Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2022

Kiai Penyair

Woks Saya selalu merasa senang ketika ada kiai yang cara penyampaiannya saat mengaji mengena kepada jamaah. Salah satunya lewat metode dakwah dengan perantaraan syair. Senandung syair menjadi bumbu utama selain bacaan Qur'an dan hadits. Di sanalah letak keunikannya sehingga orang kadang mudah terbuai. Bahkan tidak sedikit pula yang ketagihan. Dalam tulisan ini kiai penyair saya bagi dua kategori pertama mereka yang mendendangkan lagu dan kedua mereka yang menyenandungkan syair. Untuk kategori pertama tentu tidak kalah banyaknya apalagi di era kekinian lagu bisa menjadi sihir agar menarik hati jamaah. Lagu juga bisa menjadi sarana agar ceramah tidak terkesan monoton dan menjadi obat ngantuk. Apalagi kini disertai perangkat alat musik baik tradisional maupun modern guna menunjang sarana dakwah. Kita tentu tahu jika ingat guyonannya Gus Dur bahwa para tukang pidato akan kalah jika persoalan membuat jamaahnya tidak ngantuk yaitu oleh supir. Bayangkan saja jamaah mendengar khutbah kiai

Ziarah Wali Jatim bersama Santri PPHS Srigading Tulungagung

Woks Alhamdulillah kemarin kami beserta rombongan santri PP. Himmatus Salamah Srigading Tulungagung telah melaksanakan kegiatan ziarah wali Jatim plus Madura dengan sukses. Abah Sholeh dan keluarga ndalem selaku imam juga merasa senang karena antusiasnya para peserta dalam mengikuti agenda tahunan ini. Acara ziarah pada kali ini bertepatan yang kedua kalinya. Karena di dua tahun sebelumnya agenda ini vakum sebab pandemi yang belum usai. Pada kesempatan kali ini kita dibawa oleh armada Bus HR Tour dari Kediri yaitu supir Bapak Jumadi dan Kernet Mas Riyadi. Kedua beliau sangat humoris dan menyenangkan selama perjalanan berlangsung. Kebetulan Pak Jumadi sendiri dulu sebelum pindah ke Kediri beliau berdomisili lama di Plosokandang. Rute ziarah awal kami adalah Syeikh KH. Chamim Djazuli (Gus Miek) akan tetapi karena jembatan Jeli yang menghubungkan ke Mojo masih perbaikan maka ziarah pertama kita berganti ke makam Syeikh Syamsuddin Al Wasil Setonogedong. Walaupun sempat diguyur hujan akan t

Ketika Penulis Tidak Menulis

Woks Membaca judul di atas sekilas terdengar satir. Nampaknya judul sersebut seperti terkesan ironi apakah ada penulis yang tidak menulis. Kesan paradoks juga sangat kental di sana yaitu di satu sisi ia seorang writer tapi di satu sisi ia tidak melakukan aktivitas menulis. Lantas adakah yang salah dalam realitas judul tersebut. Nampaknya tidak bisa dipukul rata mengapa penulis menghentikan aktivitas menulisnya. Mungkin saja banyak faktor yang menyebabkan mereka tidak menulis. Atau justru sebaliknya ada orang menulis di tengah keterbatasannya. Atau ada orang tidak menulis setelah ia mengalami kejadian yang memilukan dan lainya. Sebenarnya ketika penulis berhenti menulis maka ia tengah menutup arus dunia. Termasuk menghentikan laju pengetahuan dan informasi. Menulis adalah aktivitas yang tidak boleh berhenti. Jika seseorang pembelajar mengentikan aktivitas satu ini maka ia tak akan sampai tujuan. Karena menulis itu pekerjaan berkesinambungan. Sekalinya penulis berhenti maka akan sangat

Menjadi Psikolog dengan Menulis

Tulisan tangan Kiai Ali Wajak Kidul Woks Menulis tentu kita tahu kaya akan manfaat. Banyak orang yang telah membuktikan bahwa dengan rutin menulis setiap pagi maka toxin dalam tubuh akan keluar. Endapan pikiran dan emosi negatif juga keluar bersama dengan proses berpikir. Selain itu menulis juga dapat menghindari resiko terkena penyakit alzheimer atau nyeri di kepala. Ada satu hal lain yang menarik dari menulis selain dapat membantu dalam kerja metabolisme tubuh yaitu mendeteksi emosi diri sendiri maupun orang lain. Dalam disiplin ilmu psikologi hanya lewat tulisan tangan seseorang dapat dibaca kepribadiannya. Ilmu itu disebut grafologi, di mana guratan tulisan tangan membawa arti tertentu. Bagi grafolog tentu akan mampu dibaca dari tulisan seseorang dengan pendekatan tertentu. Artinya setiap kata yang ditulis atau hanya sekadar goresan semua bisa dibaca. Kemampuan membaca orang lain tentu tidak mudah walaupun tidak menyebut sulit. Kerja-kerja demikian itu bisa diampu oleh psikolog s

Sindrom Celeng

Woks Sejak dulu aku mendengar dengan lantang para tetangga berdesas-desus bahwa pondok pesantren adalah bengkel ruhani. Bengkel di mana pun berfungsi sebagai servis kendaraan demikian juga dengan manusia. Jika di pesantren mungkin lebih kepada santri dengan ragam karakter. Maka pesantren, kiai dan santri merupakan komponen tak terpisahkan dari proses servis tersebut. Salah satu hal menarik yang perlu ditangani di pesantren adalah ketika ada santri mbeling alias terkena sindrom. Sindrom dan penyakit mental barangkali sebuah kesatuan yang menghambat santri berproses. Akibatnya mereka mengalami kegagalan dalam sosialisasi di lingkungan pondok pesantren. Para santri tersebut terjangkit oleh dunia pop yang merayu baik lewat fashion, style , maupun nafsu sesaat lainnya. Oleh karenanya itu berakibat santri menjadi berani dan tak pernah takut mengambil resiko. Dalam hal itu santri justru menjadi berkonotasi negatif. Salah satu penyakit yang ada di pesantren adalah sindrom celeng. Anda mungkin

Ngunduh Keberkahan Lewat Sowan

Woks Alhamdulillah beberapa hari yang lalu kami bisa menyempatkan waktu untuk sowan masyayikh Tulungagung. Semua rute dari empat penjuru mata angin sudah kami lewati ternyata ada satu rute sowan yang luput yaitu daerah Boro Kedungwaru Tulungagung. Akhirnya kami bisa menyempatkan waktu untuk sowan KH. M. Mushoffa Hasan Pengasuh PPTQ Al Mubarokah Boro. Nama beliau sejenak kita ingat dan langsung menuju ke sana karena beliau adalah guru Qur'an kami di sekolah. Kami berempat, Aku, Pak Sukma, Pak Zul dan Pak Huda sesampainya di sana di sambut hangat oleh beliau, kebetulan di sana juga sedang ada tamu. Tamu beliau adalah seorang mualaf dengan satu anak dan ibu. Kebetulan suaminya sedang di rumah karena memang bertugas kerja jauh di Kota Bandung Jawa barat. Dengan tamu mualaf tersebut Abah Shofa mendoakan sekaligus memotivasi semoga Allah terus berkenan membimbing keimanannya hingga akhir hayat. Karena memang nikmat iman merupakan salah satu yang terbesar dan harus disyukuri. Dalam acara

Kiai Penyair

Woks Saya selalu merasa senang ketika ada kiai yang cara penyampaiannya saat mengaji mengena kepada jamaah. Salah satunya lewat metode dakwah dengan perantaraan syair. Senandung syair menjadi bumbu utama selain bacaan Qur'an dan hadits. Di sanalah letak keunikannya sehingga orang kadang mudah terbuai. Bahkan tidak sedikit pula yang ketagihan. Dalam tulisan ini kiai penyair saya bagi dua kategori pertama mereka yang mendendangkan lagu dan kedua mereka yang menyenandungkan syair. Untuk kategori pertama tentu tidak kalah banyaknya apalagi di era kekinian lagu bisa menjadi sihir agar menarik hati jamaah. Lagu juga bisa menjadi sarana agar ceramah tidak terkesan monoton dan menjadi obat ngantuk. Apalagi kini disertai perangkat alat musik baik tradisional maupun modern guna menunjang sarana dakwah. Kita tentu tahu jika ingat guyonannya Gus Dur bahwa para tukang pidato akan kalah jika persoalan membuat jamaahnya tidak ngantuk yaitu oleh supir. Bayangkan saja jamaah mendengar khutbah kiai

Buah Tangan Sowan Masyayikh Tulungagung

Woks Pada hari sabtu tepat 14 Mei 2022 aku berkesempatan mengikuti kegiatan sowan masyayikh Tulungagung. Kegiatan ini terselenggara atas instruksi dari LPI Al Azhaar tempat kami berkhidmah. Acara bermula di sekolah dengan seremonial berupa pembukaan, sambutan dan pemaparan. Termasuk pembagian peta jalan, ketua rombongan dan tempat tujuan. Kebetulan aku kebagian rute Selatan bagian I. Di sana kami mengunjungi masyayikh di antaranya KH. Masrukhan al Asror Ringinpitu, KH. Abdul Kholiq PP Mbah Dul Plosokandang dan Kyai Ali Pondok Pesulukan Wajak Kidul. Tentu rute yang lain pun melakukan rihlahnya masing-masing. Semua orang kebagian untuk sowan ke masyayikh yang sudah ditentukan. Pastinya di setiap kiai habaib yang dikunjungi memberikan pelajaran tersendiri. Termasuk bagaimana mereka memperlakukan tamunya. Aku pun mencatat perjalanan yang sederhana nan mengesankan ini. Pertama , ketika di ndalem KH. Masrukhan kami pendapat pelajaran berupa aplikasi al Qur'an itu perlu untuk umat sebagai

Pendidikan dan Dunia Karier

Woks Kita sudah pasrah bahwa lembaga pendidikan saat ini yang diwakili oleh sekolah hanya melahirkan pelayan industri. Akibatnya mereka sekolah tidak demi ilmu akan tetapi demi selembar ijazah yang kata Iwan Fals hanya untuk mencari kerja. Padahal maksud awal pendidikan tak lain demi ilmu yang akan menjadi penerang bagi peserta didik di masa depan. Dunia pendidikan kini bahkan menjadi ironis yaitu menjadi lajur arus transaksional berupa jual beli ijazah dan gelar. Akibatnya pendidikan kehilangan marwahnya dan kini apa mau dikata, selain melihat fenomena itu begitu nyata. Akan tetapi apakah salah jika pendidikan memiliki relasi baik dengan dunia kerja. Tentu tidak salah karena dengan pendidikan yang baik dunia kerja bisa menyerap tenaga ahli dan terampil. Saya punya kisah soal ini di mana beberapa hari lalu seorang teman datang lalu berbagi cerita. Malam itu teman lama tiba-tiba mengajak ngopi sembari mendengarkan cerita saya pun menjamunya tipis-tipis. Ia bercerita panjang lebar seputa

Magelang Suatu Ketika

Woks Alhamdulillah lebaran tahun ini aku memang kembali menjadi Bang Toyib karena tidak pulang ke kampung halaman. Akan tetapi aku bersyukur karena bisa mudik ke rumah Mbah di Magelang Jawa tengah. Tepatnya di Desa Dampit Kecamatan Windusari Magelang. Di sanalah dulu aku lahir lalu besar di Indramayu. Bagi ku walaupun di sana hanya numpang lahir akan tetapi ada sejarah yang harus aku penuhi dan ada kisah yang harus ku catat. Barangkali perjalanan kali ini merupakan napak tilas yang harus dibayar. Seperti halnya hutang semua harus dibayar lunas. Perjalanan kali ini barangkali merupakan yang pertama dan sebelumnya selalu bersama keluarga. Aku memberanikan diri karena memang momentumnya pas ada waktu, sangu dan waktu. Biasanya aku hanya dimakan oleh buasnya kesibukan. Akhirnya setelah berkomunikasi dengan bapak di rumah aku akhirnya berangkat ke Magelang. Aku berangkat sekitar pukul 10:00 pagi dan sampai di sana pukul 02:00 dinihari. Walaupun sempat terjadi insiden berupa mogoknya mobil a

Dari Terminal ke Terminal

Terminal Tidar Kota Magelang suatu ketika Woks Ini adalah catatan perjalanan ku menuju kota Magelang. Setelah sekian purnama tak pulang kini aku memberanikan diri mengunjungi rumah Mbah atau tempat kelahiran ku semasa kecil. Perjalanan ku kali ini ditempuh lewat jalur darat menggunakan transportasi Bus Indah Jaya. Dalam catatan ini aku akan menuliskan cerita pemberhentian selama dari terminal ke terminal. Pertama, start dari terminal Gayatri Tulungagung. Di sini aku menunggu bus sejak pagi hingga siang hari. Alangkah penatnya akan tetapi mau bagaimana lagi semua harus dilalui. Di terminal ini ku lihat banyak orang berseragam biru menjajakan rute sambil teriak kota tujuan, "Ayo Surabaya, Surabaya, patas, lewat tol dll". Di sini pedagang asongan sedikit kita jumpai hanya beberapa saja seperti pedagang yang menjual minuman. Tapi ada yang unik yaitu kehadiran para kernet dan porter perempuan yang juga tak kalah sigapnya dari laki-laki. Di terminal ini armada bus dikuasai oleh PO

Bus, Terminal dan Kehidupan

Woks Suatu hari dalam pagelaran Kiai Kanjeng, Mbah Nun mengatakan jika ingin melihat dunia sesungguhnya lihatlah di terminal. Mbah Nun mencontohkan suatu ketika di Terminal Bungurasih Surabaya. Di sanalah kita melihat parade dunia yang berputar begitu kerasnya. Orang-orang dari berbagai daerah tumpah ruah mengais rezeki dan pergi ke suatu tempat. Kita akan disuguhkan penjelasan Mbah Nun begitu faktual dan nyata betapa bus dan terminal tidak sekadar mengangkut penumpang. Di sana ada tangis haru biru, bahagia bercampur tawa semua bercampur dalam geliatnya kompetisi. Lihatlah ketika kedatangan bus, mereka berjajar rapi. Para kernet alias kondektur saling berebut menjajakan kemampuan marketing untuk menggaet penumpang. Tidak hanya itu para pengamen alias musisi jalanan berpacu dalam melodi yang kadang terasa sumbang. Para pedagang asongan berlarian menjajakan makanan dan minuman. Belum lagi para pengemis berlomba perpacu menjajakan iba. Semua hanya demi sesuap nasi, ibadah dan bertahan hid

Pernak-pernik Hari Raya 1443 Hijriyah

Woks Hari raya Idul Fitri tahun ini sungguh luar biasa. Alhamdulillah setelah lebih dari 3 kali kita berjauhan kini lebaran bisa berdekatan kembali. Sudah 3 tahun lebih dunia diguncang pandemi akibatnya banyak tatanan sosial berubah salah satunya tradisi berlebaran. Tradisi lebaran yang paling unik tentu kupatan dan halal bi halal. Jika saya di posisi sebagai peneliti Barat tentu akan merasa terpukau dengan kondisi geo sosial masyarakat yang unik. Bisa dibayangkan utamanya masyarakat desa dipaksa untuk hidup anonim ala orang kota tentu tak akan mampu. Tradisi saling kunjung ke sanak famili merupakan warisan sejak lama. Hal itu yang terus diuri-uri karena telah dicontohkan oleh generasi para sesepuh. Walaupun memang akibat pandemi masyarakat perlu menata ulang tradisi tersebut. Karena ada sebagian kecil yang terkikis utamanya orang enggan untuk memohonkan maaf. Padahal jika dilihat tradisi ini begitu kaya makna. Orang-orang sejak awal sudah menyiapkan banyak makanan dan membukakan pint

Idul Fitri dan Hari Pendidikan Kita

Woks Alhamdulillah setelah satu bulan penuh kita telah melewati ritual agung puasa Ramadhan. Sebuah ritual yang tidak sekadar seremonial melainkan laku hidup dari ajaran umat terdahulu. Bertepatan di hari ini kita merayakan hari nan fitri 1443 H bertepatan juga dengan hari pendidikan Nasional. Barangkali puasa kali ini seperti yang sudah-sudah yaitu sebagai sarana pendidikan diri. Sebelum jauh mari berkaca diri apakah pendidikan nasional sudah baik laiknya pertanyaan yang perlu dijawab maka jawaban itu ada pada diri sendiri. Lihatlah diri ini yang penuh kenaifan adalah cerminan betapa pendidikan di Indonesia masih harus terus berbenah. Masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Permasalahan mulai dari sistem pendidikan, kurikulum yang tidak menentu, wacana nasional dan kebudayaan yang simpang siur, dana pendidikan yang belum teralokasikan dengan maksimal serta pemerataan pendidikan itu sendiri membuat kita terus berpikir. Mangapa pendidikan bangsa kita masih terkesan merangk