Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2024

Hidup Dengan Puisi

Woko Utoro Saya sebenarnya kurang begitu menaruh perhatian pada puisi. Faktornya jelas karena saya adalah korban nilai jelek saat mengerjakan ujian bahasa Indonesia. Mungkin tidak hanya saya tapi mayoritas orang adalah korban nilai jelek terutama ketika menjawab soal berkaitan dengan puisi. Tapi entah mengapa nama-nama seperti Chairil Anwar, Rendra, Ajip Rosidi, Sutardji Calzoum Bachri hingga Laila S Chudori selalu muncul dalam barisan soal ujian. Dan anehnya pertanyaan yang diulang seperti unsur puisi, rima, pesan moral hingga menanyakan emosi pembaca dll tapi kita tetap selalu salah menjawabnya. Akhirnya dari itu perjalanan pendidikan berubah drastis. Saya berkesempatan kuliah dan justru sering bersentuhan dengan puisi. Di fase inilah gaya bahasa dan pemikiran mulai terbentuk. Saya justru sering terlibat dalam perayaan baca puisi terutama dulu ketika tergabung dalam Komunitas Pena Ananda Club pimpinan Bunda Tjut Zakiya Anshari. Hingga akhirnya dalam perjalanan itu saya dan puisi menj

Obituari : Jokpin Si Juru Kunci Kata

Woko Utoro Barangkali setiap penyair selalu memiliki kata-kata terakhir di puisinya. Kata yang menjadi penutup atas sebuah karya sebelum mereka menutup mata. Salah satu kata tersebut adalah Jokpin atau kita kenal dengan Joko Pinurbo. Jokpin adalah manusia sekaligus kata. Salah satu penyair terbaik negeri ini bahkan akan dikenang sebagai legenda karena puisinya yang nakal. Kabar tersiar seantero negeri ketika penyair mbeling itu berpulang. Padahal kita baru saja riang gembira mensyukuri Timnas U-23 masuk semifinal Piala Asia 2024. Tapi sayang euforia itu cepat tertumpuk duka. Di dunia sastra kita tentu kehilangan Jokpin di usianya yang ke-61 tahun. Padahal Kafe Basabasi sempat memperingati 60 tahun perayaan usianya. Jokpin mungkin beda iman dengan kita tapi perbedaan itulah membuatnya sama. Kita sama-sama disatukan oleh puisinya yang jenaka. Puisi yang diterima sebagai satir namun menggelitik. Puisi Jokpin memang terkenal memiliki genre tersendiri. Puisinya begitu khas dan bahkan ia tid

Menyelami Arti Sebuah Pekerjaan

Woko Utoro  Kita tahu Allah menciptakan manusia tak lain untuk beribadah kepadanya. Segala sesuatu yang diniatkan untuk mencari ridho Allah bisa bernilai ibadah. Salah satu ibadah di luar ritual wajib seperti shalat, puasa, zakat, haji adalah bekerja. Tentu bekerja di sini dimaksudkan sebagai usaha mempertahankan kehidupan. Misalnya bekerja dalam artian profesi sebagai bentuk ikhtiar mengisi kehidupan. Di era modern seperti saat ini tentu pekerjaan sangat bervarian macamnya. Bekerja di sektor formal informal sangat banyak tersedia. Asal kita mau bekerja dalam bentuk profesi apapun sangat terbuka lebar. Saking banyaknya pekerjaan sampai-sampai Bang Haji Rhoma Irama membuat lagu dengan judul Seribu Satu Macam. Yang lagu tersebut lahir terinspirasi dari ragam profesi manusia yang ada saat ini. Dulu orang beranggapan jika pekerjaan itu harus terlihat. Dalam arti fisik yaitu menghabiskan waktu sejak pagi sampai sore, berkeringat hingga sering dilihat orang. Padahal era kekinian kerja bisa

Mengakrabi Arti Sebuah Rezeki

Woko Utoro Malam itu setelah isya saya menyempatkan sowan ke ndalemnya Pak Yohan di perum Ghraha Asri Utomo Ringinpitu. Kebetulan saat itu saya dan beliau baru usai menghadiri acara seribu hari tetangga perumahan. Hingga akhirnya momen langka tersebut tidak saya sia-siakan. Tentu sowan malam itu tak ada niatan lain selain silaturahmi karena sudah lama tidak bertemu. Memang pertemuan kami selalu terbatas hingga 10 hari di akhir Ramadhan. Karena selepas itu beliau mudik bersama anak istri ke Nganjuk. Maka kesempatan beliau ada di rumah saya gunakan ya semacam sharing meminta pendapat khususnya perihal kehidupan. Seperti mayoritas orang yang saya temui hal yang menarik adalah wejangannya. Hal itulah yang bisa menjadi bekal dikemudian hari. Berkaitan dengan wejangan saya memang berpijak pada maqola "undzur maqola wala tandzur manqola" jadi jangan lihat siapa orang yang mengatakan tapi lihatlah apa yang dikatakan. Sehingga bagi saya nasihat kebaikan dari siapapun datangnya pasti a

Wejangan-Wejangan Bu Nyai Ulfahidayah Shofna

Woko Utoro Sore itu saya dan Kang Bangkit alhamdulillah bisa sowan ke ndalemnya Abah Nafis. Sejak dulu hingga kini formasi sowan ke sana tetap dua orang ini. Mungkin di lain kesempatan bisa formasi lengkap yaitu anggota PSP. Setelah lebaran memang selalu kami sempatkan ba'dan (halal bihalal) ke rumah beliu. Karena beliau merupakan pembina kami di pusat studi pesantren. Singkat kisah sore itu kami meluncur walaupun disertai gerimis sepanjang jalan. Setibanya di sana ternyata keadan mati lampu. Hingga akhirnya kami diterima oleh Bu Nyai Ulfa tak lain adalah istri Abah Nafis. Sembari menunggu kepulangan Abah Nafis dari kampus kami pun berbincang banyak hal dengan beliau di depan teras rumah. Saya tentu mencatat poin penting dari apa yang didawuhkan Bu Nyai Ulfa. Catatan tersebut mayoritas berkaitan dengan topik asmara. Mungkin Bu Nyai memahami usia seperti kami sudah memasuki waktu membina rumah tangga. Kata beliau kalau bisa memilih pasangan itu yang se frekuensi. Dalam artian mereka

Mengais Uang vs Ilmu

Woko Utoro Saya pernah bertemu dengan seorang lelaki paruhbaya ketika tak sengaja duduk di warung kopi. Setelah perkenalan singkat itu kita terlibat diskusi yang asyik. Tanpa waktu lama tema rokok, kopi dan sepakbola membuat kita akrab. Hingga tak terasa orang tersebut cerita panjang lebar seputar perjalanan hidupnya. Awalnya saya menduga ia lelaki biasa dengan dua anak. Ternyata dugaan saya salah. Justru ia lelaki dengan dua cucu. Usianya nampak masih muda ternyata ia sudah menjadi kakek. Dalam perbincangan hangat itu salah satu hal yang ia sesali hingga kini adalah soal ilmu. Katanya sejak kecil ia sudah akrab dengan uang. Sampai akhirnya ia tidak sempat menimba ilmu. Walaupun penyesalan tidak merubah apapun yang jelas menimba ilmu di usia tua bagai mengukir di atas air. Yang lebih ia sesali lagi di usia senjanya justru tidak mengerti akan ilmu dasar tentang agama. Misalnya bagaimana cara shalat, wudhu hingga membaca al Qur'an beliau tidak tahu. Katanya entah bagaimana uang tidak

Rihlah Gurah Kediri 2024

Woko Utoro Pagi itu saya mengantar teman sebut saja Daveed SMVLL untuk penelitian di sebuah situs masjid peninggalan tempo dulu. Di suasana masih lebaran kami berangkat kurang lebih jam 9 siang. Jalanan begitu ramai dan cuaca lumayan panas. Tapi kami bergegas menuju Gurah Kediri. Rute yang dilalui yaitu lewat jalur timur kurang lebih Udanawu, Kandat, Ngasem hingga Gurah. Sampai di sana sekitar pukul 11:30. Selama perjalanan kami begitu menikmati. Walaupun berpanas-panasan tapi suasana jalan menjelang Kecamatan Gurah begitu sejuk. Terlebih ketika kami melewati monumen SLG yang ikonik. Sebuah monumen yang menandakan perjuangan dan kisah Sri Aji Jayabaya, raja Kediri yang melegenda itu. Yang padahal dalam banyak diskusi SLG justru lebih mirip Arc de Triomphe Paris Prancis. Entah apa yang dipikirkan pemerintah Kediri saat itu lewat bangunan kubus tersebut. Yang jelas SLG berhasil menarik masyarakat untuk berkunjung ke sana. Singkat kisah kami sampai di lokasi penelitian. Sebelum sampai di

Halal Bihalal TPQ Kortan Kauman 2024

Woko Utoro Untuk ke sekian kalinya saya bisa hadir di acara yang dihelat oleh LP Ma'arif NU Kecamatan Kauman. Kali ini saya ditemani Ocit untuk menghadiri acara halal bihalal sekaligus pembukaan kegiatan TPQ. Tempat acara yaitu berada di masjid TPQ Al Hikmah Karanganom atau di bawah objek wisata Srabah. Singkat kisah ketika seluruh peserta berkumpul acara pun langsung dimulai. Acara dibuka dengan seremonial yaitu pembukaan, menyanyikan lagu Indonesia Raya, mars shubbnul wathan dan mars TPQ an Nahdliyah, dilanjut tahlil, sambutan hingga mauidhoh hasanah. Bertindak sebagai MC yaitu Bu Mala dan dirijen putrinya Bu Masfiyah. Dalam sambutannya Pak Imam Asrofi selaku ketua TPQ Kortan Kauman yaitu untuk tetap semangat dalam membimbing anak. Termasuk taat administrasi agar barangkali ada kemudahan soal bantuan demi pengembangan TPQ. Setelah itu sambutan ketua tanfidziyah MWC NU Kauman yaitu Bapak Zainal Ahmadi. Dalam sambutannya Pak Zainal menyampaikan hikmah halal bihalal yaitu tiga hal :

Menunggu Keputusan MK Pada Sengketa Pilpres 2024

Woko Utoro Seperti anak SMA yang bucin-bucin itu kita harap-harap cemas terhadap keputusan MK pada sengketa Pilpres 2024. Mengapa anak SMA? sederhana saja tentu perhelatan pemilu tahun ke tahun selalu saja ada drama. Tentu drama Pilpres kali ini juga tak kalah renyahnya dari drakor yang digandrungi cewek-cewek. Tapi kita sadar drama memang selalu terjadi di segmen apapun dalam hidup termasuk pertarungan politik RI 1. Sebagai masyarakat awam kita yang apatis pun dipaksa tahu soal sengketa Pilpres. Nampaknya pesta demokrasi pusat memang selalu menarik diikuti terlebih media membuntuti sejak lama. Isu-isu nasional memang begitu gurih untuk digoreng menambah rating. Sehingga dari itu siapa yang tidak tahu soal tuntutan kubu 01 dan 03 terhadap rival utama kubu 02. Tanpa diberi tahu sebenarnya masyarakat inginnya terima beres. Karena bagi masyarakat sejak dulu rumusnya sama bahwa yang jadi siapapun presidennya mereka tetap menjadi warga sipil. Tapi bagi kalangan terdidik dan pencari kepentin

Madin Masuk Sekolah

Woko Utoro Senang rasanya saya terlibat dalam momen bersejarah. Kali ini masih tentang dunia pendidikan. Dunia yang sejak lama saya minati sebagai sebuah jalan hidup. Entah seberapa besar tantangan ke depan yang jelas saya begitu bahagia. Bayangkan jika orang sudah ditemukan kebahagiaannya sekalipun menurut orang lain tidak masuk akal tapi bagi kita semua berjalan normal saja. Kali ini kita akan bicara program madin alias madrasah diniyyah yang kebetulan tidak ada uangnya. Dalam hal ini saya sering diguyoni teman bahwa mengajar itu tidak membuat kaya. Tapi kata saya tidak apa-apa yang penting kaya itu bukan berdasar materi tapi kebermanfaatan hidup. Atas dasar itulah saya merasa senang jika di hadapkan dengan siswa/santri. Karena bagi saya mengajar adalah sesuatu yang menyenangkan terlebih ini program madin di sekolah formal. Mengapa bisa madin masuk sekolah negeri? Awalnya kepala sekolah merasa resah tentang pengetahuan agama siswanya. Terlebih jika wacana mapel agama dihilangkan di s

Sowan Bunda : Soal Pendidikan Jangan Coba-coba

Woko Utoro Sore itu saya berkesempatan sowan ke ndalem Bunda Salamah Noorhidayati dan Abah Zainal Abidin pengasuh Pesantren Subulussalam Manggisan Tulungagung. Sowan tersebut tentu dalam rangka halal bi halal pasca Idul Fitri 1445 H. Saya ke sana tentu tidak sendiri melainkan bersama sesama asatidz yaitu Ustadz Wahyu dan Ustadz Deri. Hal menarik dari sowan tersebut adalah dawuh-dawuh Bunda dan Abah. Beliau memberi pesan-pesan berkaitan dengan pendidikan. Kata Bunda seperti halnya iklan soal pendidikan jangan coba-coba. Mengapa pendidikan bagi anak tidak boleh asal. Karena bagaimanapun juga pendidikan adalah jalan untuk membentuk karakter. Tanpa pendidikan seseorang tak akan tahu siapa dirinya. Melihat fenomena di masyarakat kata Bunda banyak di antara orang tua itu setengah hati. Atau bahkan abai terhadap pendidikan anak. Alasannya beragam tapi yang paling utama soal biaya. Katanya untuk apa berpendidikan tinggi jika akhirnya jadi kuli. Untuk apa sekolah jika akhirnya di rumah. Banyak

Rihlah Jombang Lamongan 2024

Woko Utoro Sudah sejak lama kami memang telah merencanakan perjalanan menuju Lamongan. Salah satu agenda utama ke kota Bahari tersebut adalah silaturahmi guru saya yang kebetulan sedang ada acara walimah dan ziarah ke makam ayah teman kami. Sebenarnya kami ingin mampir juga ke tempat lain tapi karena waktu terbatas akhirnya kami hanya memenuhi agenda utama tersebut. Perjalanan dimulai dari pondok PPHS. Kami berangkat setelah shubuh langsung tancap gas melewati Jembatan Ngujang 2. Perjalanan melalui rute timur yaitu Udanawu, Kandat, Ngancar, Ngasem Palemahan, Kunjang, Gudo hingga ke Tambakberas Jombang. Ya rute awal yang kami datangi adalah teman sepondok yaitu Mas Muhibbin dan rumahnya di areal Pondok Tambakberas Jombang. Singkat kisah di sini kami istirahat dan dijamu dengan sajian kupat nan khas. Setelah usai kami langsung menuju ke tempat selanjutnya. Dalam perjalanan kami sempat beberapa kali istirahat karena lelah, ngantuk hingga isi bensin. Karena perjalanan cukup jauh maka kami

Filosofi Gambar Kosong

Woko Utoro Saya sangat senang ketika meng-upload gambar kosong. Bagi saya kosong bukan berarti tidak ada. Justru ketiadaan hanyalah prasangka manusia. Gambar-gambar seperti hamparan laut, padang pasir, hingga langit menjadi teristimewa buat saya. Karena gambar itu dalam diskursus fotografi masuk aliran naturalisme. Sebuah aliran yang dinikmati dari unsur alaminya. Bagi saya gambar kosong memiliki makna tersendiri. Saya membayangkan di tengah gambar kosong itu ada banyak sekali gambar lain yang hidup mewarnai. Kita saja yang tidak tahu atau mungkin tumpul akan imajinasi. Ya, bagi saya kekosongan di tengah objek gambar kosong justru sebaliknya. Gambar itu begitu ramai dan kaya sesuai persepsi kita. Ruang imajinasilah yang membuatnya kaya. Einstein sering berkata bahwa imajinasi itu yang mahal. Karena tidak setiap orang memiliki imajinasi yang baik. Hanya orang-orang dengan imajinasi cemerlang yang mampu melukiskan sesuatu pada objek tangkapnya. Sama halnya dengan gambar kosong versi yang

Bukber PKBM Pilar Papat Panggungrejo

Woko Utoro Dua hari sebelum hari raya saya diundang oleh Pak Toni yang tak lain merupakan founder PKBM Pilar Papat Panggungrejo. Kami kenal begitu singkat yaitu saat beliau narik ojek online Maxim. Ya, Pak Toni adalah driver Maxim sekaligus teman baru saya yang bertemu ketika mengantar teman sepulang dari rumah sakit. Singkat kisah Pak Toni bercerita seputar kegiatan pengelolaan pendidikan khusus anak berkebutuhan. Hingga akhirnya pertemuan kami berlanjut di warung kopi depan Bravo. Kami ngobrol ngalor ngidul hingga akhirnya sampai di tanggal 8 April saya diajak untuk hadir dalam acara metri atau launching PKBM Pilar Papat. PKBM Pilar Papat merupakan pusat kegiatan belajar menyenangkan yang didirikan Pak Toni bersama beberapa kawannya. PKBM Pilar Papat terletak di Desa Panggungrejo arah Karangduren menuju SMA 1 Tulungagung. Atau selatannya PP Al Istighotsah Panggungrejo. Menurut Pak Toni PKBM Pilar Papat tersebut didirikan atas kesadaran bahwa ada anak-anak yang butuh perhatian khusus.

Bukber Tulungagung All Stars 2024

Woko Utoro Di penghujung Ramadhan saya mendapatkan undangan dari Mas Beye dalam acara buka puasa bersama keluarga Tulungagung All Stars (Tul Art). Bertempat di Jong Java Cafe Kepatihan saya datang ke sana pada pukul 16:30 WIB. Momen acara yang sebenarnya sudah sejak lama saya ingin mendatanginya. Tapi karena kesempatan barulah di acara tersebut saya benar-benar bisa datang. Sudah saya duga sejak awal atmosfer acara bukber kali ini pasti akan sangat berbeda. Perbedaan tersebut tentu selain tempat yang biasanya di Kopiah Ireng (kini warkop Ngaji Ngopi) juga banyak personil baru yang hadir. Saya bahkan tidak mengenali wajah baru selain kalangan veteran. Tul Art memang masuk dalam catatan sejarah hidup saya. Di mana dulu saya pernah berproses di sana sekitar 2 tahun. Sebuah tempat yang saya tidak temui lagi pasca undur diri dari sana. Dalam acara tersebut saya niati datang untuk silaturahmi. Terutama kepada kalangan lawas yang saya kenali seperti Mas Koko, Mas Miko, Mas Beye, Kak Anwar, Be

Menjadi Tiyang Sepuh Di Hari Lebaran

Woko Utoro Dalam tradisi masyarakat kita saling membuka pintu maaf disimbolkan dengan dibukanya pintu rumah dan sajian ketupat. Sedangkan tujuan orang meminta maaf adalah karena kesalahan dan keberadaan orang tua. Orang tua atau sesepuh memang menjadi tujuan utama. Dalam etika Jawa tidak peduli usianya berapa jika ia disepuhkan maka semua wajib menghormati. Biasanya orang sepuh akan jadi punjer (titik pusat) di mana yang muda mendatanginya. Sekilas di masyarakat kita itu unik terutama ketika lebaran. Saat ini dominasi generasi Z begitu tampak. Generasi yang lahir sekitar tahun 1997-2012 mungkin juga telah melahirkan generasi baru. Mereka hilir mudik turut serta dalam momen lebaran. Momen yang tentunya harus terus dilestarikan. Dalam hal ini tiyang sepuh memiliki kewajiban untuk mengarahkan mereka terutama soal tradisi lebaran (saling bermaafan). Jika generasi muda tidak diarahkan maka tradisi saling memaafkan akan luntur. Generasi milenial, gen x, gen y, gen z, gen alpha, gen sandwich

Kisah-kisah Lebaran : Menjawab Pertanyaan Problematik

Woko Utoro Di setiap momen lebaran selalu ada yang unik. Atau setidaknya ada kisah yang perlu untuk dicatat sebagai pembelajaran. Salah satu hal menarik adalah soal pertanyaan. Kita tentu tahu pertanyaan apa saja yang sering muncul ketika momen lebaran. Pertanyaan dari mulai kapan nikah, punya anak belum, hingga kerja di mana sudah sangat familiar di telinga. Cuma kita kadang berpikir pertanyaan macam apa dan mengapa selalu muncul di kala lebaran. Dari beragam pertanyaan itu kadang kita berpikir mengapa pertanyaan terkait pribadi selalu muncul. Apa kontribusi seseorang sehingga pertanyaan itu ditanyakan. Atau atas dasar apa kita harus menjawab pertanyaan itu. Mengapa orang begitu ingin tahu akan kehidupan pribadi seseorang. Apa karena atas dasar peduli, kepo atau iseng dan kadang berujung guyonan serta bullying. Dari hal itu lebih jauh kita langsung tersadar bahwa hidup di lingkup sosial memang beresiko. Apapun itu semua memiliki resiko tersendiri termasuk pertanyaan problematik terseb

Ayah, Anak dan Angpao

Woko Utoro Tradisi angpao hanya dikenal dalam masyarakat Tionghoa. Akan tetapi budaya berkembang begitu cepat sehingga angpao juga mulai dipakai dalam tradisi lebaran pada umat Muslim. Hal itu bukan hal yang aneh sebab persinggungan budaya sejak dulu memang sudah terjadi. Kadang istilah dalam tradisi apapun mudah diterima karena anggapan mewakili kondisi sosial yang ada. Misalnya istilah ngabuburit hanya dikenal dalam masyarakat Sunda. Tapi saat ini setiap sore Ramadhan menjelang berbuka hampir masyarakat Indonesia menggunakan istilah tersebut. Sungguh hal itu menjadi pemandangan yang cair. Soal angpo saya ingin menyoroti peran ayah terutama di momen lebaran. Jika ibu tidak usah ditanya, peran serta kasih dan sayangnya kepada anak tak ada duanya. Peran ibu tak akan tergantikan walaupun mungkin seorang anak tidak berharap diberinya angpao. Sebelum jauh kita pahami bahwa angpao adalah sangu atau uang saku lebaran yang dimasukan ke dalam amplop kecil berwarna warni. Umumnya berwarna merah

Menilik Demokrasi Dalam Islam

Woko Utoro Melihat fenomena demokrasi di Indonesia akhir-akhir ini begitu mencemaskan. Pasalnya di tahun 2019 kita dihadapkan dengan populisme dan politik identitas. Kini di 2024 kita dihadapkan dengan politik cawe-cawe alias penyelewengan kekuasaan. Bahasa terkenal untuk menggambarkan ruang demokrasi kita kemarin adalah demokrasi yang mencederai etika. Kalangan budayawan menyebutkan mengapa demokrasi kita mengalami kemerosotan? tak lain karena sistem kepemimpinan masih dipikul oleh kepentingan politik. Coba saja jika kebudayaan dan intelektualitas sebagai tulang punggung maka cerita akan berkata lain. Demokrasi sebagai ladang ijtihad memang selalu mengalami tantangan. Sehingga ketika demokrasi down maka jangan aneh jika kita melahirkan pemimpin yang tidak berkualitas. Prof Quraish Shihab menyebutnya sebagai paceklik kepemimpinan. Lantas bagaimana Islam memandang demokrasi serta adakah konsep serupa yang intinya bermuara pada kemaslahatan. Sebelum jauh ke sana kita perlu membaca secara

Melihat Perkampungan Akhirat di Akhir Ramadhan

Woko Utoro Ketika memasuki Ramadhan suasana nampak berbeda. Alam pun terasa sejuk seolah tahu bulan mulia telah tiba. Tidak hanya alam kondisi sosial masyarakat pun berubah drastis kala Ramadhan tiba. Tentu yang unik adalah melihat Ramadhan sejak hari pertama hingga terakhir. Selalu ada corak tersendiri yang khas di setiap momentum terlebih ketika menjelang akhir Ramadhan. Secara psikologis manusia bersuka cita karena Ramadhan tiba. Di satu sisi manusia juga bersedih karena Ramadhan pergi begitu cepat. Jelang hari terakhir Ramadhan misalnya selalu ada perasaan batin yang terkoyak. Suasana terasa hening dan kudus terutama ketika ingat ada salah satu anggota keluarga telah lebih dulu menghadap sang pencipta. Di sinilah kita bisa merasakan energi akhirat di hari terakhir Ramadhan. Sebenarnya sejak memasuki Ramadhan suasana akhirat sudah terasa. Orang-orang sudah merasa gembira. Entah kegembiraan itu karena faktor pahala atau takjil yang beraneka warna. Selepas itu orang-orang sibuk beriba

Tentang Pertemuan Itu

Woko Utoro Seperti biasa catatan tentang pertemuan tak terbilang banyaknya. Bagi saya pertemuan atau perpisahan sama saja terasa nikmat. Tapi tentu pertemuan lebih menggugah selera. Para penyair sepakat bahwa pertemuan adalah puncak kerinduan. Setiap pertemuan dengan orang baru akan saya abadikan dalam catatan. Karena pertemuan adalah sejarah. Atau sebuah momentum yang esok akan kita kenang bersama. Tentu pertemuan dari beragam orang telah saya lalui termasuk sore itu. Awal yang baik ketika kami sepakat untuk memilih sebuah warung makan di tepi selatan jalan. Awal di mana kami diterpa bingung karena melabuhkan pilihan. Sebab tempat makan di era modern ini begitu variatif. Menu makanan pun begitu heterogen bahkan membuat kami berpikir dua kali. Tapi yang jelas bingung itu tak masalah. Toh pada akhirnya laki-laki memilih dan perempuan yang memutuskan. Sejak awal kami sepakat untuk makan bersama dan bicara. Seperti pada sebuah reklame tertulis, "Mari Bicara" dengan tujuan relati