Langsung ke konten utama

Senandung Jalanan

Woks
..
Sudah berapa nyawa meregang di jalanan?. Begitulah pertanyaan pertama yg terlintas di setiap orang. Lalu siapakah yg harus bertanggung jawab di setiap kejadian yg terjadi?.
Pertanyaan seperti itulah yg kerap kita dengar dan jumpai. Orang akan mudah menyalahkan, dari pada introspeksi, karena sejatinya mereka memiliki asas praaduga tak bersalah. Apakah ini salah PABRIK yg membuat kendaraan?, ataukah salah PEMERINTAH yg membuat jalan raya dan segala rambu-rambunya, atau bahkan SALAH TUHAN yg membuat manusia. Ahh mari kita berkaca pada diri sendiri.
..
Lagi-lagi permasalahanya ada pada moral dan akhlak. Coba jika semua orang memperhatikan masalah yg satu ini, dapat di pastikan angka kecelakaan akan sedikit jumlahnya. Menurut kementrian perhubungan menyatakan bahwa"kecelakàn lalu lintas adalah sama dengan mesin pembunuh kedua setelah penyakit kanker". Maka dari itu saking universalnya, Islam mengatur sisi kehidupan mulai dari aqidah sampai soal muamalah, di jalan juga harus berakhalak. Begitulah Islam.
..
Akhlak adalah suatu sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dari sini timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran. Akhlak sangat menentukan sekali terhadap keberhasilan seseorang sebab akhlak dapat mendorong untuk tetap berusaha semaksimal mungkin dan tidak mudah putus asa.
..
Menyoal kecelakaan kebanyakan soal human error dan pelakunya kebanyakan remaja. Karena remaja penuh dengan fluktuasi emosional. Orang tuapun sering melanggar, karena ilmu pengetahuan yg rendah dan daya ego yg terus mendorong , sehingga jadilah namanya pelanggaran lalu lintas dan yg di timbulkan adalah kecelakaan. Maka dalam rangka sosialisasi juga, upaya pemerintah salah satunya membuat rambu-rambu, melengkapi syarat2 berkendara, adalah sebagai upaya preventif dan sebagai pelajaran bagi para pengendara supaya terus waspada dan hati-hati.
Mari kita lihat akhlak Rasul SAW dalam hadits dan pesanya untuk kita.
..
Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kalian duduk-duduk di tepi jalanan.” Maka para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami perlu untuk berbincang-bincang di pinggir jalan.” Maka Rasulullah SAW menjawab, “Jika kalian tidak bisa melainkan bermajelis di pinggir jalan (duduk di situ), maka berikanlah jalan itu haknya. Mereka bertanya, “Apa hak jalan itu, wahai Rasulullah?” Kata Rasul SAW, “Menjaga pandangan, tidak mengganggu orang lain, menjawab salam, serta memerintahkan perbuatan yang baik (amar ma’ruf) dan mencegah kemungkaran (nahi munkar).
..
Jadi sekalipun di jalan akhlak tetap terpakai. subhanallah. Jangan jadikan jalanan tempat ugal-ugalan, justru jadikan jalanan sebagai ladang amal dan pelajaran hidup.
..
Sumber: _Hak-Hak Jalan Kitab Tabshiratul Anam bil Huquqi fil Islam karya Syaikh Shalih bin thaha abdul wahid._
..
#Salam budaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...