudah. Memang sejak dulu manusia selalu ingin kaya terutama soal kepemilikan harta. Bahkan sejak jaman nabi sudah disebutkan seandainya gunung Uhud dijadikan emas sekalipun manusia tak merasa cukup. Walaupun misalnya dijelaskan bahwa dunia itu bangkai. Bahwa yang memburu dunia itu seperti anjing. Atau dunia itu penuh kehinaan. Tapi nyatanya semua tak merubah pikiran manusia untuk tetap di jalur dunia. Lantas bagaimana dengan kita yang tidak bakat soal urusan dunia. Sederhana saja kata ulama jika orang lai...

Kapan Perdebatan Nasab Berakhir

Woko Utoro  Perdebatan seputar nasab masih meruncing hingga kini. Seolah tak pernah reda dan entah sampai kapan berakhirnya. Perdebatan tersebut memang bukan sekadar isu tapi sudah ditahap pergesekan. Yang lucu pergesekan tersebut terjadi dari pucuk pimpinan hingga di akar rumput. Bicara perdebatan nasab seolah kita berharap agar konflik Israel Palestina dapat berhenti. Tapi faktanya tidak semudah itu dan pertanyaan jelas apa yang sebenarnya dicari. Apa motif dari fenomena itu dan siapa bermain di belakangnya. Siapa yang untung rugi dari peristiwa ini. Tentu hingga kini kita masih sukar menjawabnya. Sebagian orang perdebatan tersebut dinilai sebagai perebutan panggung kuasa atau soal pendapatan. Sehingga kita sebagai penonton cukup melihat saja. Karena kita tidak mampu dan memang tak berkepentingan maka menjadi penonton sepertinya lebih baik. Biarkan saja mereka bermain sendiri dan semoga segera bertaubat. Ada yang mengatakan perdebatan nasab adalah soal pengaruh, perta...

Masih Adakah Angin di Tulungagung

Woko Utoro  Judul tulisan kecil ini mengingatkan pada puisi Umbu Landu Paranggi yang digubah menjadi syair lagu oleh Mbah Nun dengan judul yang sama, "Apakah ada angin di Jakarta". Pertanyaan apakah ada angin di Jakarta juga dapat diterapkan di Tulungagung. Tentu sangat relevan dan pertanyaan itu bukan tentang climate change alias perubahan suhu akibat iklim global. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan tradisi dan budaya di kota ini yang telah berkembang lama. Masihkah bertahan di tengah arus deras perubahan. Sebagai perantau yang masuk ke Tulungagung sejak tahun 2015 tentu saya lumayan paham bagaimana saat dulu dan hari ini. Tentu saja kita semua merasakan hal apa saja yang sudah berubah dari kota di selatan Jawa ini. Dari segi infrastruktur mungkin yang paling terasa perubahannya. Dulu sekitar kampus UIN SATU rerimbunan tebu masih begitu hijau atau juga beberapa pohon perdu menjalar menghidupi hewan ternak. Tapi kini suasana itu sudah ditelan oleh ragam pembang...

Membaca Hingga Lelah

Woko Utoro  Sebelum berpulang salah satu pesan Gus Dur kepada putri bungsunya Inayah Wahid yaitu "Teruslah membaca. Membaca sampai mati". Pesan tersebut bagi saya sangat kuat dan nendang. Jarang ada orang tua yang berpesan membaca kepada anaknya dan mayoritas justru tentang ekonomi, status atau jabatan. Pesan membaca di era kekinian memang sangat penting. Dulu orang membaca untuk memahami dan menghayati penciptaan. Atau paling jauh membaca agar orang tidak kesasar dalam pengetahuan. Tapi di era globalisasi ini membaca tidak sekadar memahami tapi menemukan kebenaran di antara kesalahan yang campur aduk. Ya di era digital ini kebenaran dan kebathilan sangat sulit dibedakan bahkan cenderung menipu. Maka dari itu pesan agar kita membaca sangat relevan sampai kapanpun. Membaca di sini tentu bermakna luas terutama mengamati, memahami dan mengelola perubahan informasi yang disebabkan modernisasi. Sedangkan membaca dalam arti sempit yaitu bercengkrama dengan buku secara l...

Masjid Kita Masih Belum Berdaya

Woko Utoro  Alhamdulillah saya berkesempatan berbincang dengan salah satu penyuluh agama Kemenag Kabupaten Tulungagung yaitu Bapak Samsul Arifin, S.Sos.I. Kali ini perbincangan kita bertemakan masjid. Terutama bagaimana anak muda mencintai masjid. Sebagaimana kita tahu masjid lebih lagi mushala masih didominasi kalangan tua. Fenomena masjid dan orang tua mungkin bukan satu dua kasus melainkan hampir menyeluruh. Faktornya tentu banyak salah satunya masih hidupnya mindset kolot dari pengurus takmir masjid. Akibatnya anak-anak muda menjadi enggan untuk datang ke masjid. Berbeda dengan era lampau misalnya tahun 90an, masjid mushola selalu ramai dipenuhi anak-anak remaja. Terutama di bulan Ramadhan masjid dan anak muda menjadi tempat tak terpisahkan. Mungkin salah satu faktor mengapa anak muda malas ke masjid salah satunya karena keberadaan gadget. Bagi mereka gadget lebih menggiurkan daripada beribadah ke masjid. Tapi apakah benar faktor gadget yang menjadi problem utama? f...

Memaknai Hari Santri 2025

Woko Utoro  Perdebatan mengenai siapa santri, apa pengertian santri saya kira sudah selesai. Saat ini yang terpenting adalah bagaimana cara memaknai hari santri sebagai sebuah tonggak peradaban. Di momen hari santri sebenarnya kita diingatkan tentang banyak hal. Maka dari itu memaknainya jauh lebih utama daripada sekadar seremonial belaka. Pertama , bahwa hari santri itu rahmat Allah yang harus disyukuri. Terlepas hadir lewat cara politik. Yang jelas hari santri adalah bentuk negara menghormati kaum santri. Peran, kiprah, kontribusi dan sejarah kaum santri tidak bisa diabaikan. Sehingga dari itulah negara memiliki hutang budi kepada kaum santri. Kedua , santri jangan terlena karena kontribusi, jasa atau kebesaran nama pesantren. Harusnya santri berpikir mendalam bagaimana cara untuk terus menghidupkan warisan para masyayikh. Hal tersulit bukan meraih melainkan mempertahankan. Terutama dalam kaitannya menjaga marwah pesantren, ta'lim ta'alum, nasyrul ilmi, khidmah da...

Pesan Untuk Temanten

Woko Utoro  Beberapa waktu lalu saya diminta oleh Widayanti untuk hadir dipernikahannya. Saya bilang tidak bisa, selain karena kesibukan tentu sebagai artis jadwal bookingnya mahal (kami pun tertawa). Widayanti adalah adik kelas kami sejak di MTs, Aliyah hingga kuliah. Kebetulan kami satu almamater yaitu Nurul Hikmah Squad baik di Gantar maupun Haurgeulis. Singkat kisah Widay sapaan akrabnya mengabari saya jika ia pamit untuk menikah. Saya bilang oke ndak papa, semoga lancar dan berkah. Lantas ia pun langsung meminta agar saya memberi nasihat. Tanpa berlama-lama saya pun menuliskan spesial buatnya. Dan memang hanya itu yang saya mampu. Pesan ini tentu tidak hanya untuk Widay tapi semua orang dan saya secara pribadi. Pertama,  berkaitan dengan nikah sudah jelas yaitu bertujuan untuk mengikuti sunnah Nabi-Nya. Melahirkan generasi terbaik dan tujuan menggapai ridha Allah SWT. Tidak ada pesan lain kecuali segala sesuatu bersandar kepada Allah SWT. Kedua , saya dapat pe...

Kiai NU Plosokandang Menggugat Cafe Njoget-joget

Woko Utoro  Rabu, 15 Oktober 2025 pengurus NU Ranting Plosokandang berkumpul di balai desa Plosokandang guna melaksanakan kegiatan Bahtsul Masail (BM). Kebetulan saya sendiri turut mempersiapkan beberapa sumber literatur. Karena pada malam sebelumnya Abah kami mengajak diskusi perihal ini. Tanpa berlama-lama nukilan beberapa literatur kitab pun sudah kami print. Esoknya barulah para sesepuh, pengurus dan perangkat Desa Plosokandang berkumpul guna membahas problematika yang ada. Pembahasan BM kali ini berkaitan dengan hukum cafe yang menyediakan DJ (pemandu musik plus njoget-joget) tapi di sisi lain mereka mengadakan acara shalawat dan santunan anak yatim. Cafe yang dimaksud adalah @blenk.space dan kebetulan berada di wilayah Kudusan Plosokandang. Mungkin jika lokasinya tidak di Plosokandang akan berbeda cerita. Karena selama ini Kepala Desa Plosokandang Bapak Agus Waluya berkomitmen Plosokandang menjadi desa zero criminal atau steril dari PEKAT. Dari sanalah akhirnya m...

Perbaiki Drainase Baru Bicara Samudera

Woko Utoro  Pada peringatan 68 tahun UIN Jakarta, Prof Nasaruddin Umar berkata bahwa PTKIN seperti UIN ibarat samudera. Secara umum UIN di Indonesia tidak sekadar mencetak ilmuan atau saintis tapi lebih dari itu. UIN berbeda dengan sekolah tinggi lainnya yaitu bertujuan sebagai penegak konstitusi, melanjutkan jalan dakwah dan berkarakter seperti motto Kementerian Agama. Pertanyaan berkembang apakah fakta di lapangan sudah bicara demikian. Tentu masih belum bisa dikatakan merata. Secara kuantitas saja PTKIN masih jauh dari PTN. Misalnya menurut BPS di tahun 2024/2025 PTKIN di Indonesia baru berjumlah 59 unit. Masih kalah dengan PTN yaitu 145 unit (PPDDikti 2024). Belum lagi bicara kualitas yang tentunya jika dikaitkan dunia kerja dan sains, PTN masih unggul dari PTKIN. Pertanyaan selanjutnya lantas apa yang harus diperbaiki atau dievaluasi. Sederhana saja sebelum bicara samudera kita harus membincang sungai-sungai atau bahkan drainase. Jika Prof Nasaruddin Umar mengilust...

Nasehat Untuk Para Pemimpin

Woko Utoro  Alhamdulillah semalam usai sudah acara pemilihan lurah PPHS untuk periode 2025-2026. Terpilihlah dua insan dari Timur yaitu Mr Habib Al Anshori An Naumi dan Kang Nizar Fawaz Al Badangy. Walaupun acara pemilihan begitu sederhana tapi tidak meninggalkan kesan istimewa. Sejak awal acara dimulai dengan pembacaan Maulid AlBarzanji, pemilihan lurah dan rapat persiapan Lailatus Shalawat. Setelah semua usai dan dipungkasi dengan makan donat bersama. Harusnya ada ramah tamah, nasehat-nasehat dan musyafahah. Tapi walaupun tidak ada saya menganggap nasehat itu hadir terkhusus untuk diri sendiri. Pertama , bahwa di PPHS itu unik. Berbeda dengan pondok lain yang penuh dengan kesan formal. Yang jelas di sini santri guyub rukun, raket satu sama lain sudah bagus. Karena secara kuantitas santri PPHS hanya dihitung jari. Maka dari itu pertahankan, rawat dan jaga yang masih tersisa. Kedua , jalankan kegiatan pondok semaksimal mungkin. Jangan di balik yaitu kegiatan pondok mini...

Do'a Orang Kepepet

Woko Utoro  Mbah Nun pernah berkisah apa faktor kejatuhan rezim Soeharto? demo besar-besaran mahasiswa, atau gedung kura-kura dikuasai mahasiswa. Bukan itu. Kata Mbah Nun, Pak Harto tak bisa digulingkan sekalipun misalnya jutaan orang mengepungnya. Satu-satunya alasan Pak Harto mundur alias berhenti jadi presiden adalah karena rakyat sudah ada yang menjarah. Bagi Pak Harto jika rakyat sudah di level menjarah ini bahaya. Orang jika sudah sampai menjarah berarti berada di posisi kepepet. Mbah Moen juga punya kisah tentang orang yang menipu atas nama beliau. Kata Mbah Moen, orang mencuri atau sampai menipu atas nama orang lain itu sudah ditahap kepepet. Orang seperti itu memang masuk kategori sangat bodoh. Karena tidak didasari ilmu maka sudah tak ada pikiran lain selain melakukan kriminal tersebut. Maka dari itu ilmu adalah petunjuk jalan. Ilmu adalah cahaya di saat orang gelap gulita. Ilmu adalah kompas ketika orang kehilangan arah. Ilmu adalah jembatan yang menyeberangi...

Dari Esais ke Cerpenis

Woko Utoro  Dua bulan terakhir saya gandrung dengan bacaan sastra. Baik itu novel maupun cerpen saya lahap habis. Entah saya kerasukan apa yang jelas bacaan itu berpengaruh terhadap dunia kepenulisan yang saya geluti. Hingga akhirnya saya berpikir ingin mengubah haluan dari genre esai ke sastra terutama cerpen. Saya terlalu percaya diri padahal siapa juga yang menyebut saya ini esais. Padahal untuk menyebut diri itu syaratnya harus ada kesaksian dari orang lain. Misalnya Ebiet G Ade tidak hanya musisi kata Eyang Sapardi tapi juga penyair. Atau dunia tahu bahwa Pramoedya Ananta Toer adalah satu dari sekian novelis terbaik milik Indonesia.  Walaupun tidak ada yang mengatakan saya esais tapi saya jalan saja, toh apalah arti pengakuan jika mudah puas. Bukankah titik temu seorang penulis adalah tetap menulis. Karya adalah jawaban atas segala ragam pengakuan. Sebab dewasa ini banyak orang justru stug setelah banyak pujian. Karena pujian itu sebenarnya racun maka kita har...

Hati dan Lidah

Woko Utoro  Dalam sesi khutbah Jum'at, KH Fakhruddin Al Bantani menjelaskan sebuah kisah di Kitab Dalilus Sailin karangan Syeikh Muhammad Anas. Di kitab tersebut dikisahkan tentang riwayat Lukman Al Hakim. Seperti kita tahu Lukman Al Hakim adalah salah satu dari 114 surah yang namanya diabadikan dalam Al Qur'an. Menurut jumhur ulama tafsir Lukman Al Hakim adalah orang biasa bukan dari kalangan anbiya. Tapi karena wisdomnya ia menjadi teladan dan melegenda dalam Al Qur'an. Lukman diketahui hanya orang biasa, budak dan penggembala kambing tapi ia seorang yang shaleh. Salah satu dari banyak kisahnya yaitu tentang hati dan lidah. Suatu hari tuanya memerintahkan kepada Lukman untuk memotong kambing dan membawanya bagian terenak dari kambing tersebut. Singkat kisah Lukman membawakan hati dan lidah kambing untuk majikanya. Beberapa hari kemudian Lukman diminta lagi oleh sang tuan untuk memotong kambing. Kali ini sang tua menyuruh Lukman membawakan bagian paling tidak e...

Ikutilah Jalan Kekasih

Woko Utoro  Kawan inilah risalah kecil tentang kekasih. Mari kita hayati dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun terasa berat akan tetapi kita diperintahkan mengikutinya sesuai kemampuan. Sungguh mengikuti jalan kekasih adalah obat mujarab tiada tara. Kawan jangan merasa sendiri. Sebab kekasih pernah sendiri saat awal-awal dakwah di Mekah. Jangan merasa paling menderita. Karena kekasih pernah lebih dari itu. Beliau pernah diludahi, dipukul hingga dihujani batu. Jangan pernah merasa takut sebab kekasih pernah diintimidasi, diancam hingga akan dibunuh ketika memproklamirkan Islam. Kata beliau jalan dakwah memang selalu terjal, bergelombang, keras cadas dan penuh tantangan. Kawan jangan merasa paling mulia. Sebab kekasih selalu menjadi teladan tentang kesederhanaan. Jangan merasa paling tinggi. Padahal kekasih selalu mencontohkan tentang rendah hati. Jangan merasa berat ibadah. Padahal kekasih sudah dijamin masuk surga tapi tetap saja beribadah dengan banyaknya. ...

Belajar Mendengarkan

Woko Utoro  Ning Inayah Wahid memberi pesan sederhana tapi mengena tentang warisan Gus Dur. Pesan tersebut beliau sampaikan dalam acara Majelis Nyala Purnama Makara Art UI. Kata Ning Inayah, sekian banyak yang kita pelajari dari Gus Dur ada satu pesan menarik dan relevan hingga hari ini yaitu belajar mendengar. Ning Inayah tersadar dengan pesan tersebut mengapa dulu Gus Dur berpesan agar sering mendengarkan lagu dangdut. Kata Ning Inayah lagu dangdut adalah simbol suara rakyat. Lirik dan musiknya begitu lahir dari keresahan dan kesederhanaan. Di era ini orang yang seharusnya mendengar justru pura-pura tuli. Orang yang dianggap mewakili rakyat justru paling abai dan membisu. Dari itulah maka kita perlu belajar dari Gus Dur tentang hal yang sederhana yaitu mendengar. Semakin banyak mendengar maka semakin banyak pula kita melihat. Itulah yang dilakukan Gus Dur sejak lama yaitu mendengarkan mereka suara-suara rakyat cilik. Suara yang harusnya dibela tanpa melihat latar bela...

Menghadapi Masalah III

Woko Utoro  Orang sudah hidup saja bermasalah. Akan tetapi selama kita tidak berbuat masalah maka aman saya begitu kata bapak. Yang jelas manusia itu tempatnya salah, lupa dan dosa. Sehingga dari itu kita hanya perlu mengerti dan mempelajari. Bahwa terkadang di setiap masalah selalu terselip hikmah. Kata bapak selama masih hidup di dunia masalah itu selalu ada. Bahkan jika sudah di hadapkan urusan dunia maka masalah tak ada habisnya. Masalah itu seperti rezeki dan akan berakhir ketika pemiliknya pergi. Pemilik tersebut adalah kita yaitu hamba yang diberi. Maka dari itu sebelum semua berlalu hadapi dan nikmati saja masalah apapun. Bahwa masalah hadir agar kita tahu hidup tidak sendirian. Hidup adalah ladang perkawanan yang hadir untuk memberi ruang pendewasaan. Kata bapak perlombaan yang tak ada garis finisnya adalah lomba mencari dunia. Dunia itu semakin dikejar justru melelahkan dan tak berujung. Maka dari itu cari dunia sewajarnya saja. Tapi walaupun demikian dunia da...

Dunia Dalam Tulisan

Woko Utoro  Saya sering digoda oleh teman mengapa hingga kini masih sering menulis. Katanya penulis itu lucu dan lebih lucu lagi yang mencetak buku. Baginya orang masih menulis di era serba kelimpahan adalah hal aneh. Lebih aneh lagi para pengarang buku, mereka masih setia dengan sesuatu yang mulai ditinggalkan. Seperti kita tahu buku makin ditinggalkan pembacanya. Apa yang dikatakan teman saya tersebut tentu ada benarnya. Tapi bagi saya tidak perlu untuk dimasukkan ke dalam hati. Kita hanya perlu menyadarkan bahwa setiap orang memiliki pilihan untuk berproses. Salah satu dari proses itu adalah dengan terus menulis. Teman saya mungkin lupa bahwa setelah kalam lisan maka proses selanjutnya adalah tulisan. Bukankah dunia tercipta dari kata-kata "kun fayakun" dan setelah itu menjadi tulisan (baca: teks kitab suci). Teman saya mungkin juga tidak ingat bahwa menulis tidak semudah bicara. Sebab menulis itu kecerdasan keempat setelah mendengar, bicara dan membaca. Setiap...

Menghadapi Masalah II

Woko Utoro  Hidup itu memiliki dinamika. Perjalanan menemukan problem menjadi hal biasa. Kata bijak bestari orang hidup itu akan bertemu masalah. Jika tidak ingin berhadapan dengan masalah maka jangan hidup. Semua hal dalam hidup adalah dalam rangka mendewasakan diri termasuk adanya masalah. KH Anwar Zahid sering pidato terhadap masalah orang terbagi atas yang menghadapi, menghindari dan menikmati masalah. Semua hanya soal sudut pandang atau cara kita membaca problem tersebut. Bagi orang buta gajah itu kecil saat mereka memegang ekor. Gajah itu lebar ketika mereka meraba kuping. Dan gajah itu seperti ular meliuk-liuk saat mereka memegang belalai. Jadi intinya masalah apapun itu pertama yang harus kita siapkan adalah mental dan kedua mindset. Dalam hidup kata KH Ahmad Asrori Al Ishaqi selalu menemukan masalah atau tantangan. Tapi pointnya pada pikiran dan hati. Kata beliau masalah itu tidak ada istilah besar kecil, semua sama. Atau bahkan yang dianggap kecil nampak besar...

Sangu Lulus: Pesan Abah Untuk Santri PPHS

Woko Utoro  Pada 2 September 2025 kemarin tepatnya malam Rabu santri PPHS mengadakan acara rutinan Shalawat Al Barzanji. Akan tetapi ada yang beda di rutinan kali ini yaitu berbarengan dengan acara tasyakuran. Acara tersebut diinisiasi oleh angkatan Idris dkk yang sudah lulus. Para santri yang sudah lulus tersebut mengemas paket acara dengan sowan dzuriyah, shalawat dan mendengarkan petuah Abah. Acara sowan dilaksanakan pagi hari dan malamnya untuk shalawatan. Adapun setelah petuah Abah selesai para santri langsung ramah tamah dan makan bersama. Sedangkan dalam petuahnya Abah menyampaikan beberapa hal. Abah berpesan kepada para santri agar jangan melupakan shalat terutama dengan berjamaah. Kata Abah hari esok tantangan jaman makin nyata. Sedangkan mereka yang masih melaksanakan shalat adalah orang waras. Seperti kita tahu shalat adalah wadah segala amal dan bentuk rasa syukur kepada Allah. Terlebih jika shalat dilaksanakan dengan berjamaah. Abah menekankan bahwa jamaah ...

Nepo Kids

Woko Utoro  Chaos terjadi bukan karena sesuatu yang besar. Justru chaos sering terjadi hanya karena masalah sepele misalnya flexing. Sejak dulu pamer memang penyakit akut yang pelakunya tidak sadar. Bahwa pamer bisa menghancurkan masa depan. Sudah berapa orang menjadi korban dari sikap culas tersebut. Bahkan korbannya tidak hanya personal tapi justru menyebar ke sebuah negara. Terbaru chaos terjadi di Nepal yang salah satu penyebabnya karena banyak pejabat dan anaknya suka flexing. Akibat adanya media sosial fenomena flexing justru memicu amuk massa. Di tengah kemiskinan serta sulitnya mencari kerja para anak pejabat justru sibuk pamer harta. Barang mewah dan branded justru ditonjolkan dalam keadaan derita. Akibatnya tidak heran jika di negara Nepal tersebut unjuk rasa besar terjadi. Di Indonesia beberapa waktu lalu juga kita dengar ada ayah pejabat yang dicopot dari jabatannya. Alasannya hanya karena istri atau anak pejabat tersebut flexing barang mewah. Di Nepal anak ...

Larilah Kepada Allah

Woko Utoro  Salah satu kata menarik dalam Al Qur'an surah Az Zariyat ayat 50 yaitu fafirru ilallah yang berarti larilah kepada Allah. Mengapa harus berlari dan atas alasan apa kita harus berlari. Sederhana saja bahwa lari di sana bermakna bergegas. Atau juga ada gerakan lebih yang membedakan dari berjalan. Kita tentu tahu ada hal-hal dalam hidup yang harus dilakukan dengan cara lebih bergegas. Dalam ayat tersebut tentu kita diperintahkan untuk segera bertaubat dari dosa, segera melakukan kebaikan, jangan menunda suatu kebaikan dan teruslah mendekat kepada Allah. Bergegas di sanalah seolah ada dorongan kuat yang tidak sama dengan jalan santai. Maka dari itu ayat tersebut juga mengisyaratkan agar kita seimbang bahkan lebih. Misalnya dalam hal konser dihadiri oleh banyak orang maka kegiatan sholawatan pun tak mau kalah. Ketika orang rela berdesakan demi kebutuhan makan maka soal ibadah pun harusnya tak perlu risau apalagi takut. Karena urusan menghadap kepada Allah justru ...

Rendahkanlah Dirimu

Woko Utoro  Rendah hati sikap mulia yang harus dimiliki tiap orang. Sikap inilah yang membawa keselamatan bagi pemiliknya. Di era di mana orang merasa tinggi, gila hormat dan pangkat sikap rendah hati sangat diperlukan. Bahkan sikap ini sudah tertera dalam Al Qur'an. Setidaknya ada dalam Surah Asy Syua'ra 215 dan Al Isra 24. Asy Syua'ra 215 mengisyaratkan terkhusus bagi pendakwah agar tetap rendah hati dan lemah lembut. Karena dengan sikap tersebut orang tidak kabur. Objek dakwah memang demikian yaitu melihat siapa yang membawa ajakan tersebut. Maka dari itu Islam dilihat bukan dari ritual ibadah atau konsep lain soal ubudiyah muamalah tapi pada keluhuran akhlak. Terutama orang yang belum mengerti Islam, agama ini dipandang dari akhlak, budi pekerti penganutnya salah satunya yaitu sikap rendah hati. Al Isra 24 menjelaskan perintah untuk rendah hati dan penuh kasih sayang penghormatan kepada kedua orang tua. Atas pengorbanan serta segala hal yang diberikan nampak...

Meneladani Sang Zahid

Woko Utoro  Jika nama Bung Hatta disebut apa hal pertama yang melekat padanya selain kata "sederhana". Kesederhanaan pada diri Bung Hatta sudah melegenda. Bahkan hingga hari ini kita rindu dan ingin terus mengenangnya. Tidak salah jika Iwan Fals menghormati sosoknya lewat lagu. Di era kekinian yang hampir tiap orang hidup glamor rasanya merindukan Bung Hatta adalah hal tepat. Terlebih bagi pejabat nama Bung Hatta harusnya tak bisa dipisahkan. Bagaimana tidak beliau adalah sosok panutan seorang birokrat yang hidupnya berintegritas. Bahkan hingga wafatnya Bung Hatta tidak sempat memiliki sepatu Bally yang diidamkan sejak kecilnya. Untuk ukuran seorang wakil presiden harusnya Bung Hatta bisa mendapatkan segalanya, rumah mewah, kendaraan, tunjangan dan aset lainnya. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Bung Hatta. Jika ditanya tentang Bung Hatta selain kesederhanaan pada tiga putrinya (Meutia, Gemala dan Halida) ada lagi yaitu "cukup". Bagi Bung Hatta hidup hanya...

Mencintai Kanjeng Nabi Jalur Ilmu

Woko Utoro  Jika kita mengikuti ngaji Gus Baha pasti satu kata yang melekat pada beliau yaitu "ilmu". Gus Baha selalu berkampanye bahwa ilmu adalah hal utama. Bahkan dalam hal apapun kita butuh ilmu misalnya untuk tidak setuju saja kita tetap butuh ilmu. Lebih lagi soal mencintai dan meneladani Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Rerata orang mencintai Kanjeng Nabi itu disempitkan hanya dengan shalawat. Padahal mencintai Kanjeng Nabi itu sangat luas dan bisa dari segala sisi. Gus Baha sering berkata bahwa mencintai Kanjeng Nabi lewat jalur ilmu tidak populer. Gus Baha sendiri sadar bahwa mencintai lewat belajar itu sangat melelahkan. Poin pentingnya sebenarnya mencintai itu bisa dengan cara apapun. Tapi jangan sampai terjadi monopoli dalam mencintai. Jangan sampai karena shalawat adalah anjuran tapi kita mengabaikan jalur lain seperti spirit keilmuan. Bahkan justru shalawat itu pun perlu diilmui. Bahwa mencintai itu butuh sanad, butuh jalur yang terang benderang. Maka dar...