Langsung ke konten utama

Tawur di Makam

Tawur di Makam
Saya mencoba sharing tradisi.....
Ini adalah tradisi ziarah, nyekar, atau tawur di makam.
Tradisi ini kata sesepuh (juru kunci makam) sudah ada sejak dulu, akan tetapi kalo kata anak sekarang BRAND nya baru terasa akhir2 ini. Tradisi tawur bukan sama dengan TAWURAN. Tradisi ini adalah tradisi berlebaran, atau berkirim doa, biasanya yasin dan tahlil, kepada sanak famili yg sudah mendahului kita. Setelah acara kirim doa usai, lalu menabur bunga dan menyiramkan air doanya, biasanya anak cucunya simbolisasi seperti bersalaman dgn makam itu, (pura2 berinteraksi dgn mayyit). Biasanya jika teringat memori bersama ALM/ALMH tak jarang menitikan air mata.
..
Setelah acara usai baru acara tawur di mulai, yaitu dari pihak keluarga sudah menyiapkan urang recehan yg mungkin jumlahnya sangat banyak, lalu di tawurkan (jawa;uncalke) ke atas, nah disitulah anak-anak kecil beraksi, memungut pundi2 rupiah. Tak jarang anak kecilpun bisa sampai mendapat nominal 500 ribu (MAKLUM SAYA DULU PENGALAMAN WKWKWKW)
..
Tidak hanya tawur saja, ada juga jasa nyapu makam dari anak-anak kecil. Pesertanyapun bebas, bahkan anak perempuan juga berjibaku di dalamnya. Kaatanya lumayan buat Jajan.
..
Sekarang istilah takut di makam itu sudah tidak zaman, karena makam sekarang dan dulu itu berbeda. Tak jarang dalam tradisi tawur itu, salah satu sanak keluarganya menyulut petasan brededd (sejenis petasan yg suaranya seperti senjata tentara). Katanya supaya para malaikat yg mau menyiksa itu TAKUT.hehe
..
Disisi lain saya merasa sedih. Orang sekarang merasa bersyukur ketika ia bisa membuat makam makin cantik alias di kijing dengan sangat glamour. Bahkan dengan di buatkan rumah2 seperti orang cina. Inilah yg di khawatirkan nabi akan terulang lagi. Setelah dulu sejarahnya berawal dari HARAM dan sekarang MUBAH. Padahal dengan makam di kijing si mayyit merasa ke sakitan dan tentunya menghabiskan lahan.
..
Esensi dari perayaan ini seharusnya di jadikan ibrah untuk mengingatkan manusia menuju Allah yg maha kuasa. Ketika kullun nafsin dzaiqatul maut, dan kita berada pada pintu itu, maka BEKAL apakah yg sudah kita persiapkan kecuali AMAL SHALEH. "Gelar apapun kita hidup di dunia (gelar Prof, Dr, Haji, kiai, raja, presiden bahkan nabi) semua akan berakhir dgn gelar ALM/ALMH".
#Salam budaya
#Wokolicious
#Pengingat Mati
#Hanya ada di GANTAR-INDRAMAYU

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun...